|48| BagasRara

38.7K 5.9K 3.3K
                                    

Jum'at, 8 Oktober 2021

Hujan selalu membawa ketenangan bagi setiap orang yang menyukainya.
-BagasRara

PAGI pagi sekali, semua koper milik Bagas dan Rara sudah berada di dalam taksi yang akan membawa mereka ke tempat tinggal baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PAGI pagi sekali, semua koper milik Bagas dan Rara sudah berada di dalam taksi yang akan membawa mereka ke tempat tinggal baru. Satu ransel berisi surat dan buku buku pelajaran sekolah pun turut masuk ke dalam bagasi.

Tidak banyak, hanya satu koper besar milik Rara, satu koper mini dan satu ransel yang dibawa. Tidak ada barang barang di kontrakan yang dibawa, semua perabotan rumah tangganya di tinggal di kontrakan. Bagas sudah berbicara kepada pemilik rumah kontrakan dan meminta ijin serta membawa kunci kontrakan tersebut ke apartemen.

Apartemen yang akan mereka tinggali sudah lengkap dengan semua isinya, termasuk perabotan rumah tangga termasuk kasur.

Bagas sudah memantapkan diri untuk mengikuti Rara tinggal di apartemen milik kakaknya sementara waktu, menghindari Tantenya yang kerasukan setan ingin mengadopsi Reya. Sekalian mencari suasana baru untuk kehamilan Rara. Meski hatinya merasa tidak rela meninggalkan rumah ini, rumah yang penuh kehangatan.

"Mesin cuci yang kemarin ibunya Bagas beli sayang gak di pakai, baru di beli."

Bagas menoleh ke Rara yang tengah duduk di kursi teras sambil menguncir rambut Reya. Rara terlihat lesu, mungkin merasakan hal yang sama seperti dirinya. Mesin cuci kemarin, benar, sayang sekali belum pernah di pakai. Mau dibawa pun ribet.

"Mau balikin ke rumah Ibu?" tanyanya memutar tubuh sempurna memperhatikan Rara.

Perempuan itu selesai menguncir rambut anaknya sambil memakaikan pita kecil. Rara memakai tas selempangnya lalu menatap Bagas cemberut. "Abis Rara di omelin," balasnya menghela.

"Yaudah tinggalin aja disini," ucap Bagas.

"Gak rusak emang?"

"Nggak." Bagas menggeleng sembari berjalan ke pintu, ia memutar kuncinya dan memasukkannya ke dalam tas. "Gak ada yang ketinggalan, kan?"

"Teh Lia lagi pulang ke rumah orang tuanya, Rara mau kasih tau dia kalau kita mau pindah, nanti dia nyariin gimana," ujar Rara menatap rumah depannya. Rumah Teh Lia.

"Telepon," sahut Bagas mengambil alih tubuh Reya ke gendongannya. "Ayo jalan, kopernya udah di taksi depan."

"Pantes Rara gak liat koper sama ranselnya," guman Rara berdiri. Sebelum meninggalkan teras rumah, ia menatap pintu lama. Napasnya membuang berat, Rara melambaikan tangannya kecil dan ikut menyusul Bagas yang sudah di depan.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang