Dekatéssera

2.3K 206 0
                                    

Azka tidak jadi untuk pergi menemani Keisha di rooftop bar, ia lebih memilih untuk latihan basket dengan timnya. Bahkan, ia membiarkan mobilnya dibawa oleh mereka, jika ada lecet ia bisa meminta ganti rugi.

Suara deringan handphone membuat fokusnya teralihkan, hanya pesan dari temannya. Menurutnya tidak terlalu penting, bukan dari Barra ataupun Reihan, hanya dari sosok yang ia kenal saat sekolah menengah pertama dan sampai sekarang.

Azka tidak membalas pesan tersebut, dan memilih untuk kembali bersantai sambil melihat siaran televisi yang saat ini ia setel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Azka tidak membalas pesan tersebut, dan memilih untuk kembali bersantai sambil melihat siaran televisi yang saat ini ia setel.

"Untuk apa berpacaran dengan orang yang bahkan tidak menyukai perbedaan," gumam Azka.

~'🌺'~

Kaila baru saja bisa beristirahat setelah beberapa menit yang lalu, cafe tempatnya bekerja kedatangan pengunjung yang cukup ramai. Ia duduk di dekat ruangan staf sambil bersandar pada sofa dengan mata tertutup

"Aku pikir, aku akan jatuh pingsan tadi kak. Gila banget, tumben cafe banyak pengunjung hari ini." ujar Kaila pada seniornya.

"Dek, tadi kakak mau nanya. Cuman kelupaan," sahut seniornya membuat Kaila menatap kak Fitri dengan pandangan bingung.

"Kamu tadi berangkat sama siapa?" tanya Fitri.

"Kakak senior di sekolah, kak. Azka namanya, kakak kenal?" jawab Kaila, dan Fitri menutup mulutnya tidak percaya.

"Kamu ngga pacaran sama dia kan dek? Soalnya, kamu tau kan dia .. maksud aku agak berbeda dari kita," ujar Fitri dan Kaila mengangguk paham.

"Tapi, bukan berarti aku harus jauhin dia kan kak, apalagi menghindari. Dia emang berbeda, tapi menurut aku ngga perlu kita pandang dengan sebelah mata juga, kemungkinan ada alasan mengapa ia seperti itu, karena setiap orang punya alasan masing-masing." sahut Kaila dan Fitri mengangguk setuju.

Kaila paham, ia sudah mendapatkan pelajaran dari ucapannya waktu itu. Ia yakin, Azka memiliki perbedaan karena ada alasannya dan jujur Kaila penasaran apa alasan itu.

Jarum jam, terus berjalan sesuai peraturannya. Kini waktunya Kaila pulang, sudah jam 8 malam. Ia akan memesan taksi atau apapun yang bisa membuatnya sampai ke rumah dengan selamat.

Tapi, belum aja ia sempat memesan taksi online. Sosok yang tadi siang ia bicarakan dengan seniornya, sudah menunggu di dekat cafe dengan motor temannya.

"Buruan, kalo mau pulang bareng gue." teriak Azka membuat Kaila mengangguk dan berjalan menghampirinya. "Lo, lama amat mikir mau pulang aja naik apaan," ujar Azka dan Kaila yang mencibir pelan dibelakang punggungnya.

Suasana malam yang terasa cukup dingin membuat Azka melajukan motornya dengan kecepatan pelan. Kaila juga bisa dengan santai melihat langit malam yang bulan sudah tertutup dengan awan. 

"Kayanya sebentar lagi bakalan hujan," ujar Kaila pelan. Azka ikut melihat langit, dan mengangguk setuju. 

"Gue mau beli makan dulu, lo nggak apa-apa kan kalo nunggu bentar" sahut Azka dan Kaila mengangguk. 

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Where stories live. Discover now