23. Duka dan Luka

86 8 0
                                    

playlist: Place Where I stand - Second Moon
happy reading

.

Sky berdiri mematung. Kakinya terasa sulit untuk di gerakan. Bahkan lidahnya kelu untuk berucap. Matanya terfokus pada satu titik dimana sebuah makam dengan nisan bertuliskan nama Galih Madava tertampang di depannya.

Rombongan orang -termasuk dirinya yang mengantar Samudra telah sampai di tempat peristirahatan terakhir untuk laki laki itu.

Sebuah pemakaman khusus untuk keluarga. Yang juga terdapat makam Galih disana. Sky tidak pernah menduga. Bahwa Sam akan di makamkan bersebelahan dengan sang teman, Almarhum Galih, mantan pacarnya dulu.

"Tanah ini milik om Yasa. Dua tahun yang lalu, tanah ini Sam gunain sebagai tempat untuk Galih dimakamkan." Faisal menyeletuk pelan. Seakan mengerti apa yang sedang melanda pikiran Sky sekarang.

Galih orang baik. Akan selalu datang kebaikan untuk orang orang seperti dirinya.

Disaat tak ada keluarga yang mengasihinya. Ada Sam yang selalu di sampingnya. Saat orang orang tak terlalu memperdulikan kematiannya. Ada Samudra yang rela memberikan sebidang tanah untuk tempat peristirahatan terakhirnya.

Dan bagaimana dengan Sky yang bernotabe sebagai pacar dari Galih Madava? Dulu ia hanya sibuk menangis, mengurusi rasa tak rela akan kepergiaan laki laki itu.

Sky akui. Bahwa Sam adalah orang yang paling banyak membantu di setiap kesusahan yang Galih hadapi. Bahkan dirinya pun tak tahu, kapan Galih sedang berada dalam fase baik baik saja atau tidak.

Hanya Sam yang tau. Sam yang bisa membantu.

Galih bukan orang yang suka mengadu akan masalah hidupnya. Juga tidak pernah menginginkan belas kasihan orang lain. Tapi memang Samudra sangat mengerti akan dirinya.

Sam peka karena ia tau betul bagaimana kehidupan yang temannya jalani.

Sky tau saat dimana Galih harus tetap bekerja meski keadaan tubuhnya sedang tidak baik baik saja. Karena saat itu ia membutuhkan uang. Sampai Sam tak tega dan memilih untuk menggantikan Galih bekerja.

Sementara Sky hanya bisa membantu sedikit dengan mengurus Galih sampai laki laki itu sembuh.

Kini semua itu sudah berlalu. Meninggalkan goresan luka yang tak kunjung redup.

Teramat sakit. Saat kehilangannya, seolah olah hidup ini tak lagi berarti, masih bernyawa, tapi tidak dengan raganya yang ikut mati.

Sam.. mengapa harus secepat ini?

Kematian, tak pernah ada yang bisa menduga.

Bahkan sampai jenazah laki laki itu mulai di masukkan ke liang lahat. Sky masih berharap bahwa ini hanyalah mimpi belaka. Ia akan terbangun besok pagi, menjalani hari hari seperti biasanya bersama Samudra.

Pergi ke kampus, tertawa riang, melempar canda dan tawa, saling membuat kesal satu sama lain, pergi jalan jalan, mengelilingi keindahan dunia yang fana.

Tuhan.. kesempatan itu pasti akan datang lagi, kan?

Sky terpejam saat menyaksikan Mita yang terjatuh tak berdaya, pingsan di atas tanah. Sementara Yasa berada di liang lahat, menahan isak tangis sembari melantunkan adzan di telinga putranya.

Beberapa orang disana ikut terbawa suasana. Tak ada yang lebih pedih dari menyaksikan kepergian seseorang. Meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Pergi begitu saja, tak peduli dengan isak tangis yang ia ciptakan, juga luka yang ia buat atas kepergiannya. Tertidur dengan wajah yang amat tenang, tanpa ada niat untuk bangun lagi.

ARNAWAMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang