|5| BagasRara

49.2K 6.6K 569
                                    

"Besok kamu mulai masuk sekolah" ujar Bagas.

Rara yang semula berbaring di kasur spontan menegakkan tubuhnya, perempuan itu menatap cowok di sampingnya dengan mata melotot.

"Siapa? Rara ka--"

"Udah aku daftarin, di Sma yang sama kaya aku" potong Bagas.

"Bagas apaan si! Gak bilang dulu sama Rara"

Perempuan itu merebahkan tubuhnya kembali ke kasur dengan posisi membelakangi Bagas. Ia meremas guling menyalurkan rasa kesalnya. Bukan nggak mau sekolah, tapi dia belum siap. Belum mempersiapkan apa apa. Dan yang paling penting, belum percaya diri.

Di belakangnya, Bagas menghela nafas. Sudah ia tebak respon yang diberikan Rara akan seperti ini.

"Baju, tas, buku, sepatu semuanya udah aku beli tadi. Tinggal kamu pakai aja" ujarnya menatap tubuh kecil itu dari belakang.

"Rara belum siap"

"Rara udah lama putus sekolah, Smp aja gak ujian di sekolah. Bagas harusnya ngomong dulu, gak asal ngambil keputusan. Susah buat Rara masuk ke dunia sekolahan setelah lama berhenti" tambah Rara tanpa membalikkan badannya.

"Di sekolah yang sama kaya aku, kamu juga masuk ke kelas yang sama" balas Bagas.

Tak ada balasan lagi. Rara, perempuan itu meremas gulingnya kuat. Menahan matanya yang terasa panas, bukan hanya ini yang ia takutkan. Ada hal lain.

"Di Smp Rara pernah dapat teman fake, teman yang gak selalu ada buat Rara. Bahkan terang terangan pergi dan menjauh pas tau Rara hamil. Apalagi di Sma, perteman yang cuma baik di luar. Bagas gak tau rasanya di pandang jijik sama orang yang udah di anggap sahabat sendiri. Sahabat yang paling Rara percaya ngejauh dan gak mau berteman lagi karena keadaan Rara yang kaya gini"

Ada satu teman, bisa disebut sahabat. Seseorang yang selalu ada untuknya, seseorang yang sudah ia anggap saudara sendiri. Namun ternyata dia pergi, dia memandangnya jijik. Sejak saat itu, ia sedikit trauma dengan pertemanan. Terutama pertemana sekolah. Mereka kadang hanya baik di depan, namun nusuk di belakang.

Bagas mengelus rambut perempuan itu pelan, ia tau siapa orang yang di maksud Rara. Salah satu orang yang tau tentang yang terjadi dengan mereka berdua.

Bukan hanya Rara, ia pun merasakan itu. Bahkan lebih dari sekedar hinaan. Teman sekolah yang menjebaknya nggak pernah absen membullynya. Mengunci di gudang, bahkan sampai menendangnya. Namun untungnya orang orang itu tidak satu Sma, dan kenangan buruk itu hanya akan menjadi kilasan masa Smp.

"Terus Reya" tanya Rara pelan.

"Sama Ibu" balas Bagas.

"Ibunya Bagas kan--"

"Galak" cowok itu berhenti mengelus rambut, lalu menciumnya sebentar. "Aku udah bilang, dan ibu mau jaga Reya sampai kita pulang" ucapnya.

Rara menarik selimut menutupi kepalanya. "Terserah. Kalau Reya sampai kenapa napa, Bagas tanggung jawab" ujarnya memejamkan mata.

Cowok itu tersenyum kecil, kakinya turun dari kasur menuju kasur sebelahnya. Kalau tidak dipaksa, perempuan itu nggak akan mau. Tidak masalah uang sisa gaji terakhirnya dipakai untuk membeli perlengkapan sekolahnya Rara. Sedikit tabungannya masih ada untuk keperluan rumah, susu Reya, dan uang saku.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang