Éxi

2.9K 244 2
                                    

Suasana sekolah pada hari senin akan sangat sibuk, banyak kegiatan yang mengawali hari pertama sekolah, belum lagi upacara bendera bersama. Azka langsung merebahkan tubuhnya pada sofa ruangan PKS setelah upacara dan pemeriksaan atribut telah selesai.

Barra yang melihat tingkah temannya itu, sampai geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, Azka dengan santainya mengangkat satu kakinya untuk ia tumpukan ke kaki yang lain.

Azka memang ke sekolah tidak pakai rok, ia menggunakan celana seperti teman basket yang lainnya. Itu mempermudahnya, ketika saat istirahat tiba-tiba ada yang mengajaknya untuk tanding, tinggal pakai baju kaos saja ia sudah bisa main bersama.

“Permisi kak, izin kak Azka di panggil oleh pak bambang ke ruangan eskul basket,” mendengar namanya dipanggil, Azka berdecak kesal. Baru saja ia beristirahat, sekarang harus berurusan dengan eskulnya.

“Baru mau tidur,” gumam Azka membuat Barra tertawa seakan mengejek temannya. Azka melangkah keluar ruangan PKS menuju ke ruangan eskul basketnya.

Di dalam ruangan, yang ternyata bukan hanya dirinya saja tapi semua anggota timnya, bahkan kapten basket mereka juga udah lebih dulu berada di dalam ruangan.

“Jadi, 2 minggu lagi sekolah kita bakalan study tour dari sekolah provinsi lain. Untuk itu, kepala sekolah ingin mengadakan pertandingan persahabatan antar sekolah, terutama basket. Kebetulan sekolah yang akan melakukan study tour ke tempat kita memiliki tim basket” jelas pelatih.

“Karena itu, saya ingin kalian fokus berlatih. Meskipun ini hanya pertandingan persahabatan, bukan berarti untuk kita mengalah dengan tamu sekolah, tunjukkan pada mereka jika tim basket sekolah kita lebih baik. Kalian paham, bukan?” dengan kompak semua anggota tim menjawab.

Setelah selesai berkumpul, Reihan langsung menghampiri Azka yang sudah ingin berlalu pergi. Keduanya berjalan dengan beriringan menuju kelas mereka.

“Asik, bakalan ada cewek cantik nih pasti,” ujar Reihan kesenangan membuat Azka berdecak kesal. Sudah jengah melihat kelakuan temannya yang gila anak perempuan, seperti Reihan.

“Oh ya, Ka. Nanti malam jadikan?” tanya Reihan sambil berhenti tepat di hadapan Azka agar temannya menghentikan langkah kakinya.
“Jangan nolak lo, kalo lo nggak pergi bakalan banyak tuh anak-anak yang lain ngegodain Keisha di sana,” ujar Reihan membuat Azka memutar kornea matanya, lelah.

“Tapi, gue yakin lo nggak bisa nolak sih. Soalnya Keisha ikut, jadi ngga mungkin lo bakalan nahan diri ngelihat Keisha ikutan party tanpa lo,” sahut Reihan dan kembali melangkah lebih dulu, meninggal Azka yang menghela nafasnya.

~'🌺'~

Suara musik yang memekakkan telinga kini terdengar sangat kuat, bahkan seperti memenuhi ruangan private yang saat ini ramai dengan orang-orang.

“Han, lo yakin Azka datang?” teriak Barra pada sosok sahabat karibnya yang sedang heboh menari-nari. “Oi, kampret. Jawab gue anjir, tenggorokan gue sakit teriak-teriak mulu!” Reihan yang merasa terganggu pun menarik Barra untuk menjauh.

“Oi, anjing. Ganggu aja lo emang ya, lo lihat Keisha udah datang belum? Kalo belum, ya tunggu aja dia datang, ntar datang juga Azka nya.” balas Reihan.

Barra memperhatikan sekitar ruangan untuk melihat sosok cantik bernama Keisha. Tapi masih belum ketemu, “Belum datang, ngga bakalan dikasih kali ya sama Azka buat pergi party, soalnya kita buatnya di club gini.” sahut Barra dan Reihan mendengus tidak peduli, memilih kembali untuk menari.

Reihan yang membuat party ini, karena ia baru saja bertambah umur. Lagipula club tempat mereka mengadakan party juga milik orang tua Reihan, jadi sangat muda bagi mereka untuk masuk ke dalam club, meskipun masih dibawah umur.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang