01

45.2K 2.2K 8
                                    



RUANGAN serba putih berbau antiseptic yang sangat menyengat, seorang pria paruh baya sedang terbaring lemah dengan alat penunjang kehidupan yang terpasang di tubuh pria itu dan disisinya duduk seorang gadis dengan wajah sendu menatap sang pria yang tidak sadarkan diri sejak 2 minggu yang lalu karena serangan jantung.

Gadis itu adalah Embun Xylona dan pria itu adalah ayahnya, Aditya Griffin. Sudah dua minggu ini setelah pulang sekolah Embun selalu menemani ayahnya yang tak kunjung sadar di rumah sakit.

Embun hanya memiliki ayahnya seorang karena ibunya sudah meninggal sejak dia kecil. Keluarganya, entahlah. Embun tidak pernah bertanya dan Aditya juga tidak pernah menceritkan keluarga besarnya pada Embun.

Pintu ruangan itu terbuka pelan, dua pria paruh baya masuk dan salah satunya tersenyum pada Embun sembari berjalan mendekat. Embun tidak tau siapa mereka tetapi gadis itu tetap membalas senyumnya dengan ramah.

"Apa kamu Embun, putrinya Aditya?" tanya salah satu pria paruh baya itu.

"Iya, om siapa ya?"

"Bisa kita bicara di luar, ini suatu hal yang penting." ucap pria itu lagi.

Embun mengangguk pelan, dengan perasaan yang tidak enak Embun mengikuti kedua pria itu yang ternyata berjalan menuju kantin rumah sakit. Mereka duduk disana dan Embun memperhatikan kedua pria itu dengan bingung.

Salah satu pria itu menghela nafas panjang, "Saya Eric Wren." pria itu mengulurkan tangannya pada Embun. Mereka bersalaman lalu Eric memperkenalkan pria yang sedari tadi mengikutinya. Ferdy, asisten pribadi Eric.

Embun hanya diam mendengarkan karena dia yakin jika Eric akan melanjutkan ucapannya, "Saya tau ini tidak pantas di bicarakan dengan kamu. Tapi karena kamu putri dan keluarga satu-satunya dari Aditya. Saya harus menyampaikan hal ini." jelas Eric, dia memberikan sebuah map yang di keluarkan Ferdy dari dalam tasnya lalu memeberikannya pada Embun.

"Bacalah, saya yakin kamu akan mengerti." Jelas Eric.

Embun menerima map itu lalu membacanya dengan sangat teliti, dia terlonjak kaget saat membaca banyak point yang tertera disana tentang hutang piutang Aditya pada perusahaan Eric. "Ayah berhutang pada paman?" tanya Embun sembari menatap Eric dan Ferdy.

"Ya, kami akan mengambil alih perusahaan itu besok dan menyita semua harta yang di miliki Aditya sebagai bayaran atas hutang itu. Aditya sudah berhutang sejak 6 bulan lalu dan jatuh temponya tanggal 10 kemaren. Seperti yang di tulis di surat, jika lewat seminggu tidak membayar lunas maka kami akan menyita hartanya sesuai point yang tertera." Jelas Ferdy.

"Untuk apa ayah berhutang pada om?" tanya Embun, selama ini yang dia tau perusahaan ayahnya dalam keadaan baik-baik saja dan bukan dalam keadaan yang harus berhutang sebanyak itu.

"Perusahaan kalian sedang di ambang kebangkrutan. Bahkan setelah meminjam dana dan mendapat laba, perusahaan itu tetap tidak dapat menutupi kerugian yang terlalu besar." Jelas Eric.

"Om, saya mohon tunggu ayah saya bangun." pinta Embun dengan tatapan memohon.

"Tidak bisa, jika saya menunggu lebih lama lagi maka saya tidak akan mendapatkan apa-apa. Mengambil alih perusahaan itu dan menyita harta kalian juga tidak bisa menutupi hutang ayahmu. Itu keringanan yang saya berikan, sisa hutang itu akan saya tagih saat Aditya pulih nanti." jawab Eric.

DAMN'IT FIANCE Where stories live. Discover now