#24. Teman Makan

622 64 0
                                    

Merebahkan diriku di atas kasur, aku masih memikirkan Luci sepanjang perjalanan pulang.

"Sepertinya Jin hyung hanya mengantarnya pulang, tapi kenapa Luci tidak menelfonku ?"

Aku menghela nafas kesal dan mengambil ponselku yang terletak sembarangan diatas kasur.

"Aku sudah sampai apartemen"

"Baguslah"

"Jangan begadang hingga pagi"

"Urus saja urusanmu"

Melihat Luci masih membalas pesanku walau jutek, sepertinya menahan emosi dan langsung pulang adalah keputusan yang tepat, walau hatiku masih gelisah karena tidak mendapatkan jawaban yang pasti, setidaknya gadis itu tidak membenciku.

***

Menjelang akhir tahun aku tidak memiliki banyak jadwal pekerjaan, karena masih harus melakukan rehabilitasi pasca operasi, aku bahkan belum bisa mengangkat tanganku sampai 90 derajat, bahu ini terasa bukan milikku lagi.

"Luci, apa rencanamu akhir tahun ?"

"Tidak ada"
"Aku akan tidur hingga tahun berganti"

"Apa pekerjaanmu banyak ?"

"Jangan bertanya bila tak ingin membantu"

"Aku sungguh ingin membantu"

"Daging"
"Daging sapi premium"

"Apa aku terlihat seperti ibumu ?"
"Kenapa kau selalu meminta makan padaku"

"Apa gunanya memiliki teman yang kaya"
"Memberiku makan tidak membuatmu bangkrut"

"Baiklah, kita makan daging hari ini"

"Kau yang terbaik Yoogi Oppa"
"Ditempatku ya"
"Aku sedikit lembur malam ini"

"Baiklah"

Hal baik dari sifat Luci, semarah apapun atau lagi gambek, gadis itu tetap membalas pesanku minimal 1 atau 2 kali dengan jutek, walau dia pasti tidak akan mengangkat bila aku menelfonya.

Gadis itu juga cukup gampang melupakan amarahnya bila sedang sibuk kerja  atau membicarakan hal yang dia anggap menarik, walau tidak semua kejadian dapat dengan mudah dia lupakan.

Prov : Luciana

Berbeda dengan Yoon yang tidak memiliki banyak jadwal menjelang akhir tahun, aku hampir menjadi setengah zombi karena pekerjaan yang menumpuk.

Bukan hanya karena aku masih menjadi karyawan baru, tapi perusahaanku seperti kekurangan pekerja hingga setiap orang memiliki pekerjaan ganda.

Aku tersenyum senang saat sedang membalas pesan dari Yoon, setidaknya pria pucat itu sudah tidak bertingkah aneh hingga membuatku bingung dan pusing.

Walau sebenarnya aku masih penasaran, karena Yoon bertanya seolah-olah dia tau kalau malam itu aku pulang di antar seseorang, tapi aku memilih melupakan kejadian malam itu.

Nugu-seyo ? || Suga BTSOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz