04. Youth

220 60 16
                                    

"Aku tidak pernah punya teman. Katanya aku ini buruk rupa. Mereka enggan dekat-dekat denganku."

"Kamu punya teman. Ada aku. Kamu cantik, mereka hanya menutup mata untuk melihat seberapa indahnya kamu. Dan aku tidak seperti mereka, aku membuka mataku dan bisa melihat betapa cantiknya rupamu. Jangan pernah berkecil hati untuk orang yang tidak begitu penting."

***

"RENDY!"

Panggilan itu bisa membuat Saddam tahu siapa yang memanggilnya hanya dalam waktu satu detik. Karena di dunia ini hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu, Rendy. Kebanyakan orang akan memanggilnya Saddam, bahkan bapak dan ibunya. Orang yang memanggilnya dengan sebutan Rendy siapa lagi kalau bukan teman sebangkunya saat MOS, Azahra.

Saddam menoleh untuk melihat perempuan itu tengah berlari ke arahnya. Dengan nafas tersengal Azahra tersenyum lebar seperti agen asuransi.

"Rendy! Kenapa lo jalannya cepet banget sih? Kayak lagi dikejar demit aja!"

Iya! Lo demitnya!

"Rendy tungguin gue!"

Saddam memutar bola matanya malas. Menghentikan langkah kakinya segera.

"Lo sengaja kan jalan cepet-cepet biar gue capek ngejar lo!" hardik Azahra saat berhasil menjangkau Saddam.

"Nggak. Lo aja yang larinya lelet." Saddam membiarkan gadis itu mengatur nafasnya. Mendengarnya terbatuk sekali dua kali.

"Jahat."

Tidak tega, Saddam mengambil botol Tupperware miliknya dari dalam tas. Memberikan minumnya itu kepada Azahra yang nampak kepayahan. "Minum."

Dengan wajah berseri gadis itu menerima botol minum yang Saddam berikan, tanpa menunggu lama lagi tutup botol dibuka dan segera diminum isinya.

"Tangan kanan." Saddam mengingatkan saat Azahra membawa botol minum ke arah mulutnya dengan tangan kiri.

"Sorry." Gadis itu cengengesan saat mendengar Saddam mengingatkannya, kemudian memindahkan botol minum dari tangan kiri ke tangan kanan. Baru hendak menempelkan ujung botol di bibir, tangan Saddam mendorong bahunya ke bawah, membuatnya terduduk seketika di atas paving lapangan.

"Minum sambil duduk," ucap Saddam lagi sebelum Azahra bertanya apa maksudnya mendorong gadis itu.

"Hehe, thanks Rendy."

Saddam membuang muka. Kenapa pula dia memberikan air minum berharganya kepada gadis tidak jelas ini. Seketika Saddam dirundung penyesalan.

Saat Azahra berdiri dan memberikan botol minum itu kepada Saddam kembali, gadis itu masih tersenyum dengan memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Hehe."

Haha hehe haha hehe!

Saddam menghujam manik Azahra tajam dengan tatapan penuh pertanyaan ada apa? Kenapa memanggil namanya tadi.

"Oh iya, lupa. Gue mau kasih lo sesuatu." Anak perempuan itu dengan gerakan serampangan membuka resleting bagian depan tasnya. Membuat Saddam mengerutkan kening melihat perlakuan kasar Azahra kepada tas miliknya. Tas berwarna merah muda itu pasti tidak akan bertahan sampai kenaikan kelas. Saddam jamin. Baru tengah semester nanti pasti sudah rusak.

"Ini, buat lo." Azahra menyerahkan benda-benda berbentuk lucu ke permukaan tangan Saddam.

"Ini apa?"

"Lo nggak bisa liat? Jelas-jelas ini gantungan kunci." Azahra menjawab dengan muka polos yang malah membuat Saddam emosi.

From Me, Your NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang