24 ¡! Dad and His Son

56 7 0
                                    

🚨 Now playing: A Great Big World - Say Something 🚨

Flashback to the day when their family met.

Henry bersandar pada pembatas balkon lantai dua rumahnya, menatap kosong lampu-lampu yang menerangi gelapnya taman di halaman belakang. Ia mengabaikan suhu dingin malam hari merasuk ke dalam kemeja putihnya. Ia tetap diam di sana tanpa berpaling, tanpa mengatakan apapun, dan tanpa menggosokkan tangannya karena kedinginan.

Bahkan ketika ia mendengar derap langkah yang mendekatinya, ia sama sekali tidak menoleh. Henry yakin, suara sepatu pantofel itu milik ayahnya. Menyadari sekarang sudah pukul sembilan malam dan makan malam antar dua keluarga itu telah usai, juga Eryth yang telah diantar pulang, maka pastilah orang yang kini datang menghampiri Henry itu dirinya.

"Kita harus bicara, Henry."

Henry tidak menengok padanya dan Clayton sudah berada di sisinya, ikut berdiri di sana sambil menghirup udara malam hari. 

"Hanya mengobrol ringan antara ayah dan putranya. Tidak akan ada baku hantam atau adu mulut. Aku janji," sambung Clayton. "Kau tidak mau bicara di dalam saja?" tawar pria separuh baya itu.

"Aku sedang tidak ingin diganggu siapapun."

"Baiklah, kalau begitu, aku akan tetap di sini." Clayton bersikeras untuk tetap di sana, meski suhu yang dingin membuatnya beberapa kali terbatuk-batuk di samping Henry, tetapi ia tetap berdiri tegak.

Mereka berdua terhanyut dalam kesunyian, kecuali suara deham Clayton yang menghiasi suasana malam itu mampu membuat Henry luluh sedikit. Ia berbalik dan melangkah masuk. "Udara di dalam lebih baik daripada di sini," ujarnya seraya melangkah dan Clayton tersenyum kecil pada Henry.

Kedua pria itu kini berada di ruang keluarga, di mana Clayton menghangatkan diri di dekat perapian sementara Henry masih berdiri di samping jendela. Clayton melirik ke arah putranya dan menghela napas, tahu betul Henry tidak mau berbicara padanya jadi ia yang harus memulai lebih dahulu.

"Henry," Clayton berdiri menghampiri Henry di sana, "bagaimana pendapatmu tentang makan malam tadi?"

Henry tidak menjawab.

"Apa kau menyukai keluarga Mr. Lloyd setelah berbincang sedikit dengannya?"

Henry tetap mengabaikannya.

Clayton membuang napas kasar. "Apa Mahiraeth baik-baik saja setelah datang lagi ke sini semenjak ia pergi enam tahun lalu?"

Dan pertanyaan itu sukses membuat Henry bergerak sedikit, melirik Clayton sekilas. "Kau masih perlu bertanya? Dia tidak pernah baik-baik saja selama ini," Henry tersenyum getir, "dan kau adalah alasan terbesar bagi dirinya."

"Sebesar apa Mahiraeth membenciku, Henry?" tanya Clayton. "Apa sebesar kau melakukannya padaku karena aku berpisah dengan ibumu?"

Henry mengangkat bahunya. "Aku tidak yakin. Eryth pastilah menelan pahit lebih banyak dariku. Dia mengalami banyak hal buruk di usia mudanya, tidakkah kau berpikir itu menyedihkan?"

"Dia yang memilih untuk pergi dan melarikan diri dari sini, Henry."

Henry mengernyit. "Apa maksudmu?"

Clayton balas menatap Henry heran. "Bukankah yang sedang kau bicarakan ini adalah masa lalu Mahi?" tanyanya balik. "Aku tahu, selama ini Mahi menyimpan dendam padaku karena dia merasa aku merebut Janetta darinya."

Alarm of The Heart-ProgramWhere stories live. Discover now