Dekaéxi

2.2K 224 4
                                    

Semenjak sering bertemu dengan Azka dan terkadang pergi bersama ketika ia ingin berangkat kerja dan Azka latihan basket di sore hari. Entah mengapa membuat Kaila jadi merasa ia sudah akrab dengan kakak seniornya itu.

Seperti siang ini, anak basket sedang latihan untuk pertandingan dua bulan lagi. Tentu saja ada Azka dan beberapa teman-temannya di sana. Sinar matahari yang cukup terik tidak mengganggu konsentrasi mereka untuk saling mengoper bola.

Bahkan, para siswi dan siswa lain juga tidak merasa terganggu dengan panas cuaca untuk menonton latihan tersebut.

“Azka, lo nggak apa-apa kan? Sorry, nggak sengaja beneran. Tadi niat gue mau ambil bola, tapi lo ke dorong kuat banget” ujar Lino dan Azka tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

“Santai aja, nanti tanding jatuhnya bakalan lebih dari ini,” sahut Azka dan kembali berlari mengejar bola.

Lino tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, setuju akan ucapan anggota timnya. Jatuh hanya kesenggol dan tidak bisa menjaga keseimbangan itu wajar, dan mereka juga sedang berlatih jadi ketidaksengajaan ketika mengambil bola dan terdorong sudah hal biasa.

Berbeda lagi ketika sedang bertanding, kebanyakan lawan akan sengaja untuk mendorong agar mereka mendapatkan bola. Pastinya, harus memiliki teknik agar ia tidak dihitung foul / pelanggaran.

Suara peluit dari pelatih membuat semua anggota tim 1 dan 2 menghentikan pertandingan mereka. Azka berlari ke arah tasnya untuk mengambil air minum di sana.

“sial, minum gue habis.” ujar Azka ketika baru sadar mengenai air minum yang sudah habis ia teguk sebelumnya.

“Mau gue ambilin ke gudang nggak?” tanya Reihan padanya. “kebetulan punya gue juga tinggal dikit, kalo bagi dua kagak bakalan mempan ngehilangin haus kita,”

Azka menganggukkan kepalanya, tapi belum saja Reihan berlari ke arah gudang suara memanggil nama Azka terdengar.

“Kak ini minumnya/ Azka air minum lo,” Keisha menatap bingung ke arah Kaila adik tingkat yang masih memiliki problem dengan Azka , kini sedang berdiri di depan dan menawarkan minuman untuk Azka.

Azka menaikan salah satu alisnya menatap Kaila yang juga melihat ke arah Keisha dengan terkejut. Sedangkan Reihan yang berada di belakang cukup penasaran botol air pemberian siapa yang akan diterima oleh Azka.

Meskipun ia sudah tau jawabannya, tapi rasa penasaran itu tetap saja membara seperti panas api kebakaran hutan.

“Eoh, thanks” jawab Azka sambil menarik kedua botol itu dan berjalan ke arah Reihan.

“Minum, nggak udah ambil ke gudang” ujar Azka padanya.

Reihan menatap temannya cukup terkejut, pasalnya otak cukup pintar miliknya mengatakan Azka akan hanya mengambil air pemberian Keisha, tapi temannya ini mengambil keduanya.

Keisha masih kini menggeser tubuhnya, agar berhadapan dengan Kaila. “Lihat siapa ini, bukankah lo yang ngatain Azka waktu itu ya? Pikir nggak bakalan berani unjuk diri di depan umum, gila sekarang bahkan lo berani ngasih air buat Azka?” tanya Keisha terkejut.

Kaila menundukkan kepalanya, jujur ia juga sebenarnya merasa malu untuk kembali ke sekolah setelah masalah waktu itu. Tapi, hanya dengan pendidikan maka ada kemungkinan keuangan Kaila kedepannya akan semakin lancar.

Ia perlu ijazah sekolah agar bisa melamar pekerjaan yang lebih baik lagi, jadi Kaila harus menyelesaikan studynya meskipun menahan malu. Lagipula itu memang kesalahannya.

“maaf kak,” lirihnya pelan.

Keisha mentertawakan perkataan tersebut, beberapa siswa/i yang masih ada di sana jelas akan memperhatikan mereka dan saling berbisik satu sama lain.

“Gila, itu orang setelah ngehina Azka sekarang suka ya? Anjing, itu jadinya menjilat ludah sendiri kan” ujar salah satu siswi dengan tatapan tidak percaya.

“Gue jadi dia malu buat ke sekolah, sumpah minta pindah aja. Pd banget datang ke lapangan, buat kasih air minum”

Keisha tersenyum sinis, dan membiarkan orang lain yang berbicara mengenai image dari sosok dihadapannya. “lihat, semua orang benci sama lo. Karena itu, jangan terlalu jadi orang yang paling bener. Pada akhirnya apa, lo malu sendirikan. Apa jangan-jangan lo suka Azka ya?” sinis Keisha.

Reihan memperhatikan keduanya, menyenggol tangan Azka yang sedang melihat handphone. “lo sengaja biarin mereka berdua? Keisha bakalan buat dia nangis, lo tau kan ucapan Keisha cukup tinggi dan buat sakit hati,” ujar Reihan.

Azka mengalihkan pandangannya dari layar handphone menuju ke arah pinggir lapangan, helaan nafas yang terdengar lelah membuat Reihan mengerti mengapa Azka hanya diam seolah-olah tidak peduli.

“coba lo jawab pertanyaan gue, lo suka sama Azka?” tanya Keisha. Kaila menggelengkan kepalanya, meskipun ia masih menunduk tidak berani menatap kakak seniornya.

“Tatap gue nerd, lo ngapain ngelihatin sepatu gue!” sungut Keisha kesal.

Mendengar bentakan kasar itu, Kaila segera menatap Keisha. Tangannya bergetar, membuatnya menyembunyikan kedua tangan itu di belakang.

“Jawab, pakai suara!” ujar Keisha tegas.

“n-nggak kak, aku cuman mau kasih air minum aja” jawabnya sedikit terbata.

“Keisha, lo udah kelewatan. Udahlah lagian dia juga udah minta maaf sama Azka!” teriak Reihan dari tempatnya duduk.

Sedangkan Azka sudah bersiap-siap merapikan tasnya, ia berjalan ke arah pelatih untuk izin pergi dari lapangan lebih dulu dan pelatih memberikan izin tersebut.

Tatapan tajam itu membuat beberapa siswi yang melihat menelan ludahnya, meskipun terdengar lebay. Tapi ketika orang yang tidak banyak bicara, akan lebih menyeramkan saat marah, kata pepatah seperti itu.

“Azka lo mau kemana,” teriak Keisha saat melihat Azka hanya melewati mereka berdua.

Tidak ada jawaban dari Azka, ia hanya berlalu begitu saja dan Keisha berlari mengikutinya. Aurelia yang tadi menonton semuanya di bangku penonton, kini berjalan menghampiri Kaila dan mengajaknya pergi.

“Kan udah gue bilang, jangan suka kak Azka. Dia jahat, ngga sebaik yang lo pikirkan. Lihat aja tadi, bahkan ia ngga peduli lo dipermalukan depan umum sama kak Keisha,” ujar Aurelia dan Kaila hanya diam.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Where stories live. Discover now