02. Our

294 84 20
                                    

"Mengapa ombak menjerit saat sampai di bibir pantai?"

"Karena ombak takut kalau laut akan melupakannya saat dia hancur dan menghilang."

***

Ternyata Saddam salah, kelas 10 IPA 1 bukanlah kelas unggulan. Dalam sistem pembagian kelas di SMA Garuda, tidak ada yang dinamakan kelas unggulan. Semua murid ditempatkan secara acak di masing-masing kelas, tidak memandang nilai maupun prestasi. Semuanya dianggap setara, tidak ada yang lebih unggul atau pun lebih rendah. Itu kabar baik, karena Saddam tidak menyukai diskriminasi.

Kabar buruknya, teman Saddam di sekolah ini baru terhitung dua jari. Kedua-duanya adalah teman sebangku (teman sebangku saat MOS dan teman sebangku di kelas 10 IPA 1), itu pun sangat menyebalkan semua. Padahal Saddam ingin segera mungkin memperbanyak jumlah pertemanannya, tapi hal itu tidaklah mudah.

Andai ada malaikat baik hati yang membantunya mendapatkan lebih banyak teman, Saddam berjanji akan selalu memujanya setulus hati.

"Saddam!"

Panggilan itu mengalihkan Saddam dari pikiran-pikiran acak di dalam kepalanya. Haidar memanggil namanya dari ambang pintu. Sepertinya dia baru saja kembali dari ruang guru setelah menemui Bu Endang, wali kelas mereka.

"Apa manggil-manggil?"

"Ikut gue, buruan." Haidar mengatakan dengan gestur memerintah dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang menyuruh Saddam mengikutinya pergi keluar kelas.

Saddam mendengus keras, wahhh lihat kelakuan teman sebangkunya itu, gaya-gayanya seperti sudah mengenal bertahun-tahun sampai berani-beraninya memberinya perintah untuk mengikutinya.

"Apa? Mau apa?" Saddam bertanya saat berhasil menyamakan langkah kaki Haidar yang panjang-panjang dan lebar.

"Karena lo sekarang udah jadi seorang teman, gue harus mengenalkan lo ke teman-teman gue. Soalnya nanti ke depannya kita bakal sering ketemu dan kumpul bareng, lo harus kenal sama mereka."

Hah?

Saddam mengangkat sebelah alisnya. Haidar apa-apaan sih? Anak ini sedang apaaaaa? Siapa juga yang mau menjadi temannya? Anak ini percaya dirinya luar biasa sekali!

"Double J!" panggil Haidar ke kelas sebelah, 10 IPA 2. Dua murid laki-laki kemudian muncul dari balik pintu. Tinggi mereka sepantaran, penampilan mereka setipe dengan Haidar, necis dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Ayo kenalan," ucap Haidar seakan sedang mempertemukan ayam tetangga yang baru saja bertemu.

"Saddam, ini namanya Jimmy, yang ini namanya Juno," Haidar memperkenalkan kedua orang itu pada Saddam. Saddam mengangguk dan mengamati mereka.

"Jimmy, ini Saddam. Juno ini Saddam. Ayo salaman." Haidar seperti makelar yang sedang mempertemukan kliennya, mereka bertiga saling berjabat tangan bergantian.

"Jimmy, Juno, jadi, Saddam ini teman baru gue di kelas 10 IPA 1. Teman sebangku pula, sebagai ketua kelas yang baik gue ngenalin Saddam ke kalian supaya dia punya teman baru lintas kelas. Semoga akrab ya kalian, haha."

"Saddam, Jimmy sama Juno itu temen gue dari SD. Mereka anak baik kok, lo nggak akan nyesel kenal sama mereka. Duit mereka banyak, kalau mau ditraktir jajan boleh banget, mereka nggak akan pelit, hehe."

Haidar selesai memperkenalkan kedua belah pihak. Wajah sumringahnya yang kekanakan kini lebih mirip seperti guru paud yang kedatangan murid baru ketimbang makelar.

Saddam sedikit canggung, tapi Jimmy dan Juno terlihat seperti anak baik. Dan menurut sisi pandang Saddam, berteman dengan mereka berdua sepertinya akan lebih baik dibandingkan berteman dengan Haidar.

From Me, Your NeverlandOù les histoires vivent. Découvrez maintenant