Chapter 30 : You're My Super Hero

113 40 147
                                    

Haloo Readers!
Gimana kabar hari ini? Semoga selalu sehat yaa...
Yuk ah langsung baca aja dehh hehe.
Happy Reading and Enjoy!

“Ayla!” gertak Friska mendatangi Kay yang sedang asyik menyantap semangkok bakso bersama Saskia.

“Kenape lo? Kesurupan? Rukiah dulu sana!” usir Saskia dengan maksud membela Kay.

Sedangkan Kay malah asyik sendiri menyantap baksonya, tanpa menghiraukan Friska dan gengnya. Bagi Kay semangkok baksonya lebih berharga daripada apa pun. Meladeni Friska dan kedua kurcacinya, sama saja seperti mengabaikan semangkok baksonya. Jadi, Kay pasti lebih memilih mengabaikan Friska, dibandingkan mengabaikan semangkok baksonya.

“Lo ada hubungan apa sama Arion?!” tanya Friska masih dengan nada tinggi serta ekspresi wajah yang tak santai.

“Enggak ada,” jawab Kay masih santai menyantap baksonya.

“Terus kenapa Arion seromantis itu sama lo? Dia juga bilang mau memperjuangkan lo. Lo suka ‘kan sama dia?” Masih dengan amarahnya, Friska terus menerus melontarkan pertanyaan pada Kay.

“Ya mana gue tau. Gue enggak suka dia, sama sekali enggak suka. Ya lo tanya sendiri aja ke orangnya, kenapa dia bisa seromantis itu ke gue.”

Tak ada satu pun jawaban Kay yang membuat Friska puas. Wajahnya malah kian memerah ketika mendengar semua jawaban Kay. Lagi pula, apa keuntungannya bagi Kay jika dirinya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Friska? Yang ada malah emosinya yang akan terkuras.

“Iri ya lo? Jiakhh... Kalah saing ‘kan lo? Kalau emang si Arion-Arion itu lebih milih Ayla, lo bisa apa?!” sindir Saskia membuat Friska dan kedua kurcacinya tertegun.

***

Bel berbunyi sebanyak tiga kali, menandakan jam pelajaran sudah habis. Keadaan sekolah yang tadinya tenang dan hening, berubah menjadi begitu ramai. Puluhan siswa yang baru saja keluar dari kelas, saling berbondong-bondong melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah.

Kay dan Saskia bukan tipe murid yang suka menerjang lautan manusia. Di Koridor sekolah pastinya sangat berdesakan, Kay sangat benci itu. Belum lagi tak sedikit murid yang mendorong-dorong karena ingin cepat pulang. Jadi, Kay dan Saskia lebih memilih berdiam sejenak di kelas, sampai keadaan koridor sekolah tak begitu ramai.

“Lo pulang sama siapa, Ay?” tanya Saskia.

“Sekarang ‘kan jadwal gue nemenin Mahen ekskul basket, Sas. Gue pasti pulang sama Mahen,” jawab Kay tak bersemangat.

“Kenapa lo enggak semangat gitu? Laper lo? Atau baper gara-gara si Friska dan kurcacinya? Atau kenapaaa?” geram Saskia tak suka menatap wajah masam Kay.

“Gue pengen cepet-cepet pulang, Sas. Lagi males banget nunggu Mahen ekskul basket. Gue bener-bener badmood, laper juga, cape juga, mau tidur di kasur empuk guee,” adu Kay mengeluh panjang lebar pada Saskia.

Saskia menatap iba sahabatnya, bagaimanapun juga Kay tetap sahabatnya, ia juga merasa tak tega pada Kay jika harus memaksakan Kay tetap menemani Mahen ekstrakurikuler basket. Tentu saja akan melelahkan dan membosankan.

“Ya udah. Lo pulang bareng gue aja, yuk!” ajak Saskia berbaik hati.

“Ehh...” Kay menahan tarikan tangan Saskia. “Mahen gimana?? Gue emang udah enggak respect dan percaya sama cowok. Tapi gue masih punya rasa kasihan ke dia, Sas.”

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang