Pénte

2.8K 241 0
                                    

Acara keluarga merupakan hal yang paling di benci oleh Azka, tapi ia tidak punya hak untuk menolak. Ayah tirinya terlalu tegas, dalam hal pertemuan keluarga dan perintah. Daripada berurusan dengan masalah sepele, lebih baik ia datang dan duduk santai di dalam rumah.

“nak Azka, gimana kabarnya?” suara yang lebih tua menyambut kedatangannya dengan bahagia. Azka tersenyum tipis dan menyambut pelukan tersebut.

“Baik Oma,” jawabnya. Setelahnya Azka memilih untuk menjauh dari pembicaraan orang tua.

Ia berjalan ke halaman belakang rumah sang nenek yang terlalu luas dan bermain handphone di sana.

“Kak Azka?” panggil seseorang membuatnya melihat ke arah sumber suara. Keningnya mengerut, mencoba mengingat siapa gadis kecil yang ada di hadapannya.

“Aku Elsa, sepupu jauh kak. Udah lama nggak ketemu ya kak, makin tinggi aja.” sahut Elsa dan Azka pun kembali ingat. Ia tertawa ringan, namun terlihat menertawakan dirinya sendiri, karena salah tempat.

Ia mencari tempat ini karena ingin menjauh dari semua pembicaraan, baik orang tua ataupun sepupu yang akan bertanya-tanya hal tidak penting. Elsa menghampiri Azka dan meminta izin untuk duduk di sampingnya.

“Masih main basket kak?” Azka mengangguk menjawab pertanyaan sepupunya. “Berarti masih ikut tanding juga ya kak, keren.” sambung Elsa dan di balas anggukan lagi.

“Kakak dari tadi anggukan kepala terus, awas patah kak.” candanya dengan tawa pelan, tapi Azka sepertinya tidak tertarik. Elsa mulai paham, ia mengganggu kenyamanan sepupunya yang terlalu cuek dan pendiam.

“Kak, Elsa masuk ya. Mau makan spagetti sama yang lain,” ujar Elsa yang langsung berlari tanpa melihat Azka lagi. Sedangkan Azka sudah terlanjur senang karena kini ia benar-benar sudah sendirian di tempatnya.

~'🌺 '~

Waktu berganti cukup cepat, malam telah tiba. Langit juga sudah mulai gelap, karena tidak ada bintang dan bulan yang meneranginya. Acara keluarga masih berlangsung, seperti tidak ada waktu untuk selesai.

Azka yang mulai bosan kini melangkah masuk ke dalam rumah. Duduk di sofa, dengan tatapan tanpa minat pada makanan. “Ma, Azka mau keluar cari angin ya,” ujarnya pada sang Ibu. Melihat putri tunggalnya bosan, ia pun menganggukkan kepalanya memberi izin.

Azka tersenyum tipis dan berlalu keluar rumah. Berjalan menuju pagar utama untuk keluar. Kebetulan rumah neneknya berada di kompleks yang ramai orangnya. Bahkan ada beberapa cafe dan mini market yang membuat suasana komplek menjadi tempat impian para anak rumahan.

Azka berjalan malas ke mini market, membeli satu kaleng soda dan permen karet. Ia meneguk soda nya sambil berjalan keluar mini market dan duduk di bangku yang sudah sediakan oleh toko.

Handphone Azka bergetar saat dirinya sedang melamun sesuatu. Nama Keisha tertera di sana membuatnya segera menjawab telpon tersebut.

“Jadi, mau gue jemput?”

Suara yang sangat ia kenal pun menyahut dari sebrang sana. “Iya, gue ada di mini market dekat rumah Oma. Lo jemput di sini aja,” jawabnya dan setelah itu sambungan telpon di tutup.

Cukup memakan waktu 10 menit Keisha sampai pada tujuannya, rumahnya tidak jauh dari komplek perumahan nenek Azka jadi mereka bisa saling bertemu dengan mudah seperti sekarang ini.

Keisha turun dari mobilnya dan menghampiri Azka yang masih meneguk soda nya. “Udah berapa kaleng?” tanya Keisha.

Azka yang melihat Keisha ada di hadapannya jelas terkejut, ia tidak menyadari kedatangan wanita itu karena melamun. “Gue cuman beli satu doang, lagian tadi udah makan bareng Reihan. Waktu selesai latihan basket,” jawab Azka yang kini berdiri dari tempatnya duduk.

