#17. Jauh

612 70 1
                                    

Aku masih duduk diam terpaku di sofa sambil menundukan kepalaku lemas di ruang tamu apartemen Luca, sesekali aku terkejut saat mendengar suara dari dalam kamar Luca, 100% aku yakin kalau abangku itu sedang sibuk menguping.

"Apa tidak ada pilihan lain sayang ?" Geno yang dari tadi hanya diam mendengarkanku mulai berbicara pelan.

"Sayang, kau taukan dengan kondisi sekarang mendapat pekerjaan itu sulit" aku pun ikut menjawab pelan, tapi terlalu takut untuk menatap wajah pria yang duduk didepanku.

"Kalau kau butuh kesibukan, bukalah sebuah usaha, aku akan memberikan modal" Geno mulai mendekat dan mengengam kedua tanganku.

"Sayang, kau kan tau aku tidak berbakat soal itu" aku mulai menatap Geno yang sudah duduk tepat disampingku.

"Tapi Korea itu terlalu jauh sayang" Geno langsung memelukku erat, aku bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang saat itu.

Aku diterima bekerja sebagai seorang Creative Direktor disebuah perusahaan Kosmetik di Korea, awalnya aku hanya mendaftar lowongan untuk penempatan di cabang Jakarta, tapi melihat aku yang fasih berbahasa Korea serta nilai TOPIK lev 4 yang aku punya, perusahaan itu menawariku untuk bekerja dikantor pusatnya.

Setelah perdebatan yang cukup panjang bersama Geno, pria itu pulang dengan kekalahan. Seperti yang kalian tau kalau Geno sangat sulit untuk tidak menuruti semua kemauanku, apa lagi aku juga terlalu pandai menjawab setiap perkataan kekasihku itu.

"Jadi lo bakal pindah ke Korea ni ?" Luca yang baru keluar dari kamarnya setelah Geno pergi.

"iyah, seneng kan lo ? udah nggak perlu lagi ribut sama gue" Aku berjalan menuju dapur melewati Luca yang terus memandangku.

Merasa aneh, karena seharusnya aku mendengar kata-kata hujatan dari Luca, aku membalikan badanku dan melihat Luca yang sedang berdiri diambang pintu kamarnya.

"Lo nangis bang ?" Aku beneran kaget dan tidak menyangka melihat abang satu-satunya itu sedang menangis.

"Ka-lau.. lo .. per-gi hiks... hikss..." Pria itu mulai berbicara sambil terisak dengan tangisanya, aku yang awalnya jijik mulai sedikit terharu.

"Bang lo jangan nangis gini dong" karena ngak tega, aku mulai mendekatinya perlahan.

"KALAU LO NGAK ADA, SIAPA YANG MAU GUE BULLY !!!" Sebelum aku sampai mendekatinya, Luca mulai berteriak, langsung masuk kekamar dan mengunci pintunya.

"SIAAALAN LO BANG !!!" Aku yang emosi melihatnya langsung menendang-nendang pintu kamarnya dan terus mengatai abang yang kekurangan otak ini.

Jangan pernah berharap sesuatu yang mengharukan terjadi antara aku dan Luca, walau beberapa kali aku sempat hampir terbuai dengan aktingnya yang payah itu, tapi kami selalu berakhir dengan pertengkaran yang menghebohkan.

Prov : Yoongi ( Di Korea Deagu )

Memandang layar ponselku yang hening, sebuah layar chat yang sudah lama tidak aku buka, seorang teman serta sosok gadis manis yang sebenarnya sudah mencuri sebagian hatiku.

Sudah dua bulan lebih aku tidak menguhubungi Luci, memang awalnya karena aku yang tiba-tiba masuk rumah sakit dan harus melakukan operasi bahu, selama itu juga ponselku dipegang saudara laki-lakiku.

Sibuk dengan segala prosedur rumah sakit dan pemulihan Geum Jae menyita segala perangkat elektronik, katanya aku bisa saja terus bekerja walau hanya memengang ponsel, jadi saudaraku itu hanya memperbolehkanku memegang remot Tv selama dirumah sakit.

Nugu-seyo ? || Suga BTSWhere stories live. Discover now