73. 🔗 I Did 🔗

Comincia dall'inizio
                                    

"Siap-siap. Mbaknya baru banget di jogja ya?"

Nisnus hanya mengangguk, lalu fokusnya berhenti pada sosok wanita tua yang berjualan semacam jajanan tradisional.


Nisnus hanya mengangguk, lalu fokusnya berhenti pada sosok wanita tua yang berjualan semacam jajanan tradisional

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Kalau ditanya itu jawab Mbak," sindir Masnya sambil melihat ke arah spion.

"Loh Masnya juga udah liat saya ngangguk dari spion kan, ngapain tanya lagi?"

"Astaghfirulloh, iya-iya saya yang salah."

Kini suasana kembali canggung, keduanya fokus dengan pikirannya masing-masing. Diam ialah jalan terbaik untuk sekarang ini.






🚀🚀🚀🚀🚀






"Kapan pulang?"

Nisnus jengah, memutar bola mata malas. Tidak ada niatan membalas pertanyaan konyol dari abangnya itu.

"Nggak usah lebay, gw juga baru nempeln pantat."

"Bukan gw, Ibu noh dari semalem nangis bombay mulu."

"Yaudah kasihin handphone-nya ke Ibu."

Terlihat dari layar kaca Riko tengah berjalan menuju teras. "Nih dicari anak lutung Bu."

"HEH MULUTNYA YA!" teriak Nisnus tak terima sambil melotot tajam ke arah telinga.

"Bu..."

"Anak Kingkong nakal tuh Bu," rengeknya lucu.

Ibu mencuci tangan setelah bercocok tanam pagi ini, lalu mengambil alih ponsel dari Riko.

"Assalamu'alaikum," sapa Ibu melambaukan tangannya.

"Wa'alaikumsalam, gimana Ibu tanpa aku kesepian kan?" tanya Nisnus sangat percaya diri.

"Dih sok iye lo," serobot Riko tak terima lalu berlalu begitu saja.

Nisnus tak ambil pusing dengan itu, dia lebih fokus dengan tatapan sendu sang Ibu yang berusaha disembunyikan darinya.

"Bu?"

"Udah sarapan?"

Nisnus mengangguk, lalu menopang dadu sambil rebahan di atas kasur yang sekarang ini menjadi primadonanya.

"Kalau nggak ada aku, Ibu jangan nangis ya. Disini aku ikut sedih."

Ibu terkekeh pelan. "Siapa juga yang nangisin kamu."

"Heleh, matanya aja sembab. Ngaku hayo?"

Ibu hanya menggeleng pasrah, beliau masih diam. Menatap lamat-lamat putri bungsunya itu yang jauh darinya.

"Nanti kalau udah mulai kuliah, harus bisa cari baju sendiri."

"Bu..."

"Shuuuut...."

"Itu juga pilihan kamu kan, harus bisa tanggung jawab. Harus apa-apa sendiri. Makanya Ibu pesen, jaga diri baik-baik di kota orang."

"Buktiin kalau kamu tuh bisa."

"Buktiin kalau kamu tuh nggak nakal."

"Buktiin sama Ayah kalau kamu masih sama kayak dulu, tetep jadi putri kecilnya."

"Bisa?"

Nisnus masih menutup wajah dengan selimut, tidak mau jika Ibu melihatnya dalam keadaan nangis.

"Jangan nangis, nanti geulis-nya ilang."

Refleks Nisnus menyibak selimut dan melotot kaget. "Kok bisa tau kalau aku lagi nangis?!" serunya agak parau.

"Tuh tuh suara kamu aja bindeng," balas Ibu menunjuk layar ponsel.

"Nggak."

Terlihat Ibu misuh-misuh sendiri melihat anaknya tidak mau ngaku. "Ibu yakin kamu bisa Nis!"

"You Can Do it you can do it," gurau Ibu bernada sontak nampak senyuman tipis di wajah sang putri.

Nisnus tak mampu berkutik lagi, dia hanya menatap sang Ibu. Baru beberapa hari disini saja sudah rindu. Apalagi harus menahan selama empat tahun.

Benar apa kata Dilan, rindu itu berat.

"Udah mandi sana."

Menggulingkan badan ambil memeluk guling kesayangan. "Males ah, ntar aja. Aku juga nggak kemana-mana."

Ibu menggeleng sambil menunjuk layar ponsel. "Nggak ya nggak, Ibu tutup dulu. Pokonya harus mandi."

"Assalamu'alaikum."

Nisnus mendesah pelan, meregangkan otot tubuhnya agar mau diajak kompromi untuk beranjak dari kasur. Menjadi produktif ialah tujuan utamanya hari ini.

Prinsipnya kalau masih bisa besok kenapa harus sekarang. Hidup cuma sekali, kalau tidak dinikmati ya percuma. Nambah dosa kurang bahagia.

Apalagi minggu ini sepertinya minggu terakhir Nisnus bisa bermanja dengan kasur kesayangannya. Minggu depan, dia harus disebukkan dengan kegiatan ospek maba di kampusnya.

To Be Continued🧚









Dont judge people by cover, harus tau isinya dulu baru bisa nyimpulin orang itu kayak gimana. Ok?

Mau ketemu kapan?

Spam next dulu👉

See u next time✨










BIMTA [COMPLETED✓]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora