|29| BagasRara

41.4K 5.6K 2.4K
                                    

Minggu , 11 juli 2021

Dia yang biasa, dia juga yang akan terlihat istimewa. Dimata orang yang tepat. Jadi diri sendiri itu penting.
RaraVeronika

.
.
.

"Sampai sejauh ini, ada yang ingin kalian tanyakan?" tanya guru itu menatap anak muridnya, tak mendapat jawaban membuat guru lelaki tersebut menghela nafas. "Jika tidak, silakan kerjakan tugas yang saya berikan tadi" ucapnya memberi perintah.

Jessika mengangkat tangannya. "Individu atau berkelompok, Pak?" tanyanya mewakili kelas.

Gadis itu selalu menjadi ketua kelas yang bertanggung jawab, bertanya untuk kepentingan teman sekelasnya. Untuk itu banyak guru yang menyukainya karena tanggung jawab Jessika, meskipun kadang bersikap ketus dan judes.

"Individu," jawab Pak Imran.

"Kenapa nggak berkelompok aja sih, Pak? Biar cepat selesai," ujar Rafi mengutarakan suaranya.

Pak Imran menatap murid laki lakinya itu malas. "Tidak pernah ada yang  benar jika mengerjakan secara berkelompok, apalagi spesies siswa seperti kamu, Muhammad Rafisya."

Rafi berdecak, dalam hati mengumpat guru tampan di depannya itu.

"Siapa yang tidak masuk hari ini? Tadi saya lupa mengabsen," tanya Pak Imran mendudukkan tubuhnya di kursi guru.

"Bagas, Pak," sahut Jessika.

"Bagas?" dahi guru berusia tiga puluh tahun itu menyerinyit heran. "Bagas Abdullah?" tanyanya di angguki Jessika.

"Tumben sekali, dia sakit atau bolos?"

Jessika melirik Rafi sebagai teman sebangku Bagas kemudian kembali menatap Pak Imran. "Tanpa keterangan," jawabnya.

"Bapak lo tanpa keterangan, dia sakit bego!" serobot Rafi kasar.

"Dia gak ada ngomong apa apa ke gue, ngasih surat juga nggak," balas Jessika tak kalah kasar.

"Dia izin di grub, mata lo katarak hah!" sewot Rafi.

Jessika terdiam, dia memang belum mengecek handponenya sejak semalam. Mungkin ia Bagas sudah izin hingga tidak masuk hari ini.

Hana yang sejak tadi diam memepetkan tubuhnya ke Rara sambil berbisik. "Lo kok diam aja sih? Kalian kan satu rumah," tanyanya menyerinyit.

Rara menoleh dengan tatapan malas. "Aku padahal udah kirim surat tulis di meja guru, Pak Imran aja yang gak ngeliat," balasnya membuang nafas.

Bagas hari ini memang tidak masuk sekolah karena punggungnya tiba tiba sakit tadi pagi, bekas kena pukul semalam. Rasa sakitnya baru terasa. Tadinya ia tidak ingin masuk sekolah juga, namun cowok itu tetap menyuruhnya berangkat. Alhasil saat ini Bagas hanya berdua dengan Reya di rumah.

"Ketutup buku absen kali," sahut Hana mengangguk.

"Jadi cuma Bagas yang tidak masuk hari ini?" suara Pak Imran kembali terdengar membuat Hana dan Rara berhenti berbicara.

"Iya."

"Yasudah, kerjakan tugas kalian dengan baik dan jangan berisik. Saya tunggu sampai jam istirahat pertama," ujar Pak Imran sambil membereskan peralatan ngajarnya.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang