Énteka

2.3K 224 0
                                    

Waktu sudah mulai gelap, Azka kini sedang bersiap-siap untuk pulang. “Ayo, gue anterin pulang udah gelap.” ujar Azka pada Kaila.

“Aku pulang sendiri aja kak, naik bus.” jawab Kaila dan Azka hanya memberikan tatapan tajamnya membuat Kaila diam tidak dapat menolak.

Azka tertawa pelan ketika melihat mata sembab dari adik tingkatnya. Setelah seharian menangis, Azka yakin mata Kaila akan bengkak besok pagi. Ia lebih dulu menuju mobilnya yang tidak jauh terparkir, dan Kaila mengikutinya dari belakang.

“Tapi kak, aku bisa pulang sendiri kayak biasa. Takut ngerepotin kak Azka,” cicit Kaila yang sudah berada di dalam mobil.

“Rumah lo di jalan apa? Buruan, nanti hujannya turun udah gelap banget.” tanya Azka membuat Kaila pasrah.

“JL. Dermaga, kak. Tau kan?” jawab Kaila membuat Azka mengerutkan dahinya bingung. “Aku tunjuk aja deh kak arahnya, biar nggak nyasar kita.” ujar Kaila dan Azka menganggukkan kepalanya.

Mobilnya berlalu menuju jalan rumah Kaila, dan ini pertama kalinya ia berada di perumahan tersebut. Wajar jika Azka bingung dengan nama jalan yang asing baginya.

“Perumahan di sini sangat berbeda dari komplek rumah tempat kakak tinggal, aku yakin. Soalnya kakak heran gitu, dan pasti nggak nyaman. Maaf ya kak, jadi ngerepotin.” ujar Kaila.

“Tempatnya nyaman, berapa banyak rumah yang ada di sini?” tanya Azka dan Kaila menatapnya bingung. Azka melirik Kaila sekejap dan kembali fokus pada jalanan.

“Di sini seperti kontrakan aja sih kak, jadi aku kurang tahu berapa rumah yang udah ditempati. Cuman, kayaknya nggak terlalu banyak di sekitar sini. Karena yang paling sering aku lihat hanya ada 7 rumah, aja” jelas Kaila dan Azka menganggukkan kepalanya paham.

“Jadi lo ngontrak rumah bareng orang tua?” tanya Azka hati-hati. Kaila menggelengkan kepalanya, membuat Azka menatapnya bingung.

“Oh, kak. Itu rumah aku!” pekik Kaila cepat. Jelas hal itu mengejutkan Azka dan tidak sengaja mengerem mendadak. Tangan Azka refleks menahan dahi Kaila agar tidak menabrak dashboard mobil.

“Em, aku tinggal sendirian kak. Orang tua aku udah meninggal 4 bulan yang lalu,” ujar Kaila. Azka terdiam, ia menatap Kaila sebentar dan memperhatikan pekarangan rumah Kaila yang rapi dengan taman mini di depannya.

“Kakak mau singgah?” tanya Kaila pelan. Azka yang terlalu fokus memperhatikan suasana tempat tinggal Kaila sampai tidak mendengar pertanyaan tersebut.

“Kak,” panggil Kaila sambil menyentuh bahu Azka pelan. Tentu itu, membuat Azka tersentak dan menatap Kaila dengan bingung.

“Mau singgah?” tanya Kaila lagi dan Azka menggelengkan kepalanya. Kaila mengangguk paham. “Kalo gitu aku izin keluar dari mobil ya kak, makasih udah mau anterin aku. Makasih udah izinin aku balik ke sekolah lagi. Maaf udah buat kakak marah, bahkan nggak nyaman dekat aku.” ucap Kaila dengan kepalanya yang menunduk.

“Kalo ngomong sama orang, tatap lawan bicara lo bukan nunduk kayak gitu. Itu namanya nggak sopan, lo udah belajar sopan santun kan?” tanya Azka dan Kaila mengangguk.

“Besok lo balik ke sekolah, ntar malam itu mata dikompres dulu biar nggak bengkak. Gue mau balik aja, karena udah mau hujan. Btw, gue udah maafin lo tapi ingat jangan pernah ngelakuin hal kayak gitu lagi ke orang lain,” ujar Azka dan Kaila mengangguk paham dengan senang.

Kaila segera keluar dari mobil dan menutup pintunya dengan pelan, sedangkan Azka sudah bersiap-siap untuk memutar mobilnya. Kaila memperhatikan mobil Azka yang sudah berlalu pergi, ia tersenyum sangat senang saat ini akhirnya ia bisa sekolah kembali.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Where stories live. Discover now