“Mana kunci mobil lo, gue yang nyetir.” Keisha memberikan kunci mobilnya, keduanya masuk ke dalam mobil dan duduk dengan nyaman. Mereka akan night drive.

“Baju lo, kenapa tipis banget?” tanya Azka yang sibuk menyetir dan Keisha melirik ke arah bajunya.

“Ya kan, baju tidur ngapain pakai yang tebal.” jawabnya membuat Azka melirik tajam ke arahnya. Sedangkan Keisha hanya diam tanpa menjawab apapun, tersenyum manis sudah biasa jika Azka akan marah karena baju yang ia pakai sangat tipis di mata sahabatnya, padahal jika di depan teman-temannya, baju ini terlihat biasa saja.

“Lo kalo keluar without me, pakai baju setipis ini?” Keisha menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Nggak lah, Of course not. Because I'm afraid you'll upset me,” jawaban itu cukup membuat Azka puas. Jadi sekarang ia hanya perlu fokus menyetir, karena kemungkinan Keisha sedang malas mengganti pakaiannya. Lagi pula gadis itu pergi dengannya, bukan orang lain.

“Azka drive-trhu ya, gue laper tadi cuman makan salad doang,” ujar Keisha yang di balas anggukan oleh sang supir. Kita sebut saja begitu, karena kelihatan Azka mirip supir yang menyanggupi perintah majikannya.

~'🌺'~

Kini mereka berdua telah sampai di salah satu resto yang menjual burger lengkap beserta teman-temannya. “Selamat malam, anda ingin memesan apa?” suara speaker menyala membuat Keisha pun kian mendekat.

Tentu saja posisi keduanya menjadi lebih dekat dari sebelumnya, Keisha yang kini ada di hadapan Azka, terlihat seperti bersandar padanya. “Halo mbak, mau pesan Cheeseburger nya satu, Mcspicy satu, dan satu French fries.” ujar Keisha, dan Azka tersenyum tipis ketika mendengarkan pesan yang kedua karena itu kesukaannya.

“Untuk minumnya, anda ingin pesan apa?” Keisha menimang pilihannya sebentar, “Boba chocolate flat, sama air mineral biasa mbak,” jawabnya cepat sebelum Azka bersuara meminta soda agi.

Azka sudah pasrah saja, apalagi ketika Keisha mengatakan pesanan mereka sudah pas dan mobil berlaju untuk mengambil pesanan.

Seorang pelayan datang dari resto sambil memberikan pesanan mereka. Azka menerimanya, dan ketika ingin memberikan kartu kredit untuk membayar pesanan mereka. Keisha lebih dulu menolak dan memberikan kartu yang ada di tangannya.

“Lo lupa, kartu lo masih ada sama gue juga? Udah satu bulan ada di gue, waktu itu lo nitip ke gue buat simpan. Setelah habis nonton bioskop, tapi sampe sekarang ngga lo minta.” ujar Keisha dan Azka mulai ingat hal tersebut.

“yaudah pegang aja dulu,” sahutnya santai. Keisha menghela nafasnya, ingin berbicara lagi tapi Azka keburu berbicara dengan pelayan yang memberikan kembali kartu miliknya.

Mobil mereka kembali melaju, dan Keisha sudah bersiap akan mengomel lagi pada Azka. “Kalo aja sempat orang lain yang lo kasih kartu kredit gini, terus dia pakai buat hal sesuka hati gimana? Kan ini uang lo, ih gimana sih!” sungut Keisha kesal dan Azka hanya diam sambil fokus menyetir.

“Ya kan, kartunya sama lo bukan orang lain. Lagian gue tau lah lo mau pakai buatan apaan, dan pasti ngga akan lo pakai juga kalo bukan sama gue,” sahut Azka buat Keisha mendengus kesal.

Ia membuka bungkusan makanan dengan emosi, sampai mengalihkan atensi Azka dari jalan ke padanya.

“Nanti tumpah kalo dibuka kayak gitu, pelan-pelan aja. Iya gue minta maaf, udah kan? Kartunya gue yang simpan sekarang,” ucap Azka dan Keisha menatapnya dengan tajam, tapi kemudian melunak dan menganggukkan kepalanya.

“Habis ini mau kemana?” Keisha mengunyah burger miliknya sambil berpikir.

“Taman dekat jembatan kota, enak kayaknya duduk di situ sambil makan burger,” jawab Keisha dan segera saja mobil melaju menuju tempat tujuan majikan. 

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Where stories live. Discover now