-royals

1.2K 177 10
                                    

Happy reading!

Jeno baru saja kembali dari makan siangnya saat sebuah mobil yang ia kenali nampak berhenti di depan unit gawat darurat.


"Itu bukannya mobil haechan ya?" Ujar jeno bingung kemudian berjalan mendekat ke arah mobil sahabatnya yang terparkir dengan asal. Ia mempercepat langkahnya takut takut ada hal darurat kepada sahabatnya.


"Loh ryujin?" Kagetnya begitu melihat Ryujin turun dari kursi pengemudi sambil meringis kesakitan. Ryujin nampak memegangi perutnya yang besar.


"Kak Jen, bantuin dong" jeno dengan sigap membantu istri sahabatnya itu keuar dari mobil. Ia segera memegang bahu ryujin tentu saja dengan izin dari yang punya. Haechan tidak bakal cemburu, ini darurat soalnya.

"Lo kenapa? Kok sendirian ke rumah sakit? Mana bawa mobil sendiri. Haechan mana?" Tanya Jeno berturut turut. Ryujin tidak bisa menjawab, perutnya terasa mulas sekali. Ia hanya meringis kesakitan.



"Mas, tolong bawa tas yang ada di bagasi. Kayanya dia mau lahiran" instruksi jeno kepada salah satu perawat yang kebetulan lewat.



"Baik, dok" jeno lantas membantu memapah ryujin untuk duduk di kursi roda yang berada di sana. Jeno lantas mendudukan ryujin di sana sementara dirinya yang mendorong.



"Haechan kemana sih? Ini bisa-bisanya istrinya mau ngelahirin tapi malah nyupir sendiri sampai rumah sakit" ujar jeno protes. Mulutnya mengoceh tapi langkahnya tidak bisa berhenti untuk mencari ruangan untuk ryujin.




Setelah mendapat ruangan untuk ryujin, jeno menghembuskan napas lelah. Bisa bisanya haechan malah meninggalkan istrinya yang hamil besar sendirian bahkan pergi ke rumah sakit dengan menyupir sendiri?




"Dok, itu isteri dokter?" Bisik seorang perawat kepada jeno. Jeno menggeleng dan mendelik.


"Istri saya bukan yang ini, mbak. Ini istri temen saya, ini malah suaminya ngilang" keluhnya sambil mencari nomor telepon haechan. Tak ada jawaban. Handphone haechan mati. Anak ini kemana lagi, malah ngilang waktu istrinya lahiran.



Tidak ada jalan lain, ia memilih untuk telepon bapak renjun untuk datang dengan lia. Karena lia dekat juga dengan ryujin dan tentu karena dia sudah melahirkan, lia bisa menenangkan lia. Dia tidak mengambil opsi menelepon istrinya karena istrinya sedang hamil dan takutnya yeji mengalami  trauma untuk melahirkan. Bisa bisa yeji tidak mau melahirkan.


"Halo, kenapa?" Sahut renjun saat telepon sudah tersambung.


"Ada lia ngga?" Jeno bertanya.


"Ada nih. Kebetulan nganter makan siang. Ngapain lo? Tumben nelpon gue siang-siang begini nyariin bini gue"


"Ryujin lahiran, sat. Lo sama lia buruan kesini deh" jeno ngegas.



"Lah? Kenapa gue yang dicariin? Lakinya kan hechan kok gue sama lia yang dicari?" Jeno berdecak.



"Haechan nya ngga ada disini, masalahnya. Tuh cewe lahiran nyupir sendiri. Gue ngga tau harus ngapain. Salah salah gue digaplok haechan. yeji juga ga mungkin gue telpon. Udah buruan sini gue lagi kerja" jeno menjelaskan.



"Oalah, bocah goblok. Gue otw nih sama lia" jeno akhirnya bisa menghembuskan napas lega. Ia mengusap wajahnya. Haechan haechan, bini lo astaga. Bisa bisanya ponsel miliknya tidak aktif padahal sudah tau istrinya tengah hamil besar.



Dua puluh menit kemudian, lia dan renjun datang dengan terburu-buru. Renjun dengan pakaian formal miliknya sementara lia dengan kemeja garis dan rok selutut serta rambut yang diikat kecil. Mereka tidak nampak seperti orang tua. Mereka nampak seperti pasangan remaja, mungkin karena tubuh mereka yang kecil. Sungguh.

"Mana ryujin?" Lia bertanya. Jeno menunjukkan ruangan ryujin dengan dagu nya. "di dalem tuh. Gue ga tau harus gimana" ujar jeno. Lia mengangguk kemudian melempar tas miliknya ke arah renjun. Beruntung renjun dengan sigap menangkap lemparan tas tersebut. "Anjing" gumam nya pelan saat lia melangkah pergi. Untung saja dia tidak mengucapkan kata itu keras-keras, bisa ngamuk isterinya.



"Untung lia ngga denger apa yang lo omongin" ujar jeno sambil terbahak. Renjun mendelik kemudian duduk di samping jeno.



"Udah lo hubungin tuh si haechan?" Jeno mengangguk.  "Nomornya ngga aktif. Gue ngga tau mau telepon ke siapa" renjun berdecak.



"Gue telpon sekretaris nya aja, kayanya gue pernah ngobrolin kasus sama sekretaris haechan" ujar renjun lantas membuka ponsel miliknya. Mencoba mencari kontak milik sekretaris milik haechan apakah masih tersimpan atau sudah dihapus oleh lia. Sudah tahu kan renjun itu takut dengan istri.
Beruntung renjun masih menyimpan nomor milik sekretaris haechan.


"Halo selamat siang"

"Selamat siang mbak, ini renjun, pengacara yang nge handle kasus kemarin" jeno melirik renjun. Cih, sombong sekali, cibirnya. Renjun mendorong kepala Jeno pelan. Jeno nampak tidak punya harga diri di tempat kerjanya.


"Mbak, apa pak haechan berada di dekat mbak?"


"Ada pak, kebetulan pak haechan sedang kunjungan proyek"


"Oh, lagi kunjungan proyek, ya mbak? Tolong hubungkan sebentar dengan pak haechan nya"



Tidak lama terdengar suara haechan menyahut.
"Kenapa njun?" Renjun mengambil napas.


"LO KEMANA AJA ANJING? BINI LO MAU LAHIRAN NYUPIR SENDIRI SAMBIL KESAKITAN. BALIK LO SINI!  SATU PROYEK GA BAKAL BIKIN LO BANGKRUT. CEPETAN KE RUMAH SAKIT ATAU GUE SERET SAMA ORANG-ORANG GUE" jeno menutup mata dan telinganya mendengar renjun berteriak dengan sepenuh hati. Begitupun haechan yang reflek menjauhkan ponsel milik sekretaris nya karena teriakan melengking dari renjun yang sungguh mantap terdengar di telinga.


"Gue kesana sekarang" renjun menutup telepon dengan napas naik turun. Astaga. Haechan benar-benar membuat darahnya naik. Jeno menoleh, menurunkan tangan yang tadi dia gunakan untuk menutup telinga. "Njun, inget Lo nanti kena hipertensi. Jangan marah marah mulu", peringat jeno yang dibalas delikan oleh renjun.



"Ngga usah ngedoain" jawabnya galak. Jeno mengusap dadanya pelan. Astaga temannya ini.



Sepuluh menit kemudian, haechan datang dengan berlari. Ia masih memakai setelah formal berwarna hitam miliknya. Sepertinya proyek yang dikerjakan haechan tidak berada jauh dari tempat ini, atau mungkin haechan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi?



"Ryujin mana?" Tanya nya sambil terengah-engah. Dia tadi mengendarakan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan memarkirkan mobilnya asal sebelum berlari. Jeno menunjukkan ruang dihadapannya dengan dagu. "Tuh" haechan lantas melempar jas miliknya tepat mengenai wajah renjun yang sedang mengirim pesan. "Anjing" umpatnya lagi. Jeno tertawa benar-benar lepas kali ini.



"Pegangin dulu, gue mau masuk" ujar haechan. Renjun hanya mendengus kesal. Jeno meredakan tawanya kemudian menghubungi yeji kalau ryujin melahirkan. Memberi pesan agar yeji datang jangan mengebut.



Pukul 16.45, suara tangis bayi terdengar. Keempat orang yang menunggu di kursi tunggu pun menghembuskan napas lega. Jeno yang memang tadi bekerja kemudian kembali kesini pun mengusap jemari yeji. Yeji bahkan mengusap usap perutnya, mengira ngira apakah kelahirannya esok akan seperti ryujin?


Tak lama, haechan keluar dengan mata yang sembab. Kan benar, haechan menangis. Renjun saja dulu menangis di dalam ruangan walau gengsi mengakui.



"Gimana chan?" Haechan tersenyum senang.


"Laki-laki. Sehat semuanya. Ibu dan bayi" ujar haechan sambil tersenyum bahagia. Haechan lantas memeluk renjun dan jeno bergantian. Mengucapkan terima kasih karena telah membantu ryujin dan menghubungi dirinya.



"Nih kan anak renjun cewe, anak haechan cowo. Udah jodohin aja" celetuk jeno yang diangguki setuju oleh haechan. Lumayan kan punya menantu anak sultan? Sementara renjun menatap haechan dari atas hingga bawah.


"cih, najis"


=======================================

terimakasih telah membaca, jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ❤️

ROYALS Donde viven las historias. Descúbrelo ahora