Chapter 3 : Dunia Kay

296 157 336
                                    

Halo Pembaca... Selamat membaca yaaa!

Lamunan Kay tersadar ketika bel berbunyi sebanyak dua kali, menandakan jam istirahat sudah habis. Kelas yang ia singgahi saat ini kian ramai orang yang bermasukan. Hampir semua orang yang berada di sana menatap Kay dengan sorot mata seakan-akan tengah menatap musuh.


Ya, mereka memang bermusuhan. Entah dari abad ke berapa perselisihan antara IPA dan IPS dimulai.


"Ngapain masih ada di sini?" Suara seseorang berhasil membuat Kay terkejut.


Suara siapa lagi kalau bukan Rion.


"Gu... Gue..." Entah mengapa Kay jadi merasa kikuk setelah Rion melontarkan pertanyaan itu.


"Gue udah tanggung jawab. Lo gak ngerasa malu dilihat banyak orang? Harus segitunya buat minta tanggung jawab sampai-sampai melupakan harga diri?"


Nada bicara Rion memang terdengar tenang. Tapi, setiap kata yang keluar dari mulutnya mampu membungkam Kay yang tengah kesal padanya. Mungkin saja bukan hanya membungkam Kay? Bisa jadi membungkam semua lawan bicara yang ingin berdebat dengannya.


Kay beranjak pergi dari kelas berhawa panas itu. Ia benar-benar merasa sangat panas di sana, seakan-akan berada di dalam kelas yang berisi jin dan makhluk halus.


"Pendiam sih, covernya emang pendiam. Tapi enggak nyangka gue, sekalinya ngomong sampai gue kena sekakmat," gumam Kay menggelengkan kepalanya.


Awalnya, Kay cukup tertarik pada lelaki itu karena paras tampan dan namanya yang mirip dengan sosok pentingnya di masa lalu. Tapi Kay kembali berpikir, Rion masa lalunya itu tak pendiam dan berkata pedas sepeti itu. Ia bahkan lebih cenderung banyak bicara dan periang.


Terlebih lagi, aura yang teman masa lalunya selalu pancarkan adalah aura positif. Tidak seperti lelaki menyebalkan itu, sangat beraura negatif.


***


Sudah menjadi rutinitas Kay untuk menemani Mahen ekstrakurikuler basket sepulang sekolah. Tidak setiap hari, hanya hari-hari tertentu saja. Kay tak memiliki aktivitas di sekolah, ia tak mengikuti ekstrakurikuler dalam bidang apa pun. Walaupun ia sangat berminat dalam musik, ia tak berminat untuk ikut ekstrakurikuler musik.


Malas dengan peraturan-peraturan ribet, Kay lebih senang melakukan apa pun sesuka hatinya, tanpa terpaku pada peraturan.


"Fathur!" Kay memanggil salah satu teman Mahen yang tengah duduk santai di seberangnya.


"Ha? Gue?" Lelaki itu menunjuk-nunjuk dirinya dengan raut wajah bingung.


Kay menganggukkan kepalanya. "Ya, Lo, siapa lagi? Nama Fathur kan cuma lo di sini."


"Kenapa?"


"Lo cakep banget deh hari ini, beliin gue minum ya?" Dengan sengaja Kay berkata dengan sangat lembut.


Ya, lelaki mana yang tak tergoda ketika melihat wanita bertubuh mungil ini bersikap lembut seperti itu, apalagi ketika Kay memegang tangan atau bergelayut manja di tangan selalu saja berhasil membuat lelaki salah tingkah. Mungkin hanya lelaki yang kuat iman saja yang mampu tak tergoda.


Menaklukkan hati lelaki dan membuat lelaki salah tingkah bukan suatu hal yang sulit bagi Kay. Wajah Kay yang cantik salah satu alasan lelaki mudah meleleh.


"Boleh, boleh banget. Tunggu di sini." Senyum lebar Fathur membuat Kay ikut tersenyum akan kemenangan dirinya.


Mahen hanya menatap kelakuan kekasihnya itu dari kejauhan. Dengan keringat yang memenuhi wajahnya, ada rasa sakit yang menembus dadanya. Perasaan yang sering terjadi padanya, sangat sering terjadi, hingga ia tak bisa berbuat apa-apa.

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang