Chapter 1 : Awal Kebencian

469 177 352
                                    

Selamat membaca...

Kaila Grizelle Ayudia, gadis cantik yang saat ini tengah memegangi bingkai foto yang menampilkan anak kecil perempuan dan anak kecil lelaki yang saling merangkul. Saat mata gadis itu menatap sendu foto yang berada di tangannya. Jarinya berhenti mengelus foto itu ketika suara seseorang memanggilnya dengan lantang.

"Kay, Pacar kamu udah datang nih." Suara itu terdengar dari lantai bawah.

"Bentar, Ma," sahut gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya dari foto yang sedari tadi ia pegang. Tak ada harapan untuk dirinya bisa bertemu masa lalunya itu, mungkin saja lelaki itu sudah melupakannya.

"KAILA GRIZELLE AYUDIA!" Suara itu kembali terdengar lebih keras di telinga Kay.

Kay segera menyimpan bingkai foto itu dan beranjak pergi dari kamarnya. Jika Linda sudah memanggil dirinya dengan nama lengkap seperti tadi itu tandanya Linda sudah berada pada kemarahan tingkat atas. Kay sangat yakin akan itu.

Sebelum pergi menuju lantai bawah. Kay memandang pantulan wajahnya terlebih dahulu di cermin. Membetulkan rambut hitam yang panjangnya sedada, menutupi pipi tembamnya dengan poni rambutnya. Lalu segera berlari ke lantai bawah.

"Iya, Ma. Kay baru selesai pakai dasi ini, santai dikit kek Ma," ucap Kay sembari membetulkan dasi yang ia pasang.

Sebenarnya nafasnya masih sangat menggebu, detak jantungnya tak karuan. Bayangkan saja ia berlari dengan cepat melewati banyaknya anak tangga.

"Ini sarapan punya kamu, lain kali jangan suka bangun kesiangan biar masih bisa sarapan. Sarapan itu penting, Kay. Kalau kamu sakit dan punya penyakit lambung kan repot. Penyakit lambung tuh menyebabkan kematian tau. Mama cuma punya kamu, satu-satunya yang berharga di dunia," oceh Linda sembari terus melangkahkan kaki mengantar putrinya hingga depan rumah.

"Katanya udah siang, tapi masih aja ngoceh."

Kay mendengus, ia sudah saling berhadapan dengan kekasihnya. Tangannya segera merebut paksa helm yang sedari tadi dipegang oleh lelaki di hadapannya, hingga membuat lelaki itu terkejut. Mahendra Saputra, kekasih Kay yang ke sekian. Linda sudah tak ingin berkomentar ketika putrinya terus gonta-ganti kekasih. Toh, tak ada satu pun perkataan Linda yang didengar oleh Kay.

"Pamit, Tante." Mahen berpamitan pada Linda dengan begitu sopan.

Linda hanya mengangguk dan tersenyum untuk merespons perkataan Mahen.

Setelah kepergian Kay dan Mahen, Linda tersenyum miris meratapi keadaan saat ini. Sudah sepuluh tahun ia hidup sebagai single parent dan sudah sepuluh tahun juga ia menghadapi sikap putrinya yang amat membenci lelaki sampai sebegitunya.

Linda Kusuma Wijaya, orang tua tunggal yang menghidupi keluarganya dengan bisnis yang diberikan orang tuanya. Jika saja orang tua Linda bukan pebisnis, mana bisa dirinya menghidupi anak perempuannya hingga saat ini.

***

Hiruk pikuk para siswa SMA Lima Sila membuat Kay tidak nyaman. Bukan karena keramaiannya, tapi karena ia tahu jika ini sudah siang, semua orang tengah ribut untuk segera masuk ke dalam kelas. Kay segera turun dari sepeda motor, pergi begitu saja meninggalkan Mahen. Mahen sudah merasa tak aneh dengan sikap Kay yang itu.

Seisi sekolah benar-benar tengah ribut harus terburu-buru menuju kelasnya masing-masing, termasuk Kay dan juga Mahen.

Beberapa langkah lagi Kay akan sampai menuju kelasnya, Mahen masih tetap berada di belakangnya. Kebetulan kelas mereka memang bersebelahan. Baru saja Kay senang akan dirinya yang hendak tiba di depan kelasnya, tiba-tiba seseorang menabraknya dari belakang begitu kencang.

Gedebuk!! Prang!!

Suara Kay yang terjatuh dan botol minumnya yang pecah terdengar bersamaan membuat hal itu menjadi sorotan khalayak ramai.

"Aw..." Kay merintih lalu segera bangun untuk melihat orang yang sudah menabraknya. Arion Elvano Abhimanyu, seorang lelaki pendiam dari kelas sebelahlah yang sudah menabrak Kay. Kay mengenal jelas lelaki itu juga kenal jelas sikap lelaki itu. Hanya saja Kay tak tahu pasti siapa namanya.

"Lo punya mata gak sih? Gue tau ini udah mau masuk jam pelajaran. Tapi... Lo bisa gak sih gak usah nabrak gue!" Kay membentak lelaki itu sembari mendorong sebelah pundaknya dengan tangan mungil Kay.

"Kalau Lo bilang alasan 'Maaf gue gak liat', lo bego banget! Badan gue gak sekecil itu."

"Sori." Bukannya memberikan alasan akan dirinya yang telah menabrak Kay, Rion hanya berkata satu kata tanpa melirik Kay sedikit pun.

"Ucapan maaf lo itu gak akan mengembalikan botol minum gue yang pecah dan kaki gue yang luka! Perkataan maaf lo aja keliatan gak serius. Lo diajarin sopan santun dan bertanggung jawab gak sih sama orang tua lo?!" Sudah setinggi apa pun nada bicara Kay, lelaki di hadapannya tetap bersikap tenang tanpa mengeluarkan kata untuk menjelaskan.

"Sebenernya lo bisa ngomong gak sih? Atau lo budek ya?" Dengan sengaja Kay mendekatkan wajahnya pada telinga Rion.

Tanpa Kay duga, tiba-tiba lelaki yang sudah membuatnya emosi itu melemparkan dua lembar uang bernominal seratus ribu tepat di wajah Kay tanpa mengeluarkan kata apa pun, wajahnya pun masih tetap sama, berwajah tenang. Entah itu raut wajah tenang atau raut wajah datar. Lalu meninggalkan Kay dengan emosinya yang kian memuncak.

"COWOK GILA!!"

Kay benar-benar dibuat tak habis pikir oleh lelaki gila itu. Bukan hanya emosinya yang meningkat rasa herannya pun ikut meningkat. Tak menyangka jika dunia menyediakan lelaki seperti Rion.

Selamat pagi para pembacaa... Gimana nih first impress kalian sama Rion dan Kay? Saksikan terus ya kisah mereka sampai akhir nanti, see youu🥰

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang