"Ada yang ngga beres yang, aku cepetin dikit deh biar paling ngga kita sadarin supirnya" jeno kemudian menekan gas lebih dalam, kecepatan mobilnya pun ikut bertambah  menyusul mobil sang abang yang melaju lebih kencang dari sebelumnya.



"Itu bener mobil abang kan? Kok supir nya ngaco? Setahuku supirnya abang tuh sopir berpengalaman deh. Kak mina juga rekrut staff pasti dipilih dulu"  ujar yeji tak menyangka. Mobil mereka berjalan semakin cepat, malam semakin larut, keadaan juga sangat sepi, hanya ada mobil yang ditumpangi yeji dan jeno serta mobil yang diduga milik abang mark melewati jalanan panjang yang gelap.



Jeno mengeluarkan kepalanya dari jendela dan berteriak "BANG, TURUNIN KECEPATAN MOBIL LO. ADA YANG GA BERES DI MOBIL LO BIAR JENO BENERIN" teriaknya keras, namun tidak ada balasan selain mobil yang melaju semakin kencang. Suasana jalan hanya terdengar suara teriakan jeno dan deru mobil miliknya yang semakin kencang. Sialan. Harusnya ia membawa Ferarri miliknya atau paling tidak mobil mobilnya yang lebih kencang dari mobil yang sekarang ia tumpangi.

Jeno masih mencoba berteriak sambil menyamakan keadaan mobil yang ditumpangi oleh mark hingga ia tidak melihat ke arah depan. Tepat di sebuah perempatan tanpa lampu jalan.  "MAS JENO REM"

BRAK

Jeno yang langsung mengerem mobilnya setelah yeji berteriak cukup keras sementara yeji yang memegang perutnya terdiam sejenak melihat apa yang sedang terjadi di depan mereka.

Sebuah truk menyambar sedan hitam dengan plat nomor 0809 MRK hingga sedan itu berputar bahkan terguling.


BRAK


belum selesai, satu mobil lagi dari arah berlawanan yang sepertinya tidak terlalu melihat kondisi kedepan menabrak mobil milik mark hingga mobil itu terguling berkali kali berbalik ke arahnya.

"BANG" jeno keluar dari mobil karena mobil Mark berguling mendekati mobil mereka. Ia langsung membanting pintu dan nampak berlari dari tempatnya. Mendekati mobil milik mark yang sudah ringsek dan terguling begitu kencang. Mobilnya sudah hancur parah karena dua kali tertabrak truk yang sekarang sudah menghilang entah kemana. Jeno bahkan tidak sadar kalau truk yang menabrak mobil milik Mark sudah menghilang dari tempat kejadian.

"BANG, DENGER JENO?" jeno mencoba mengetuk pintu belakang tempat mark duduk. Mark benar benar berada di dalam mobil itu. Tidak, bukan pada tempat duduk. Dia terjepit di sela sela kursi. Jeno lemas. Tenaganya hilang entah kemana. Otaknya sudah tidak lagi berfungsi.

Brak


Brak

Jeno memukul kaca mobil yang sialnya belum pecah juga dengan siku miliknya. Sialan, abangnya benar benar mendesain mobilnya sendiri.  Jeno terus mencoba mendobrak apa yang ada di depannya, abangnya harus keluar dari mobil. Jeno tidak peduli sikunya akan berdarah atau bahkan rusak, dia harus mengeluarkan mark sebelum bensin mobil ini bocor hingga membuat mobil ini terbakar nantinya. Mark harus keluar.

Jeno berlari mencari benda yang bisa menghancurkan kaca. Ia terdiam sebentar kemudian ia teringat dongkrak. Ia lantas berlari kembali ke mobilnya guna mengambil dongkrak di bagasi belakang.

"Mas" yeji tentu saja panik melihat jeno yang datang dengan lengan penuh darah. Jeno menghapus air mata yang ternyata sedari tadi mengalir dari matanya tanpa ia sadari. Tangannya bergetar cukup kencang.

"Yang,  telepon ambulans sekarang. Abang benar-benar ada  di dalam" yeji yang masih shock dan mencoba menerima apa yang sebenarnya terjadi pun langsung buru buru mengambil ponsel miliknya dengan gemetar.

Jeno kembali berlari kencang, tujuannya hanya satu. Mengeluarkan abangnya dari dalam mobil. Jeno menggila. Ia memukul mukulkan dongkrak itu dengan kemcang, berkali kali hingga kaca mobil milik abangnya hancur tanpa sisa, ia kemudian menarik pintu samping dengan kencang hingga terlepas. Peduli apa dia jika pintu itu rusak. Mobil ini juga tidak bisa dibetulkan lagi.

"BANG" jeno mencoba menarik tubuh mark tentu saja dengan perlahan dan penuh kehati-hatian walau air mata nya yang kini benar-benar turun.


"Bang, bangun" gumamnya dengan tubuh gemetaran bukan main, ia masih coba menarik tubuh mark yang sudah berada di sela sela kursi, lebih tepatnya di bawah karena mark terguling begitu kencang.

"TOLONG, SIAPAPUN TOLONG" teriaknya mencoba mencari bantuan, siapa tahu ada pengendara lain yang mendengarnya selain yeji.

Yeji yang mendengar teriakkan suaminya segera mendekati Jeno, mencoba memberi bantuan sebisa mungkin.

"Pegang kakinya, yang. Aku mau keluarin kepalanya" yeji, yang setengah khawatir dan tentu saja shock bukan main  mengingat ini kecelakaan pertama yang ia lihat dan dia juga merenggut kakak iparnya. Ah yeji tidak seharusnya mengatakan hal itu, mark pasti selamat.

Darah berceceran dimana mana, mobil milik mark pun sekarang sudah bercampur baunya antara bau mobil, bau terbakar, dan bau darah. Yeji sebisa mungkin menekan rasa mual yang ia rasa. Iparnya harus diselamatkan dan hanya ada mereka berdua di sana. Yeji tadi sudah menelepon ambulans dan mereka pasti akan segera kesini.

"Bang, ayo bangun bang. Jangan tinggalin jeno" gumam jeno saat menarik keluar mark. Yeji membantu dengan menarik kaki mark begitu kepala mark sudah keluar. Jeno tahu, dia menyalahi prosedur, tapi jika mark dibiarkan, dia akan mati didalam.

"Bang, denger jeno?" Mark sudah tidak sadarkan diri. Darah keluar dari telinga, hidung, serta mulut milik mark. Jeno paham. Jeno mengerti kemungkinan terburuk yang terjadi.

"Bang, bangun denger jeno ngga? Bang, denger jeno" tidak ada jawaban. Mark sudah benar benar kehilangan kesadaran. Jeno tidak peduli dirinya sudah sekacau apa, dia bahkan menangis saat memanggil manggil nama abangnya. Yeji pun meringis, perutnya tiba tiba keram hingga membuatnya harus menjauh dari jeno.


"BANG DEMI TUHAN, JANGAN BIKIN GUE KEHILANGAN LAGI. BANGUN" jeno berteriak frustasi karena tidak kunjung merasakan nadi milik mark. Detak jantungnya pun sudah tidak lagi terasa.


Jeno hanya bisa meraung sembari memastikan keadaan mark. Apakah masih ada peluang mark untuk selamat atau tidak. Namun nihil, jeno tidak bisa merasakannya. Dia tidak membawa stetoskop atau alat untuk memeriksa keadaan mark. Ia hanya melakukan pertolongan pertama.


Yeji yang sekarang berada di trotoar menatap pemandangan dihadapannya sambil mengusap perutnya. Ia berbisik kepada anak anaknya agar mengerti kondisi sang papa. Yeji tidak tahu harus bereaksi apa selain menangis melihat suaminya tertunduk pilu di samping tubuh sang abang yang terus menerus mengeluarkan darah. Jeno masih mencoba melakukan pertolongan. "Dek, jangan rewel ya. Mama minta kerjasama kalian" bisiknya sembari menghapus air matanya. Ia tidak sanggup melihat pemandangan dihadapannya. Jeno yang bahkan menangis begitu deras sementara mark masih terkapar penuh darah.

Bantuan datang pada menit ke tujuh, ambulans dan pihak kepolisian yang yeji panggil datang bergantian. Tandu tandu mulai dikeluarkan, jeno menyingkir. Ia menatap abangnya yang sudah ditandu bersama supirnya yang dibawa keluar oleh pihak medis hingga akhirnya mobil itu benar-benar meledak.

Mobil mewah penuh kenangan bagi keluarga mark, meledak. Api membakar seluruh kerangka mobil. Membakar sisa darah yang tersisa lengkap dengan segala kenangan milik keluarga kecil sang direktur agensi ternama bersamaan dengan hilangnya detak jantung sang pemilik.


======================================

Terima kasih telah membaca, jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ❤️


ROYALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang