Chapter 22 : Kecil Harapan

131 43 248
                                    

Haloo para pembacaku!
Selamat datang kembali yaaaa
Happy Reading and Enjoyy❤

Kalimat terakhir yang kurir itu katakan masih saja terngiang di benak Kay. Rasa penasarannya timbul dengan sendirinya. Biasanya Kay memilih untuk cuek dan bodo amat. Tapi entah kenapa akan perkataan yang kurir itu katakan tak bisa Kay abaikan begitu saja. Kay benar-benar penasaran, melebihi rasa penasarannya akan alasan Superman memakai celana dalam di luar.

“Ada apa sih sama kurirnya, Ay?” tanya Saskia dengan keadaan mulut yang penuh oleh bubur.

Baru saja Kay hendak menjawab, Linda lebih dulu berbicara. “Jangan-jangan si kurir pacar kamu itu ya? Yang nitip salam ke Mama.”

“Ihhh Mamaaa!” rajuk Kay mendorong pelan pundak Linda. “Tadi tuh cuma salah alamat. Bukan pacar aku, lagian aku enggak punya pacar kurir, Ma. Punya kenalan kurir aja enggak. Maa... Jangan fitnah.”

Kay berbohong. Jelas-jelas kurir yang tak lain Rion itu memang benar-benar mencari Kay dan ingin bertemu Kay.

“Siapa sih kurir itu, Tan? Tante Linda jangan sembunyiin apa pun dong ke Saski,” rengek Saskia ingin tahu siapa kurir yang kerap dibicarakan Linda.

“Tante juga enggak tau, Saski. Beberapa Minggu ke belakang ada kurir yang dateng ke sini, antar paket Kay, abis itu nitip salam buat Kay,” jelas Linda meledek Kay yang hanya diam saja.

“Udah ah, ngomongin yang lain aja,” potong Kay tak nyaman dengan perbincangan saat ini.

Linda dan Saskia saling tatap, lalu tertawa secara bersamaan. Menertawai sikap Kay yang sangat aneh ketika membicarakan kurir itu. Seperti ada rasa malas bercampur rasa salah tingkah. Linda dan Saskia memang kompak dalam hal meledek Kay.

***

Daun pintu terkuak sewaktu Rion hendak melorotkan celananya. Bola matanya membulat sempurna ketika melihat Audina berada di balik pintu. Tanpa rasa bersalah, Audina menyelonong masuk, lalu duduk di tempat tidur Rion.

“Kak, ihh! Lo mau ngintipin gue, hah?!” tuduh Rion menunjuk-nunjuk Audina.

“Apaan sih, enggak banget ngintipin lo,” elak Audina mengalihkan pandangannya.

“Terus lo mau apa ke sini, Kak? Gue mau ganti baju ini wey!”

Tatapan Audina berubah menjadi serius, sangat serius. Seperti ada yang ingin ia sampaikan dengan serius. “Gue mau tanya banyak hal sama lo.”

“Tanya apa?”

Suasana di kamar Rion menjadi kian serius. Rion kembali memasang kancing celananya dan duduk di samping Audina dengan tatapan fokus pada bola mata Audina, menunggu Audina mengucapkan apa yang ingin Audina tanyakan.

“Lo udah ketemu sama Kaila? Atau lo udah move on dari dia?”

Rion menghela nafasnya panjang, ia kira pertanyaan serius apa yang akan Audina lontarkan. Ternyata hanya rasa penasarannya pada masa lalu Rion.

“Udah, gue udah ketemu. Dan gue akan terus berusaha perjuangin dia, deketin dia, terus kasih tau dia bahwa gue ada Rion teman masa kecilnya. Happy ending deh,” ungkap Rion dengan sangat percaya diri.

“Kenapa enggak kasih tau dulu, baru deketin dia?”

“Kenapa gitu?”

“Ya karena nanti kalau si Kaila tuh kecewa karena selama ini lo enggak jujur gimana? Terus lo yakin kisah cinta kalian berdua akan happy ending?"

“Bukan urusan lo! Udah ah sana, ganggu waktu berbahagia gue aja,” usir Rion pada Audina, tangan Rion yang besar menarik-narik tangan Audina agar keluar dari kamarnya.

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang