2. Him

111 45 21
                                    

Na Na duduk terdiam memperhatikan punggung kekasihnya yang sibuk menari membuat koreografi yang cocok dengan lagu yang sedang di setel, ia tidak tau berapa banyak energi yang di miliki pria itu, yang pasti pria itu tidak terlihat kelelahan sama se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Na Na duduk terdiam memperhatikan punggung kekasihnya yang sibuk menari membuat koreografi yang cocok dengan lagu yang sedang di setel, ia tidak tau berapa banyak energi yang di miliki pria itu, yang pasti pria itu tidak terlihat kelelahan sama sekali padahal keringatnya sudah mengalir deras.

Na Na juga tidak tau, bagaimana rasanya menari berjam-jam demi hasil yang sempurna. Bukankah, itu sangat melelahkan?

Waktu seperti terus-menerus meneror kekasihnya itu, ia sampai tidak mengingatnya, kapan terakhir kali pria itu istirahat, setiap hari pria itu selalu terlihat sibuk, tenggelam dalam pekerjaannya.

Alasannya hanya satu, tidak ingin membuat orang-orang menunggunya terlalu lama untuk bisa melihat dirinya lagi.

Punggung kokoh itu terlihat kuat, namun, pundaknya begitu banyak beban, bisakah tubuh itu menopangnya?

Jim Young memutar tubuhnya mengahadapku, "sebentar lagi" ucapanya sambil tersenyum, meminta pengertian.

Aku tersenyum tipis dan mengangguk pelan.

"Semangat!" balasku sambil mengepalkan kedua tanganku, membuatnya terkekeh kecil dan mengangguk patuh.

Aku melihatnya kembali fokus pada gerakannya, sambil menunggunya aku membuka handphoneku, melihat Instagram pria itu yang sepertinya sempat di perbarui tadi malam. Jim Young itu, begitu jarang meng-upload sesuatu di Instagram.

"Begitu bersemangat hingga tidak bisa tertidur!! ahaha, semua jangan lupa bahagia, aku mencintaimu"

Aku tersenyum tipis membaca caption dengan foto piano keyboard kesayangan miliknya, jadi pria itu benar-benar tidak tidur semalaman untuk membuat lagu?

Dengan pelan aku berjalan ke arahnya, lalu memijat pelan kedua bahunya, membuat nya tersentak kaget "kamu gak mau istirahat? tidurlah sebentar" bujukku lembut.

Lucunya, setiap percakapan kita, kata berhenti, istirahat, tidurlah, seakan tidak bisa lepas dari kalimatku.

"Sebentar lagi" jawabnya sambil menepuk-nepuk tanganku di pundaknya pelan dengan masih fokus pada tampilan layar komputernya.

"No! ayo tidur bentar, ini sudah jam 7 pagi" paksaku menarik pelan lengan kirinya.

"Ayoooo" ajakku lagi dengan memasang wajah cemberut.

JimYoung menghembuskan nafas pelan menatapku dan tersenyum tipis, "sup aku bisa dingin, sebentarnya kamu itu bisa sampai 6 jam" tambahku merajuk.

"Iya-iyaaa" ucapanya mengalah dan berdiri dari duduknya membuatku tersenyum senang.

"Enak?" tanyaku menunggu komentarnya setelah melihatnya memakan sup buatanku.

Alisnya mengkerut tak yakin membuatku penasaran dan juga was-was, "apa rasanya begitu buruk?" tanyaku khawatir.

Tiba-tiba pria itu tertawa kecil membuatku kebingungan "ini makanan terenak yang pernah aku makan" ucapnya.

"Gombal banget" balasku pura-pura tidak peduli, menyembunyikan senyumku.

"Beneran" aku menatapnya hangat,  melihatnya kembali memakan supnya dengan lahap.

"Karena kamu yang buat" aku tidak bisa menyembunyikan senyumku lagi

"Terimakasih" lanjutnya lagi di sela-sela makannya dengan tulus.

Aku berdehem pelan "walau sibuk jangan lupa makan dan juga istirahat, pinter banget ngingetin orang lain tapi suka lupa sama diri sendiri" sindirku membuat nya mengangguk dengan patuh seperti anak kecil.

Ia menepuk pelan kepalanya, membuatku mengangkat sebelah alis "elus" ucapanya manja sambil sibuk memakan supnya, membuatku terkekeh gemas melihatnya.

"Pangeranku pasti kelelahan" ucapku mengelus kepalanya pelan menuruti keinginannya, membuatnya mengangguk dengan puppy eyes dan wajah menggemaskan.

Aku tersenyum tipis "terimakasih sudah berkerja dengan keras. Park Jim Young yang terbaik di seluruh dunia!" Lanjutku menepuk-nepuk pelan puncak kepalanya membuatnya tersenyum lebar dengan senang.

Begitu mudah membuatnya bahagia, hingga membuatku takut jika dunia ini terlalu keras untuk hatinya yang begitu lembut.

"Ini enak, sungguh" ucapanya lagi, aku mengangguk tersenyum melihatnya kembali melahap semua makanan yang aku bawakan.

"Besok aku buatkan lagi kalau kamu suka" jawabku menatapnya yang mengangguk semangat.

TBC, 2021
Diary for my Angel

End of a Day | SELESAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang