Ένα

8.2K 391 9
                                    

“Jangan lupa hari ini ada pemeriksaan atribut ke kelas-kelas,” ujar Barra pada sosok yang sedang menguap malas di bangkunya. “Barra, lo aja deh ya yang ngelakuin. Gue ada latihan basket nanti,” ujarnya membuat Barra menghela nafas dengan kesal.

“Azka, lo lupa apa pangkat lo di PKS? Lo ketua anjir, masa setiap ada pemeriksaan yang ngelakuin anggota lo,” sahut Barra emosi.

“Kalo gitu kita tukaran aja. Lo jadi ketua, gue jadi jadi anggota lo, gimana?” usul Azka dengan antusias. Barra menghembuskan nafasnya dengan kesal, melangkah menjauh dari temannya.

“Bego lo anjing,” umpat Barra dan berlalu begitu saja. Sedangkan yang diumpat, tertawa pelan dan kembali memejamkan matanya.

Ia membenarkan ucapan anggotanya, bahkan untuk pertama kali ia di angkat menjadi ketua pks, hanya sekali ia melakukan razia bersama dengan anggotanya. Setelahnya, ia akan memberikan banyak alasan tidak masuk akal agar tidak ikut melakukan hal tersebut.

~~~~~'🌺'~~~~~

Suasana sekolah menjadi lebih tenang, karena bel masuk telah berbunyi. Banyak siswa/I yang sudah masuk ke dalam ruang kelas untuk mengikuti pembelajaran.

“Yang lain mana, kenapa cuman segini yang ikut pemeriksaan?” tanya Barra tegas. Beberapa anggota yang sudah datang saling menatap satu sama lain.

“Reihan izin dia ada urusan sama wali kelas. Kayaknya sih masalah serius,” jawab Eska membuat Barra mengangguk paham.

“Yaudah segini aja yang ikut, satu orang satu kelas. Barra, Arzan lo jalan ke kelas 12, gue periksa anak kelas 11. Lo Aurellia periksa kelas 10, Eska lo tunggu di ruangan aja, pahamkan” ujar Azka membuat yang lain mengangguk paham.

“Lo yakin sendiri di kelas 11?” tanya Barra dan Azka menganggukkan kepalanya. “Kelas 11 cuman 2 ruangan doang, gue bisa sendiri santai aja.” jawab Azka dan berlalu lebih dulu.


Di depan ruangan kelas 11 A, Azka berdiri dengan santai sambil memperhatikan guru yang mengajar. Ia mengetuk pelan pintu kelas dan membukanya, menyapa guru hanya untuk sebatas formalitas saja.

“Izin ibu, saya dari PKS ingin melakukan pemeriksaan atribut,” ujar Azka dan membuat sang guru mengangguk paham. Meninggalkan kelas serta menyertakan siswa/i tersebut untuk diperiksa.

Suasana kelas yang tadi hening, mendadak ricuh karena terkejut dan baru tau jika ada pemeriksaan artinya hari ini. Azka masuk ke dalam kelas dan berdiri di dekat meja guru. Memperhatikan beberapa siswa atau siswi yang  gelisah.

“Berdiri semua,” ujarnya datar namun terkenal sangat tegas. Dengan sigap semua berdiri tanpa membantah. Azka berjalan menuju barisan yang ada di hadapannya. Menelisik setiap aset atribut pada pakaian adik kelasnya, apakah ada yang kurang atau tidak.

Barisan satu aman, kini ia menuju barisan kedua dan berhenti tepat di tengah-tengah. Menatap datar pada siswa yang berdiam dengan gelisah. “Lo tau peraturan sekolah kan?” tanyanya dan dibalas anggukan oleh adik tingkat dengan takut.

“Coba sebutkan salah satunya,” ucap Akza dengan tangan yang berada di dalam saku. “Memakai dasi, memakai sabuk pinggang, rambut tidak boleh di bawa telinga, sepatu harus warna hitam dan putih tidak boleh warna lain, tidak boleh memainkan handphone ketika jam belajar.” Azka menganggukkan kepalanya.

“Lo lihat sepatu yang lo pakai warna apa? Lepaskan, antar ke ruangan PKS,” ucap Azka dan melanjutkan langkahnya. “Yang lengkap semua atribut menurut diri kalian silahkan duduk, dan yang merasa ia melanggar peraturan sekolah pergi ke ruangan pks, sekarang!” tegas Azka membuat beberapa siswa/i yang melanggar peraturan segera mengikuti perintahnya.

Setelah ruangan 11 A telah selesai ia periksa, langkahnya berlanjut ke ruangan yang tidak jauh. Anak kelas 11 B terlihat ribut, kemungkinan mereka sedang belajar mandiri saat ini. Azka mengintip sebentar ke dalam kelas dan benar-benar sangat kacau membuatnya langsung membuka pintu ruangan tersebut.

Suasana yang tadinya ribut dan kacau mendadak diam, beberapa siswa yang tadi berdiri-diri di sudut ruangan langsung berlari mencari bangku masing-masing.

“yang tadi sedang main hp, bawah ke meja ini sekarang sebelum gue yang ambil sendiri,” ujar Azka datar. Ia terlihat cukup kesal karena tingkah anak kelas 11 B yang bebas.

“Tidak ada yang mau antar? Oh, jadi lo pengen gue yang ambil sendiri, oke jadi jangan harap kalo handphone lo bakalan gue balikan setelah ini,” Baru 10 detik Azka selesai mengucapkan kalimatnya, sudah ada beberapa siswi yang terburu-buru mengantarkan handphone mereka ke meja dekat Azka berdiri.

Azka menatap tajam ke semua adik tingkatnya. “Beneran cuman segini yang main hp, tadi gue lihat dari jendela banyak yang pegang hpnya,” ujar Azka.

Ia melangkah dengan emosi yang sudah terlihat sangat jelas, menuju bangku nomor 3 dari pintu masuk kelas. “handphone lo keluarkan,” ucapnya tegas pada siswi yang kini tersentak karena kaget.

“N-nggak bawa handphone kak,” jawab siswi itu sambil menundukkan kepalanya. Azka tersenyum miring saat mendengar jawaban adik tingkatnya.

Langkahnya berlanjut, pada bangku di belakang sang siswi. “Lo punya nomor dia kan, telpon dia sekarang.” pinta Azka pada siswi lain.

“Hp aku ada di depan kak,” jawab siswi tersebut membuat Azka menatap ke arah meja guru.

“Ambil, lo telpon dia dari depan sana,” sahut Azka emosi.

Dengan buru-buru siswi itu berjalan ke meja guru dan mengambil handphone miliknya, segera mencari kontak bernama kaila dan menghubunginya. Siswi yang tadi di hampiri pertama kali oleh Azka kini berdiri dengan gelisah, dan benar saja hpnya bergetar cukup kuat di dalam laci meja miliknya.

“Hp lo, gue sita. Jangan pernah datang ke ruangan PKS sebelum lo bawa orang tua buat temuin kepala sekolah,” ucap Azka setelah merampas handphone milik Kaila dan berlalu begitu saja.

“Yang berurusan mengenai hp disita, kalian datang ke ruangan PKS minta pada Eska surat pernyataan, jangan lupa jika hp lo pada mau balik minta orang tua lo buat tanda tangani suratnya, sekian.” tegas Azka dan berlalu dengan beberapa handphone di kedua tangannya, dan satu ada di sakunya.




A̮n̮d̮  i̮f̮  y̮o̮u̮  e̮n̮j̮o̮y̮  r̮e̮a̮d̮i̮n̮g̮  m̮y̮  s̮t̮o̮r̮y̮ , d̮o̮n̮'t̮  f̮o̮r̮g̮e̮t̮  t̮o̮  ḫi̮t̮  t̮ḫi̮s̮  s̮t̮a̮r̮ 🌟. T̮ḫa̮n̮k̮  y̮o̮u̮ s̮o̮ m̮u̮c̮ḫ, a̮n̮d̮ m̮y̮  s̮w̮e̮e̮t̮  g̮r̮e̮e̮t̮i̮n̮g̮s̮ t̮o̮ y̮o̮u̮ 💛

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Where stories live. Discover now