28

20.9K 1K 60
                                    

-
-
-

Sudah 2 jam berlalu Embun masih saja menangis dengan posisi membelakangi Langit di atas ranjang, tubuh telanjangnya yang tertutup selimut itu terus saja bergetar ketakutan. Sedangkan Langit mengusap wajahnya kasar, dia frustasi melihat Embun menangis tanpa henti. 

"Bisa diam nggak!! Lo mau gue perkosa lagi?!!"

Bentakan Langit seketika membuat Embun diam seribu bahasa, meskipun dia masih mengeluarkan air mata, suaranya tak keluar sama sekali.

Langit beranjak dari ranjang, memungut celana dan bajunya lalu memakainya, dia menatap Embun yang masih menangis dalam diam, tangannya mengepal kuat, bingung tak tau harus berbuat apa. Pikiran dan perasaanya berkecamuk.

Menyesal, mungkin saja.

Dia berjalan keluar lalu menutup pintu dengan kasar, memilih meninggalkan Embun untuk sama-sama menenangkan diri.

Nyatanya, Langit tidak bisa meninggalkan Embun begitu saja, dia berdiri cukup lama di depan pintu kamar, mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Langit menempelkan kepalanya di tembok lalu memukul tembok dengan tangannya yang terkepal.

"Lo emang brengsek Lang, lo hancurin cewek yang lo cinta." lirih Langit dan perlahan tubuhnya luruh ke lantai, kini dia juga menangis dalam diam seperti seorang pengecut.

Langit menggeleng, dia harus berbuat sesuatu agar Embun tidak semakin membencinya. Langit merogoh saku celana, mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Laura

"Hallo Lau." ucap Langit saat telponnya tersambung.

"Hmm, ada apa? Tumben lo telpon gue?" sinis Laura.

"Gue butuh bantuan lo." ucap Langit, saat ini di dalam fikiran Langit hanya Laura yang dapat membantu masalahnya.

"Bantuan apa?"

"Gue ceritain nanti, lo datang aja ke rumah Embun yang dulu. Langsung masuk aja, gue tunggu di lantai 2." ucap Langit, tanpa menunggu jawaban, Langit langsung memutuskan sambungam telponnya.

Di sisi lain, Laura mengernyit bingung dengan perasaannya tak enak.

"Kenapa Lau?" tanya Andri, saat ini dia berada di cafe bersama cowok itu.

"Ndri, gue pergi dulu ya. Ada urusan." ucap Laura, di beranjak dengan terburu-buru.

"Mau di anter?" tawar Andri.

Laura menggeleng, "Gue naik taxi aja. Thanks ya traktirannya." ucap Laura kemudian berlalu dengan tergesa-gesa.

Tak lama kemudian, Laura sampai di rumah Embun. Setelah satpam mengizinkan masuk, Laura bergegas naik ke lantai 2 sesuai arahan Langit.

Laura terperangah melihat Langit duduk di lantai menekuk lututnya, punggungnya bersandar di tembok, arah pandang matanya menatap pintu kamar dengan kosong.

"Langit." panggil Laura, dia menghampiri Langit dan ikut berjongkok di sana.

"Lau." lirih Langit dengan suara serak.

"Lo kenapa?" tanya Laura.

"Gue, gue udah perkosa Embun." ucap Langit dengan mata yang berkaca-kaca.

deg

Seketika tubuh Laura tak bertenaga dan terduduk lemas di lantai.

"Kenapa lo tega lakuin itu Lang!" marah Laura

"Gue cemburu Lau, gue cemburu liat dia dekat sama Felix sementara saat dekat sama gue, dia selalu jaga jarak dan kasih batasan yang tinggi. Gue lihat dia ciuman sama Fekix tadi pagi di danau Lau." emosi Langit kini kembali tersulut.

DAMN'IT FIANCE || endTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon