-royals

1K 154 10
                                    

Happy reading!

Jeno dan yeji sekarang sudah berada di bandara lagi dengan tujuan yang berbeda. Santorini. Mereka harus menempuh perjalanan udara kurang lebih empat jam untuk sampai destinasi mereka.

Barang bawaan yeji pun juga tampak lebih singkat dari sebelumnya. Ia meninggalkan koper yang berisi peralatan fashion show kepada staffnya. Mereka berdua hanya membawa satu koper dan satu ransel untuk berdua. Mempermudah barang bawaan.

Yeji juga memakai pakaian yang sederhana, hanya kaos hitam, celana hitam sepaha, dibalut dengan jaket jeans berwarna putih. Sementara Jeno hanya memakai kaos tanpa lengan berwarna putih dengan topi yang yang berwarna hitam serta satu buah jam tangan yang harganya membuat geleng geleng kepala. Mereka memang memakai pakaian tipis dan sedikit terbuka karena sekarang sedang musim panas, masa iya mereka memakai mantel. Yeji juga tenang tenang saja memakai pakaian yang memamerkan paha mulusnya, dia punya penjaga yang terlampau galak soalnya. Sekali lirik pria pria yang melirik yeji langsung kabur. Apalagi ketika melihat bisep Jeno. Sekali tonjok bisa langsung mental.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Aku ke kamar mandi sebentar ya, mas. Kamu disini dulu" ujar yeji sambil memberikan tas miliknya untuk dipegang suaminya. Jeno mengangguk. Ia menunjuk sebuah kursi yang berada tak jauh dari mereka berdiri. "Aku nunggu disitu, ya? Kalau ada apa apa bilang" yeji hanya mengangguk kemudian berjalan dengan santai. Penerbangan mereka masih cukup lama, dia tidak harus terburu-buru untuk kembali dari kamar mandi.

Setelah masuk ke dalam kamar mandi, yeji kemudian bercermin. Menata rambutnya apakah ada yang kusut atau tidak lalu mengoleskan lipbalm pada bibirnya agar tidak kering. Hanya ada yeji dan beberapa orang disana.

Namun ketika yeji kembali dari kamar mandi, seseorang menepuk bahunya. "Aku butuh bantuanmu" seorang pria dengan tubuh tertutup Hoodie dan topi serta masker meminta bantuan kepada yeji yang baru saja kembali dari kamar mandi. Pria itu bertanya dengan bahasa Prancis yang cukup fasih.

"Siapa kamu?" Yeji balik bertanya. Bahasa Prancis yeji cukup fasih karena dia pernah les dulu. Pria itu menggelengkan kepalanya.

"Kau istri Jeno kan?" Yeji pelan pelan menganggukkan kepalanya. Kenapa pria dihadapannya kenal dengan suaminya?

"Aku sedang terburu-buru. Aku ingin menitipkan ini untukmu. Tolong berikan kepada suamimu" ujar pria misterius di hadapannya  sembari mengeluarkan sesuatu dari saku Hoodie miliknya.

"Apa ini?" Pria dihadapannya menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak bisa bertemu Jeno untuk saat ini. Ini tolong berikan nomor ponselku pada Jeno. Ponsel Jeno tidak akan disadap. Mereka masih mengejar ku. Aku harus terburu-buru pergi dari sini" ujar pria dihadapannya tergesa gesa. Ia kemudian mengambil tangan yeji kemudian memberikan kertas berisi nomor ponsel miliknya.

"Tapi kau siapa? Aku rasa kau bukan teman suamiku" pria dihadapannya menggelengkan kepalanya.

"Aku teman taeyong. Anak kuasa hukum dari taeyong selain yuta. Bicarakan ini pada Jeno setelah kalian pulang. Disini bukan tempat kalian dan akan berbahaya. Kau jangan terlalu jauh dari Jeno. Aku harus pergi sebelum mereka menyadari aku ada disini" pria itu lantas berjalan menjauh berlawanan arah dengan jalan yang ditempuh oleh yeji. Yeji mengangkat bahunya kemudian memasukkan nomor itu ke dalam saku jaket. Ia akan memberi tahu Jeno nanti saat sudah pulang. Yeji kemudian berjalan kembali menuju Jeno yang sedari tadi duduk di tempatnya.

Perjalanan selama empat jam bahkan tidak terasa bagi mereka. Walau saat bangun ada rasa pegal. "Masih sanggup ngga, yang? Kalau cape duduk dulu. Santai aja. Kita punya satu minggu disini" ujar Jeno sambil menggandeng tangan yeji agar yeji berjalan di sisinya. Yeji menggelengkan kepalanya.

"Ngga kok. Ayo kita ke hotel. Biar sekalian tidur daripada disini nanti nunda nunda" ujar yeji sembari melangkah. Antusiasme calon ibu itu begitu tinggi sampai Jeno hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Dengan menyewa mobil, mereka kemudian sampai di salah satu resort yang berada di desa Imerovigli. Desa ini berjarak kurang lebih 2,6 km sebelah utara dari Fira. Desa ini menjadi tempat mereka akan menginap mengingat tempat ini memiliki panorama matahari terbenam yang cukup indah.

"Kamar kita ada di lantai atas, mau aku gendong aja? Aku masih kuat loh gendong kamu sama bawa koper" ujar Jeno. Yeji menggelengkan kepalanya. Dia masih kuat tentu saja, dua bayi di dalamnya juga senang senang saja. Bahkan mereka tidak rewel mengeluh ingin bersama jaemin.

"Aku masih kuat kok. Ayo" Jeno setengah ragu kemudian melangkahkan kakinya untuk naik tangga bersama koper di tangan kanan nya. Walau pelan pelan, mereka bahkan sudah sampai di unit yang akan mereka tinggali untuk sementara waktu.

Sebuah kamar dengan pemandangan laut saat jendela terbuka.

"Aku mau mandi dulu deh, mas. Gerah banget rasanya" ujar yeji sambil melepaskan jaket miliknya. Jeno yang nenata barang bawaan mereka menoleh. "Aku nyusul nanti. Mau jus?" Yeji yang sedang mengikat rambutnya mengangguk. "Boleh, deh" ujarnya sembari mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.  Sengaja tidak mengunci pintu karena biasanya Jeno akan menerobos masuk.

Bathub di dalam kamar mandi ini cukup besar bahkan muat hingga tiga orang. Yeji kemudian menyalakan lilin aromaterapi sembari mengisi bathub agar penuh dengan air hangat.

"ah" ujarnya begitu menyentuh air. Rasa lelah dan pegal pegal pada tubuhnya. Ia bahkan memejamkan matanya.

"Hei geser dong"ujar Jeno berbisik di telinga yeji membuat yeji menggeserkan badannya tanpa membuka matanya, membiarkan sang suami berada di sampingnya. Jeno menarik kepala yeji hingga sang istri bersandar pada dadanya.


"Cape ya?" Yeji mengangguk seadanya. Ia kemudian melingkarkan lengannya di leher Jeno. Sekarang posisinya yeji berada di pangkuan Jeno merebahkan kepalanya di bahu sang suami yang mengelus punggung telanjang nya.


"ya udah tidur aja, nanti aku bangunin kalau mau bilas" ujar Jeno sambil meminum wine miliknya. Membiarkan yeji terlelap barang sejenak. Pasti dia kelelahan.


"Kenapa? Ada yang sakit?"  Ujar Jeno begitu yeji membuka matanya sambil meringis. Yeji memegang perutnya. "Yang? Mana yang sakit?" Yeji hanya menggelengkan kepalanya namun masih meringis.

"Mereka nendang" bisik yeji sambil mengusap usap perutnya. Jeno membulatkan matanya. Bayi bayinya menendang?

"Beneran?" Yeji mengangguk. Ia kemudian mengarahkan tangan Jeno ke perutnya. Tendangan si kembar belum terlalu jelas di tangan Jeno, namun masih bisa jeno rasakan kalau mereka sangat aktif di perut sang mama.

"Yang?" Ujar Jeno tidak percaya dengan apa yang ia rasakan. Yeji mengangguk sesekali meringis begitu mereka menendang lagi. Jeno memeluk yeji dengan bahagia, ini tendangan pertama si kembar.

Tanpa aba aba, yeji langsung mendekati Jeno dan menciumnya. Well, bukankah jeno sudah pernah bilang ketika yeji hamil, biasanya yeji yang lebih dulu meminta. Kalau kata jeno, rezeki itu tidak boleh ditolak.

======================================

Terima kasih telah membaca, jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ❤️

ROYALS Where stories live. Discover now