|74| BagasRara

33.4K 6K 2.1K
                                    

Jum'at, 25 Februari 2022

Sebelum baca mending siapkan tisu dan hati, part ini sedikit mengandung bawang.

||Happy Reading||

Merasakan operasi caesar untuk kedua kalinya tidak membuat Rara merasa tenang, ketakutan seperti saat operasi pertama sama-sama ia rasakan. Ruangan dingin berbau obat ini Rara rasakan. Terlebih setelah operasi caesar ini selesai, ia akan langsung melakukan operasi selanjutnya. Pengangkatan rahim.

Rara menutup matanya sambil mengatur napas, merilekskan tubuhnya untuk tetap tenang. Saat ini, operasi tengah berlangsung. Para dokter dan suster sedang berusaha mengeluarkan anaknya dari perut. Rara tidak bersuara sejak tadi, ia merapalkan doa untuk semua hal yang terjadi hari ini.

Di sampingnya, Bagas senantiasa menemani. Cowok itu pun sama tidak mengeluarkan suaranya sejak masuk ruang operasi. Bagas hanya diam, kadang menutup mata sambil menggenggam erat tangan Rara.

Bagas kembali ke dalam situasi ini. Berada di ruang operasi menemani istrinya demi melahirkan sang buah hati. Dua tahun lalu dan hari ini sama-sama menegangkan untuknya. Tidak ada rasa tenang dalam hatinya, Bagas menghawatirkan banyak hal. Setiap melihat wajah Rara, ia seakan di tarik untuk terus tersenyum. Namun tak bisa di pungkiri, perasaannya saat ini benar-benar cemas.

Bagas mencium lembut kening Rara dengan mata tertutup. Bau darah mulai tercium di hidungnya, dokter yang tengah bertugas masih sibuk dengan kegiatannya. Bagas dapat melihat kain penutup di sekitar dada dan perut Rara bergerak karena kesenggol tangan-tangan Dokter. Artinya, operasi ini hampir selesai.

"Sakit, gak?" Ia bertanya pelan sambil menatap Rara dalam.

"Nggak berasa apa-apa." Rara menggeleng pelan lalu tersenyum kecil. "Kan, di bius."

"Tapi nanti abis ini sakit, kan?" tanya Bagas lagi.

"Sedikit," jawab Rara.

Bagas menghela napasnya lirih. "Kalau bisa sakitnya di bagi-bagi aku siap nampung rasa sakit kamu," ujarnya membuat Rara tersenyum tipis.

Beberapa saat berlalu, Bagas dapat melihat tangan Dokter itu perlahan mengambil bayi dari perut Rara. Bayi kecil, sangat kecil dan penuh darah. Dokter mengangkat bayi yang baru saja di keluarkannya keatas, memperlihatkannya kepada Bagas dan Rara. Saat itu, tepat detik ke 7 di jam 7 malam suara tangisan bayi berjenis kelamin itu terdengar untuk pertama kalinya.

Rara meneteskan air matanya melihat anak yang tadi masih berada di perutnya kini dapat ia lihat secara langsung. Wajah bayi itu sedikit mengkerut dengan warna kulit merah. Suara tangisannya terdengar membuat hati Rara menghangat. Suara merdu yang perlahan mengecil saat Dokter membawanya untuk dibersihkan.

Sekarang, Rara dapat bernapas lega melihat anaknya lahir sehat dan selamat. Ia berhasil melawan rasa takutnya. Rara menoleh ke samping saat tangannya di genggam erat oleh tangan Bagas. Keningnya dicium lama membuat air matanya kembali menetes.

"Kecil banget anaknya," isak Rara mengingat ukuran bayinya tadi berbeda dengan ukuran Reya waktu lahir.

"Shh... dengerin aku." Bagas menangkup kedua pipi Rara dengan tangannya. "Nggak masalah kecil yang penting sehat dan selamat," tuturnya lembut.

Bagas memajukan wajahnya kembali mencium kening Rara, sebelah tangannya mengelus rambut lepek Rara pelan. "Makasih," bisiknya.

"Makasih sudah berusaha melahirkan anak aku ke dunia." Bagas tersenyum haru. "Makasih sudah memberikan aku jagoan yang tampan," tambahnya lembut.

Kepala Rara mengangguk kecil, bibirnya ikut tersenyum manis. "Sama-sama. Sekarang tugas Rara udah selesai."

Suster datang dan memberikan bayi yang sudah dibersihkan tadi kepada Rara untuk diletakkan diatas dadanya. Sesuai perintah Dokter, Rara meletakkan bayi ini di atas dadanya dengan perlahan. Rasa hangat kembali dirasakan Rara begitu kulit pucat anaknya bersentuhan dengan kulitnya.

BagasRara [END]Where stories live. Discover now