Bagian 14

134 18 4
                                    


"Kau tidak berhak Nona ikut campur meski keberadaanmu ada di kerajaan ini," potong seseorang membuat Annora dan Zay menatapnya. Matanya membola seketika.

Secepat mungkin Annora menormalkan ekspresinya. Aku tidak boleh terlihat takut di depan dia.

"Evan," tegur Zay saat dirasa ucapan putranya itu keterlaluan apalagi Annora adalah tamu mereka.

Evan nampak acuh, ia menyenderkan tubuhnya di sofa dengan tatapan tak lepas dari Annora. "Jika kau merasa keberatan akan keputusan raja seharusnya bawahan patuh bukan menggonggong sepertimu."

Entah ke mana ketakutan Annora hilang. Gadis itu seketika marah disebut 'menggonggong'. Memang Annora itu anjing?!

Meski dilanda kekesalan tingkat atas ia tetap berbicara santun apalagi terdapat keberadaan Zay di sana. "Maaf, Pangeran. Saya tahu keberadaan di sini adalah orang baru. Tapi, apa salahnya saya membantu permasalahan kecil seperti penindasan yang sering diabaikan?" tekannya perlahan.

Evan memberi tatapan datar. Tersenyum miring pada Annora. "Tindakanmu tidak sesuai aturan. Ingat ada batasan kedudukan tamu dan keluarga kerajaan. Apalagi kau belum diumumkan tugasmu di khalayak umum."

Seketika Annora terdiam.

"Evan, cukup," tegur Zay menatap putranya tajam dibalas Evan tak kalah tajam. Pria paruh baya itu mengembuskan napas. "Jangan diambil hati Nona perkataan putra saya."

Annora tersenyum kaku. "Baik, Yang Mulia."

Tatapan Zay berganti kembali pada Evan. "Kau keluar dari sini."

"Tapi, Yah--"

"Keluar!" sentak Zay sambil memijat keningnya. Frustasi akan kelakuan Evan yang kian hari semakin menjadi. Meski dirinya semakin disibukkan dengan pekerjaan menjadi seorang raja, tetap saja ada pengawal bayangan yang melaporkan semua tindakan putranya itu.

"Kita belum selesai membahas, tapi tiba-tiba ada pengganggu kecil datang," sindirnya.

"Aku masih bicara baik-baik. Jika mau ada pengawal di depan yang siap sedia menyeretmu saat ini."

"Oh, tidak perlu. Baik, saya akan kembali menjalankan tugas terlebih dahulu yang sepantasnya memang diberikan untuk saya." Liriknya pada Annora. "Saya permisi Yang Mulia."

Selepas itu Evan berbalik pergi meninggalkan keheningan yang melegakan terkhususnya untuk Annora.

"Biar saya jelaskan Nona kenapa persidangan dibatalkan," ucap Zay membuat Annora menatapnya. "Tersangka bunuh diri."

Matanya melebar. "Bunuh diri? Keduanya?"

Zay menggeleng. "Tidak. Hanya salah satu di antara mereka dan lainnya kabur dari penjara."

"Maaf Yang Mulia. Bagaimana bisa para pengawal teledor seperti itu? Bukannya saya meremehkan kerajaan Anda, tetapi seharusnya penjara dijaga dua puluh empat jam, bukan?"

Terdengar helaan napas lelah. "Di situ masalahnya Nona. Mereka mengaku saat tengah malam ada keanehan. Tiba-tiba tertidur begitu saja."

"Apa ada orang yang sengaja melakukan ini, Yang Mulia? Sihir?"

"Mungkin, saya akan menyelidikinya kembali."

"Anda tidak keberatan saya membantu?" tawar Annora yang justru dibalas gelengan Zay.

"Tidak perlu. Nona bukannya akan sibuk nanti mengawasi distribusi makanan dan di akademi?"

"Akademi?" Timbul kernyitan di dahinya. Bukannya aku sudah mengajukan cuti?

"Hah, maaf sekali lagi jika saya lupa memberitahu Anda. Anda sudah saya daftarkan di Akademi Adena. Tenang saja masalah pendidikan Anda di Kerajaan Yanel sudah saya bereskan. Anda keberatan?"

2. The Royal Princess Phineas [TERBIT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora