20. Between

39 7 0
                                    

Mata dengan manik hitam pekat itu memandang jalanan yang ia lewati dari dalam bus.

Bulan bulat sempurna dan beberapa bintang di sekitarnya menyinari langit malam.

Sam menyukai malam. Karena kesunyian membuatnya tenang. Sam juga menyukai siang, karena langitnya yang terang. Keduanya adalah hal yang ia butuhkan, tapi tidak bisa hadir di waktu yang bersamaan.

Saat melihat Sky yang tadi melambai ke arahnya, membuat Sam ingin menyuruh sopir untuk memberhentikan bus yang kini ia tumpangi.

Ia bergerak mengeluarkan laptop, memasang earphone di telinganya. Lalu menyetel sebuah flim yang membuat hatinya kian sesak.

Tapi lama kelamaan, sesak itu berubah menjadi candu, bahkan ia tak mempunyai niat untuk berhenti menonton memori lamanya bersama Galih.

Pria dalam vidio tersebut membawa kameranya untuk ia simpan di atas meja, setelah merasa kameranya ia simpan di angle yang benar, Galih mendudukkan diri di samping tempatnya yang terduduk di atas lantai.

Samudra tertawa melihat dirinya tengah asik bermain ponsel dalam Vidio tersebut. Bahkan saat Galih memulai tutorialnya pun ia masih saja bergelut dengan ponsel di tangannya.

Saat itu keduanya melakukan sebuah ekspedisi sebagai tugas pelajaran kimia.

Jujur saja, Sam sebenarnya takut akan eksperimen tersebut. Lebih gilanya ia takut bahwa eksperimen yang ia lakukan akan menghasilkan ledakan—

Oh sial.

Samudra melihat di vidio itu Galih tersenyum manis ke arah kamera sembari menunjuk dirinya.

Samudra dalam vidio itu mendelik, dan menghela nafas kasar sebelum akhirnya melempar handphone yang sedari tadi ia pegang ke sofa di belakangnya.

Keduanya mulai melakukan eksperimen tersebut, diselingi candaan yang salah satunya lontarkan.

Samudra merindukan senyuman itu. Terus memperhatikan Galih yang sesekali terkekeh dan fokus pada bahan bahan yang ia campurkan ke dalam mangkuk bening.

Dam Samudra hampir meledakkan tawanya saat menyaksikan dirinya dalam vidio itu ketakutan sampai naik ke atas sofa.

Bagaimana tidak? Hasil akhir dari eksperimen itu malah menghasilkan asap, dan ia takut akan terjadi ledakan setelahnya.

Tapi Galih berusaha menenangkannya, ia mengambil kamera tersebut dan menyudahi rekamannya begitu saja.

Eksperimen itu gagal.

Samudra terkekeh, yang semakin lama tawa itu semakin berhenti, berubah menjadi lamunan dengan menatap kosong layar laptop.

Ia merindukan masa masa itu.

Kebahagiannya. Canda dan tawanya.

Tuhan.. bisakah engkau kembalikan Galih padanya?

Ia sangat membutuhkan laki laki itu. Hidup tanpanya membuat Sam sadar, bahwa pengaruh Galih dalam hidupnya sangat lah besar.

Bagaimana bisa ia dulu menginginkan Galih pergi hanya karena ia ingin memiliki Sky dan merebutnya dari laki laki itu.

Sky..

Sedang apa perempuan itu sekarang?

Sam tebak pasti sedang membersihkan diri. Atau tidak langsung merebahkan tubuh di atas kasur, dan terlelap ke alam mimpi.

Terkekeh, jarinya mulai bergerak membuat layar itu berubah menjadi sebuah aplikasi note.

Sam menarik nafas, jari jarinya mulai bergerak indah, mengetik sebuah kata yang berubah menjadi kalimat sampai menjadi beberapa paragraf yang cukup banyak.

Kantuk pun mulai datang, Sam tak sanggup untuk melanjutkan kegiatannya tadi. Ia memilih untuk menutup laptop tersebut, dan mengecek ponselnya sebelum tertidur.

Benar saja, ada beberapa pesan masuk. Tapi yang Sam hiraukan hanyalah satu pesan yang berasal dari mamanya.

Sebuah foto makanan yang sangat ia sukai. Sam mengulum senyum.

mama
| Semur telur buat kamu besok..

Jarinya kembali bergerak mengetik balasan sebelum matanya tertutup karena rasa kantuk yang tak bisa lagi ia tahan.

samudra
| sampai bertemu di esok pagi
| love u mom

.

Sepulangnya dari terminal tadi, Sky segera melempar diri ke atas kasur, terlelap masih dengan sepatu yang membalut kakinya.

Dan pada pukul 12.05, ia kembali terbangun, merasakan pening di kepalanya akibat mimpi yang ia alami.

Sky menarik nafas, keringat membasahi dahi dan pelipisnya. Ia menangkup wajah, menetralkan rasa takut yang melanda.

Setelah sekian lama ia menginginkan Galih hadir di dalam mimpinya. Baru kini mimpi itu terjadi. Tapi bukannya senang, Sky malah di buat tak karuan oleh mimpi tersebut.

Bagaimana cara Galih melambai dengan wajah berseri. Semua itu masih ia ingat jelas sampai terbangun dari tidurnya.

Bukan. Jika kalian berfikir Galih melambai padanya, kalian salah.

Dalam mimpi itu, Galih melambai pada laki laki yang berdiri di sampingnya, Samudra.

Tapi setelah di fikir fikir, itu hanya lambaian. Dan Sky menghela nafas mencoba tenang. Ia melirik sekitar, keadaan disana sangat sunyi.

Merasakan lengket di tubuhnya, Sky merasa gerah karena keringat yang membanjiri pakaiannya.

Ia perlu mandi.

Setelah selesai menyelesaikan kegiatan tersebut, Sky kembali naik ke atas ranjang. Matanya menatap layar ponsel dengan wajah berseri, memandang tanggal yang tertera di sana.

Ini hari ulang tahun Samudra.

Sky mengingatnya. Tentu.

Dulu saat Galih masih ada, laki laki itu kerap sekali memintanya untuk memilih hadiah yang cocok sebagai kado ulang tahun bagi sang teman, Samudra.

Galih lagi.

Ah, betapa Sky merindukannya.

Tuhan.. ia meyakini bahwa kini Samudra bersemayam di hatinya, tapi ia tak bisa mengelak bahwa Galih pun tak kunjung pergi dari sana. Apa ia salah? Berdosa kah dirinya?

Sky menghela nafas. Ia membuka aplikasi Instagram, dan membuat instastory yang di bagikan hanya untuk akun milik Samudra.

Ia berdoa pada Tuhan, agar laki laki itu selalu bahagia dalam hidupnya, meminta agar Tuhan mengabulkan harapan Samudra yang tanpa sadar, harapan itu juga menjadi harapannya.

Sky berterimakasih, karena hari ini adalah hari dimana Tuhan menakdirkan orang baik terlahir di dunia. Menjadi temannya dalam berbahagia.

Samudra Thalassa.

Laki laki yang memberi warna saat dirinya sedang berada dalam kegelapan.

Laki laki yang mengabaikan sekeliling dan hanya terus melihat ke arahnya.

Juga.. laki laki yang mampu menyembuhkan luka, serta trauma dalam hidupnya.

Kantuk datang, dan Sky mulai terlelap dengan wajah berseri membayangkan senyum Samudra yang begitu tulus untuknya.

.

.

.

☺️🙏🏻

ARNAWAMA [END]Where stories live. Discover now