3. Smile

98 43 31
                                    

Aku tersenyum melihat foto baru yang sepertinya di upload oleh seorang penggemar, pria itu begitu terlihat bahagia, seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum melihat foto baru yang sepertinya di upload oleh seorang penggemar, pria itu begitu terlihat bahagia, seperti biasanya.

Tok..tok..

"Kak Na Na toko jadi ditutup jam 3 sore?" aku tersentak pelan melihat Yuki yang sudah berdiri di depan pintu ruanganku.

"Eh? Iya" jawabku tersenyum tipis.

"Baik kak"

"Oh iya, Yuki" panggilku.

"Iya kak?"

"Minta tolong fitting baju untuk Bu Vara di majukan jadi jam 2 siang ini ya" pintaku sambil melihat jadwal pada buku catatanku.

"Siap kak"

"Terimakasih" balasku sambil tersenyum tipis.

Setelah lulus empat tahun lalu, aku mulai merintis usahaku sendiri, mendirikan butik di pinggir kota, bukan butik besar namun cukup terkenal di kota ini, begitu banyak cerita hingga aku bisa sampai di tempatku saat ini, yang pasti pria di sampingku hari ini adalah bagian terpenting dalam cerita ini.

Menjadi lulusan desainer membuatku harus pintar berinovasi untuk membuat ide baru agar tidak tertinggal, untuk saat ini fokusku hanya baju pengantin wanita dan pria, bagiku melihat sepasang pengantin yang bahagia saat menggunakan desainku membuatku jantungku juga merasa berdebar, seakan kebahagiaan mereka juga bisa aku rasakan.

Dreeett....
Drett...

Aku mengangkat teleponku dari manajer JimYoung , perlahan senyumku memudar mendengar ucapannya, dengan cepat aku membereskan meja, yang tanpa sadar lagi kulakukan dengan menahan nafas, semua baik-baik saja, ucapku dalam hati.

Dengan perlahan aku membuka apartemen milik JimYoung, gelap dan dingin, dengan pelan aku melangkah ke kamar pria itu.

Prangg...

Aku berjengkit pelan saat mendengar barang yang sepertinya di lempar hingga pecah, dengan cepat aku berjalan ke kamar pria itu, dengan perasaan sedikit takut tanpa sadar aku menggenggam gagang pintu di hadapanku begitu erat, suara teriakan tertahan dari dalam sana membuat dadaku seperti teriris-iris, begitu sakit dan sesak.

Dengan sedikit keberanian aku membuka kamar pria itu yang sudah begitu berantakan, pria itu terduduk di pojok ruangan yang gelap dengan mata memerah, begitu kacau dan hancur.

Pangeranku terluka tapi tidak ada yang melihatnya, seperti biasa, kembali berusaha mengatasinya, sendirian, lagi dan lagi.

Seseorang yang berusaha untuk bisa memberikan cahayanya lagi esok hari pada orang lain.

Aku berjongkok dihadapan, saat mata itu menatapku dengan pandangan terluka, sesuatu dalam diriku seakan perih, sehancur apa pria dihadapanku ini, Tuhan?

Aku menariknya dalam pelukanku pelan "tidak apa-apa" gumamku lirih.

"Tidak apa-apa, sungguh" ucapku pelan mengelus kepalanya.

"Tidak apa-apa, Park JimYoung sudah melakukan semuanya dengan baik. Sungguh"

"Tidak apa-apa" aku menutup mataku saat merasakan bahunya bergetar pelan, bahu kuat itu akhirnya menyerah hari ini.

Tangisannya terdengar begitu lirih tapi entah bagaimana itu terasa menyesakkan, lagi dan lagi, dunia melukainya.

Tanpa kata, aku membiarkannya meluapkan semuanya, pasti menyakitkan mendengar ujaran kebencian tentang diri kita padahal kita sudah berkerja mati-matian, pasti melelahkan dituduh melakukan sesuatu yang tidak kita lakukan,

juga, dengan semua yang terjadi, keadaan terus memaksa untuk harus terlihat baik-baik.

Seakan-akan dirinya adalah sebuah manekin tanpa jiwa.

"Semua baik-baik saja, tidak apa-apa" ucapku lagi terus-menerus berulang kali, memeluknya dan menepuk punggungnya.

"Tidak apa-apa" berharap kalimat sederhana ini bisa menjadi sebuah mantra yang mampu membuat nya benar-benar lebih baik.

Dan harapanku yang lain, tolong jangan menyerah, gumamku dalam hati.






Tbc, 2021
Diary for my Angel

End of a Day | SELESAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang