"Yujin masih sekolah kan? Sungchan juga lagi mau ke Amerika. Ya udahlah biarin aja yang penting mereka sukses dua duanya" yujin, kekasih dari sungchan memang sedang menempuh pendidikan untuk bekerja sebagai apoteker menjadi pertimbangan sungchan untuk menikah. Bahkan bungsu keluarga ini masih ragu ragu untuk membawa yujin ke jenjang yang lebih serius karena belum siap secara mental. Dia anak bungsu, selalu dimanja oleh keempat saudaranya lalu tiba tiba menjadi pemimpin rumah tangga itu membuatnya sedikit khawatir. Beruntung yujin dan keluarga bukan termasuk ke dalam keluarga yang menyuruh putri mereka menikah dengan lebih cepat.



"Gimana kerjaan kamu? Ada kasus yang susah?" Jeno menggeleng.



"Hari ini ada kecelakaan bus sama ambulance. Tiga orang tewas" ujar jeno menceritakan harinya. Ia tadi sedang mengerjakan otopsi pasien yang kemarin malam mengalami kematian tidak terduga yang ia yakini sebagai penyakit jantung lalu tiba tiba mendapatkan telepon untuk langsung mengotopsi jenazah yang baru saja datang.



"Itu orang dewasa semua?" Jeno menggeleng.




"Satu anak kecil, satu supir ambulance, satu guru TK. Gatau sih kayanya supir bus nya oleng jadi nabrak ambulance di depannya" Yeji bergidik ngeri. Jeno bisa menceritakan cerita menyeramkan itu dengan muka datar sambil mengunyah steak tapi tidak dengannya yang merinding ngeri.



"Oh iya, aku mau bilang sesuatu sama kamu" Jeno dari tadi menunggu Yeji mengatakan ini. Tidak mungkin istrinya repot repot menyetting rumah mereka menjadi seperti ini jika tidak ada sesuatu yang ingin dia ucapkan.



"Is it bad things or good things?"


"I think it's good things" jeno tersenyum. Meletakkan garpu miliknya dan duduk menatap sang istri.


"Go on" ujarnya. Yeji kemudian membawa sebuah map yang ternyata terletak tak jauh dari tempat mereka duduk.


"Dua?" Yeji mengangguk.


"Sini yang itu. Yang itu sepaket sama hadiah ini" yeji mengambil map berwarna biru dan meletakkannya di bawah box berukuran sedang berwarna navy blue.


Jeno mengerutkan keningnya sebelum membuka map berwarna coklat. Melirik istrinya yang tengah tersenyum sambil nenatap dirinya.


"Buka aja" jeno menurut. Rupanya selembar kertas dan sebuah undangan berada di tangannya. Jeno membaca surat itu pelan pelan.


"Yang? Are you serious?" Jeno menatap yeji tidak menyangka. Anggukan dari yeji memperjelas semuanya.


"Iya. Design ku terpilih buat dipamerin di Paris fashion week. Jadi aku minta waktu luang kamu buat nemenin aku ke Paris buat fashion show disana" Jeno tidak tahan untuk berdiri dan memeluk Yeji.



"Selamat sayang, astaga akhirnya" Jeno bahkan mengajak yeji berputar putar saking bahagianya. Ia tahu sepak terjang sang istri dalam dunia ini dan akhirnya mimpi terbesar sang istri untuk menampilkan karya-karya miliknya di sana tercapai juga. Paris Fashion week sudah ada di depan mata.



"Design nya udah 60 persen aku kerjain. Yang waktu itu aku sampai diinfus akhirnya dapat juga" jeno tidak tahan untuk memeluk yeji lebih erat sesekali mencium seluruh wajah sang istri.



"Ada satu lagi yang belum kamu buka, sayang" jeno melepas pelukannya. Raut lelahnya berubah menjadi bahagia melihat hadiah dari sang istri.


Jeno lantas membuka box berwana navy lebih dahulu yang berada di atas. Ia membulatkan matanya melihat apa yang ia genggam sekarang.


"Sayang, kamu hamil?" Jeno membeku. Otaknya berhenti bekerja saat tangannya dengan gemetar memegang tiga buah testpack. Sebuah baju bayi juga ada di dalam kotak itu.



"Kalau ga percaya, liat deh map nya ada apa" jeno cepat cepat membuka map yang tadi diletakkan di bawah kotak. Membaca hasil dari dokter, dan tentu saja ia lebih paham hal itu.

"9 minggu? Dan kita baru tahu?" Jeno lantas tertawa begitu juga yeji. Ia bahkan baru sadar dirinya tengah hamil karena tidak sengaja mendengar celetukan yuna mengenai perutnya yang semakin membuncit.



"Aaaah i love you so much" yeji awalnya sangat takut untuk memberitahukan jeno karena mereka berdua belum siap menjadi orang tua. Tapi nyatanya, Jeno bahkan menangis sambil memeluknya dengan erat.



"I love you too" yeji menepuk punggung lebar sang calon ayah di pelukannya.


"Jadi beneran kita 'kebobolan?'" yeji tertawa dan mengangguk. Kehamilan ini tidak merea sengaja, mereka bahkan tidak tahu kenapa bisa hamil padahal yeji selalu minum pil. Kata dokter, memang ada 'hari' yang memang bisa 'bolong' dan kebetulan yeji sedang subur kala itu.



"Ini anak papa bakal jadi jagoan yang kuat banget kayanya" yeji dan jeno tertawa mengingat apa yang mereka lakukan saat tidak tahu ada bayi di perut yeji. Sudah dipastikan anak mereka akan menjadi bayi yang kuat, bagaimana tidak, saat belum lahir bayi itu sudah diajak balapan oleh sang papa dan diajak berkelahi oleh sang mama



Yang mengejutkan selanjutnya, jeno berlutut di hadapan yeji yang tengah duduk di kursi. Memeluk perut sang istri sambil sesekali menciumi perut yeji yang anehnya sudah membuncit.



"Tumbuh yang sehat dan kuat, anak papa"



==================================

terimakasih telah membaca, jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini 💗

ROYALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang