Dekapénte

2.2K 219 5
                                    

Suasana pagi kian terasa berbeda. Azka harus meregangkan tubuhnya beberapa kali karena nyeri tidur di atas sofa semalaman. Tentu saja, dengan berbaik hati ia memberikan Kaila izin untuk tidur di kamar pribadinya.

“Pagi kak,”

Sebuah suara sapaan di pagi hari, tidak seperti biasa membuat Azka sedikit terkejut dan menatap sosok tersebut.

“Kak, maaf aku pakai dapurnya sembarangan nggak izin juga. Aku buatin nasi goreng, soalnya di kulkas adanya sosis dan makanan frozen,” ujar Kaila.

Tiba-tiba kelapa Azka terasa gatal padahal ia rajin mencuci rambutnya. “Ooh, i-iya. Makasih, letak di meja aja ntar gue makan,” sahutnya dan berlalu ke kamar mandi.

~🌺~

Ketika keduanya sedang sarapan, suara mobil yang tidak asing terdengar sangat jelas di depan rumah Azka. Berikutnya, teriakan dari Reihan dan Barra ikut terdengar jelas.

“Azka, lo bangun nggak! Enak aja lo tidur di rumah, gue ketiduran di bar!” teriakan kedua temannya sangat terdengar tidak terima.

Dengan malas Azka berjalan ke depan pintu untuk membuka. Mereka masuk dengan tergesa-gesa, tanpa melihat orang lain selain mereka. Mengambil air minum di dalam gelas, bahkan Reihan menarik sepiring nasi goreng milik Azka yang belum habis untuk ia makan.

“Punya gue itu,” ujar Azka sambil menberikan geplakan ramah di kepala Reihan.

“Masak lagi Ka, gue laper beneran deh.” jawabnya dan Azka memilih mengalah. “Eh, tapi kok Azka pinter masak ya enak,” ujar Reihan setelahnya.

“Pagi kak Reihan, kak Barra” sapa Kaila lama karena ia masih mencerna kejadian apa yang terjadi disekitar dirinya.

Reihan yang tadi asik menyuapkan nasi goreng, berakhir menyemburkan nasi itu dan menatap terkejut akan Kaila yang sedang duduk di meja makan. Barra menatap bergantian Kaila dan juga Azka, setelahnya tersedak oleh air minumnya sendiri.

“Aku masakan nasi goreng lagi ya kak, soalnya itu tadi masaknya cuman sedikit emang. Kak Barra juga laper kan ya, sebentar ya kak” ujar Kaila dan kembali sibuk di dapur setelah izin oleh pemiliknya.

“Kasih tau gue, kenapa itu adik tingkat ada di rumah lo! Bentar-bentar, ini nggak seperti yang gue pikirkan, ya kan?” bisik Reihan mendekati Azka di ruang tengah.

“Emang lo mikirin apaan?” tanya Barra sama hebohnya.

“Lo kagak hahihu kan ya?” tanya Reihan dan setelahnya ia mendapatkan pukulan cukup keras dari Azka yang ada di samping dirinya.

“anjing, gue cuman nanya.” pekik Reihan. Ia menahan sakit karena ternyata pukulan Azka tidak main-main.

“Itu anak pakai baju pendek gitu, cocok juga ya” sahut Barra sambil memperhatikan Kaila yang berada di dapur.

“Kalau mata lo udah nggak mau ngelihat dunia bilang ke gue aja,” ucap Azka datar membuat Barra diam dan menatap ke arah lain.

~🌺~

Semenjak melihat Azka membawa orang lain yang notabenenya tidak terlalu dekat dengan dirinya ke rumah. Barra dan Reihan yakin ada sesuatu yang menarik di antara mereka berdua.

Masalahnya, Azka selalu tidak ingin menatap ke arah Kaila ketika berbicara. Atau saat melakukan pemeriksaan seperti biasa, ia akan menghindari kelas Kaila dan memeriksa kelas lain.

“Lo suka itu orang?” tanya seorang siswi.

Mereka berdua berjalan saling berdampingan, menuju ruangan tempat biasa setelah mereka selesai melakukan pemeriksaan di setiap kelas.

“Bukannya gue udah bilang kemarin sama lo, kenapa nanya lagi?” tanya Azka balik tanpa melirik siap yang ada di sampingnya.

“eum, baguslah. Gue juga nggak suka lihat lo dekat dia, kalo gitu sampai nanti Azka” bisiknya dan berlalu saat melihat Keisha berjalan menghampiri Azka dari arah depan.

Azka membalikkan tubuhnya kebelakang untuk melihat siapa yang tadi berbicara padanya, tapi orang itu sudah hilang dari pandangan dan tempat mereka dengan cepat.

“Azka, makan bareng ayo” ajak Keisha dan menarik tangan Azka untuk cepat berjalan.

Azka tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, berjalan mengikuti Keisha dengan tangan yang ditarik.

“Dia terlalu baik buat lo, karena itu gue nggak suka,”


~🌺~

“Sejak kapan lo dekat, sama Azka?” tanya Aurelia pada Kaila ketika mereka sedang berada di kantin sekolah.

“Eum, nggak dekat banget. Cuman kenal kayak biasanya, terus sama ternyata kak Azka tetangga aku. Jadi sering ketemu,” jawab Kaila.

Aurelia menganggukkan kepalanya paham, “Emang dia mau ngomong sama lo? Nggak marah lagi?” tanyanya lagi dan Kaila menganggukkan kepalanya sebagai balasan.

“Iyaa, dia mau kok. Bahkan ngasih aku tumpangan juga waktu mau pergi kerja. Ternyata kak Azka baik loh, cuman agak cuek aja.” sahut Kaila.

“Apaan, baik?! Mimpi ya lo, nggak ada baiknya dia sama gue..” sungut Aurelia tidak terima.

Kaila menatapnya, sedangkan yang ditatap masih dengan wajah tidak terima dan terlihat kesal.

“Kapan gue marahin lo, hm? Kapan gue buat lo nangis?”

“Ya, kadang lo suka ngelarang gue i— KAK AZKA!” pekik Aurelia mengejutkan seluruh manusia yang berada di kantin.

“Kuat banget ya suara lo, sakit telinga gue”sahut Azka dengan kesal.

“Ih, ngapain juga lo dekat banget ngomongnya di gue, kan kaget jadinya!” sungut Aurelia ikutan kesal.

“Punya adik sepupu kayak lo, semua orang di sini juga bakalan nyerah.” balas Azka dan berlalu pergi.

Kaila kembali menatap Aurelia lebih dekat dan bergantian menatap senior Azka. “Kalian berdua saudara?” tanya Kaila pelan dan Aurelia mengangguk.

“Kenapa nggak mirip? Eh, agak mirip sebenarnya cuman nggak banyak banget,” ujar Kaila.

“Nggak mau ya gue dibilang mirip sama kak Azka! Ih nyebelin gitu, gue baik dia nggak. Gue cakep dia...”

Suara itu berubah jadi lebih pelan ketika melihat ke arah Azka yang ternyata sedang memperhatikan mereka berdua. Kaila juga melihat ke arah Azka dan tersenyum seperti biasa. Sedangkan Azka memilih diam di bangkunya mengobrol dengan teman-teman.

Kaila tertawa ketika melihat reaksi wajahnya Aurelia teman baiknya yang menahan kesal, memberikan segera ice miliknya agar diminum untuk menenangkan diri sejenak.

“Lo nggak suka kakak sepupu gue kan? Jangan, lo nggak pantas buat dia. Dia nggak sebaik yang lo pikirkan,” bisik Aurelia setelahnya membuat Kaila menatapnya dengan bingung serta penasaran.

“Lo bakalan nyesel kalo suka sama dia, percaya deh” sambungnya dan Kaila hanya tertawa sebagai balasan ucapan tersebut.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Where stories live. Discover now