Chapter 2 : Tentang Masa Lalu

352 159 317
                                    

Halo, kembali lagi! Selamat membaca yaa...

Keriuhan murid kelas 11 IPS 1 sengaja Kay abaikan. Ia segera memasangkan earphone berwarna putih yang sedari tadi berada di meja, lalu diputarlah lagu Hujan yang dinyanyikan oleh Jourdy Pranata. Dengan tenang ia menikmati lagu itu, hingga ia mulai masuk pada dunianya sendiri. Tanpa menghiraukan keadaan sekitar.


Semenjak kejadian tadi, nama Kay tak henti-henti dibicarakan. Kejadiannya sudah berlalu hampir 20 menit, tapi namanya dan lelaki yang dengan sengaja menabraknya itu masih saja jadi perbincangan.


Saat Kay sudah benar-benar terhanyut oleh alunan lagu, tiba-tiba saja seseorang menaruh tangannya tepat di pundak Kay. Membuatnya dengan terpaksa harus kembali pada keadaan riuh di kelas.


"Apa?" tanya Kay sedikit ketus pada lelaki yang ternyata kekasihnya.


"Botol kamu pecah lagi ya, Kay? Keadaan kamu gimana? Apa ada yang luka?" Rentetan pertanyaan Mahen sontak membuat bola mata Kay menatap sinis pada Mahen.


"Gue baik-baik aja," ucap Kay berbohong, "berhenti panggil gue Kay. Lo bukan orang yang gue perbolehkan manggil panggilan itu." Kay berkata sangat pelan, suaranya terdengar sangat sinis. Walaupun begitu, teman sebangkunya tetap dapat mendengar ucapan Kay.


"Maaf, Ayla."


Seberapa kasar dan tak pantas perlakuan Kay pun, Mahen tetap mengalah. Cinta memang benar-benar membuat orang keliru, sekalipun orang yang pintar tetap saja membuat keliru.


"Gue lagi mau sendiri. Mood gue lagi gak baik."


"Tapi__"


"Pergi, Mahendra." Nada bicara Kay terdengar lebih tinggi dari sebelumnya.


Beberapa sorot mata tertuju pada Kay dan Mahen, terlebih lagi Mahen yang mulai pergi dengan perlahan membuat Kay semakin menjadi bahan perbincangan. Sebelum kembali mendengar yang tidak-tidak, Kay segera memasang earphone kembali dan mengabaikan perkataan orang-orang tentang dirinya.


Namun, beberapa saat kemudian, ketenangan Kay kembali terusik.


"Kenapa, Sas?" tanya Kay sembari melepaskan earphone-nya.


"Gue boleh ngomong sama lo, kan?" ujar Saski, sosok gadis yang sedari tadi berada di samping Kay itu balik bertanya. Saskia Michelle, teman sebangku Kay itu menatap Kay lekat-lekat. Sudah satu tahun lebih mereka bersama. Gadis itu tahu betul sikap dan sifat Kay. Kay yang mudah marah dan moodyan membuat Saskia harus berhati-hati dalam bertindak.


"Bolehlah, ngomong aja." Kay balik menatap Saski.


"Lo kenapa sih bersikap seenaknya ke Mahen? Dia cowok lo loh..."


"Ha? Cowok? Gue enggak punya cowok, Saskia," ucap Kay disertai tawa sinis.


"Emang gila ya lo. Mahen sayang banget sama lo. Sikapnya selama ini udah cukup membuktikan, Kay. Berhenti semena-mena ke dia." Ada rasa memohon di balik perkataan Saskia.


"Enggak ada cowok yang akan benar-benar sayang sama kita, Sas. Semua cowok tuh sama aja, sama-sama akan meninggalkan kita. Jangan berharap sama janji cowok, janji cowok tuh enggak bisa kita pegang. Contohnya aja bokap gue, dia pergi meninggalkan gue dan nyokap gitu aja." Kay menghela nafas dan menghembuskan dengan kasar, "Selama sepuluh tahun ini enggak ada tuh dia peduli sama gue, nyari gue pun enggak."


Sebenarnya Saski sudah terlalu sering mendengar perkataan ini, bahkan sudah jutaan kali ia mendengarnya. Perkataan yang selalu Kay gunakan sebagai alasan dia berhak bersikap seperti sekarang ini, bersikap semena-mena pada lelaki.

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang