00 ¡¡ Littleswarthy

327 19 0
                                    

Jari-jemarinya akhirnya berhenti menari di atas papan tik setelah satu kali tekanan dari jari telunjuk kanan menuntaskan pekerjaan itu. Ia mengecek sekali lagi paragraf berisi kode-kode perintah dengan bahasa pemrograman yang ia susun sedemikian rupa di sana agar menghasilkan kerja yang bagus tanpa adanya eror di salah satu karakter saja.

Beres. Ia pun mencabut flashdisk-nya yang tersambung pada laptop berwarna silver itu dan menyimpannya dengan baik.

Itu memang bukan tugas yang wajib dituntaskan sebelum hari esok. Sebenarnya, ia bisa menyelesaikan pekerjaan itu sesukanya, namun ia memilih menuntaskannya hari ini juga, tepat di pukul dua belas dini hari. Karena boleh jadi, esok hari, ia benar-benar membutuhkannya untuk keperluan bisnis.

Gadis berkacamata tebal itu menggaruk rambut ikal sebahunya yang tidak gatal, lalu ia meregangkan tubuhnya sejenak sambil berjalan menuju ke tempat tidur yang jaraknya hanya tiga langkah dari meja kerja. Ia melirik ponsel pintarnya yang tergeletak begitu saja di samping bantal sejak lima jam yang lalu. Timbullah keinginan di benaknya untuk mengecek isi ponselnya itu sebentar saja.

Tidak ada yang menarik ternyata. Tidak ada seseorang pun yang memedulikan dirinya, tak ada pesan dari seseorang yang menanyakan apa ia sudah makan atau belum, atau bahkan sekadar memastikan dirinya masih hidup saja tidak ada.

Membosankan sekali sebenarnya kehidupan ini, pikirnya.

Huft! Gadis itupun menjatuhkan dirinya ke atas kasur seraya melemparkan kembali ponselnya ke sembarang arah. Nahasnya, ponsel berlogo semangka yang sudah digigit separuh itu tersungkur di atas lantai hingga terdengar bunyi "plak" yang membuat gadis itu langsung buru-buru bangun dari kasurnya dan mengambil kembali.

"Argh, untung saja tidak pecah!" gerutunya sambil membolak-balikkan ponsel, memastikan itu baik-baik saja.

Ia bernapas lega saat panggilan masuk dari seseorang bernama Ed muncul di layar ponselnya. Itu berarti ia tidak perlu membeli ponsel baru gara-gara tingkahnya yang ceroboh itu. Dengan segera, ia mengangkat telepon dari Ed.

"Ada apa meneleponku malam-malam begini?" Ia langsung menyela ucapan Ed yang hendak mengucapkan "selamat malam" padanya.

Terdengar suara kekehan dari seberang sana. "Begini Bos, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Maaf kalau mendadak sekali," ucap manajernya itu.

"Hm. Katakan saja."

"Seorang klien akan menemuimu secara langsung esok hari di kantor, tepatnya di ruang kerjamu, untuk menawarkan kerja sama. Jadi, tolong rapikan apartemen kecilmu itu dan berpakaian formal agar dia tidak keberatan berada di sana dan dia merasa nyaman dengan kita, Bos," Ed terdengar mengatakannya dengan santai, tetapi tetap menjaga hormatnya pada "Bos" yang jauh lebih muda darinya itu.

Gadis itu melepas kacamatanya dan memutar bola mata malas. "Mengapa harus aku yang menemuinya? Apa kau dan yang lain tidak bisa menangani mereka? Lagipula, bukankah seharusnya kalian sudah menolak kerja sama dengan perusahaan lain, huh?"

"Klien ini bersikeras menemui si Littleswarthy, peretas andal itu, dan ia ingin berbicara langsung denganmu sebagai pimpinan ERL Venture tanpa perantara siapapun," tutur Ed. "Klien ini ... adalah orang terpandang, billionaire, seorang pemilik perusahaan startup yang baru-baru ini naik daun dari perusahaan raksasa di Amerika Serikat kalau kau pernah membaca berita tentangnya. Jadi, kuharap kita tidak mengecewakannya, Bos."

"Jam berapa aku harus menemuinya?" Pertanyaan yang dilontarkan Littleswarthy mengabaikan kalimat terakhir Ed.

"Sembilan pagi," jawabnya.

Gadis berambut keriting itu menguap. "Baiklah. Aku sudah mengantuk. Ada lagi yang mau kausampaikan?"

"Tidak ada. Terima kasih dan selamat malam, Nona Bos."

Littleswarthy mengembuskan napasnya kasar, berpikir sejenak dengan apa yang dikatakan tadi oleh Ed. Ya, Ed memang bawahannya, tetapi dia selalu tulus dan peduli dengan apa yang terbaik untuk bisnisnya, untuk ERL Venture, dan segalanya. Jadi, Ed tak pernah sungkan untuk menyatakan hal yang sejujurnya padanya, begitu pula Littleswarthy yang tak pernah merasa tersinggung dengan ucapannya.

Tidak biasanya lelaki itu memintanya merapikan apartemen kecil yang selalu berantakan dan membuatnya mengenakan pakaian formal. Itu berarti seorang klien yang Ed katakan memang mempunyai posisi kuat dan ia tidak boleh menyia-nyiakannya.

"Baiklah, kuharap esok hariku menyenangkan," ia mendengus pelan, sebelum akhirnya ia tenggelam dalam selimutnya, "atau setidaknya tidak membuatku kesal."

° ▪ !♡! ▪ °

Alarm of The Heart-Program
00: Littleswarthy

Friday, October 29 2021
21:21

Alarm of The Heart-ProgramWhere stories live. Discover now