=33= After Incident

Start from the beginning
                                    

Suara kekehan berasal dari Ran. Pemuda dengan surai pirang dan hitam yang dikepang itu menatap (Nama). "Butuh bantuan?"

"Apalagi?!" jawab gadis itu ketus.

Pemuda itu menyilangkan kakinya dan kembali tersenyum. "Akan kukupaskan buah untukmu dan kau harus memanggilku 'Onii-san'."

"Ah." (Nama) menahan dirinya untuk melempar isi dari meja di sampingnya ke arah dua bersaudara yang masih setia menikmati buah-buahan miliknya. "Dasar kakak-beradik brengsek."

Menghela napas entah ke berapa kali (Nama) hari ini. Gadis itu menggerakkan kakinya turun dari ranjang.

"Mau ke mana kau?" tanya Rindou begitu tahu (Nama) hendak mengambil tiang yang untuk menggantungkan cairan infusnya.

"Kamar mandi," jawabnya pendek. Gadis itu menoleh. "Apa?! Mau mengantar?"

Rindou ber-oh panjang, lalu kembali duduk santai. "Tidak. Cuma tanya saja. Hati-hati, kalau terpeleset nanti bilang ya," ucapnya sambil memasukkan jeruk ke mulutnya.

(Nama) makin kesal mendengarnya. Ingin rasanya ia melempar tiang cairan infus ke wajah Rindou, tapi karena ia masih waras, ia tidak jadi melakukannya.

Gadis itu berbalik kesal. Ia berjalan tertatih dan sangat pelan menuju kamar mandi di dalam ruangan rawatnya.

Satu menit berlalu, ia malah baru setengah jalan.

(Nama) merasa kakinya kaku dan lukanya juga baru sembuh, jadi ia tetap harus berhati-hati.

Namun, begitu (Nama) hendak mengambil langkah lagi, dari belakang, dua tangan mengambil alih tiang cairan infus dan memegangi tangan (Nama).

"Kalau susah, bilang saja, akan merepotkan jika nenek tua itu tahu kalau cucu perempuan tersayangnya mati karena terlalu lama menahan buang air kecil," ejek Ran memapah (Nama) pelan, tentu saja disertai ekspresi yang menjengkelkan bagi (Nama).

Wajah (Nama) memerah, bukan malu atau terpesona, lebih ke saking sebal dan marahnya ia jadi bingung mau bagaimana. Tetapi, tak urung ia memang tengah membutuhkan bantuan.

Ran memegangkan tiang infus dan memapah (Nama) dengan tangan lain, sementara Rindou melihat dari sofa.

Huh, bossy sekali dia, batin (Nama) sebal.

Kamar mandi di dalam ruangan rawatnya memang tidak jauh, tapi tertutup dinding. Dari tempat Rindou duduk, ia tidak bisa melihat pintu kamar mandi kecuali ia ikut masuk dan melongok ke dalam.

Saat ini, Ran bersandar di dinding kamar mandi, sementara di sampingnya ada pintu yang tertutup. (Nama) sedang menuntaskan misinya di dalam.

"Terimakasih."

Mata Ran awalnya tertutup. Ia menyender ke dinding dengan tangan bersedekap.

Sepasang netra keunguan itu berkilat begitu empunya membuka mata. "Oya? Ada apa ini?" ejeknya.

Dapat Ran bayangkan, di dalam sana (Nama) sedang gelagapan karena salah tingkah hanya karena mengucapkan terimakasih. Dan pemuda itu benar.

"Ja-jangan salah paham! Aku hanya berterimakasih karena kau sudah menuntunku kemari," ucap (Nama) merengut.

Diam. (Nama) tidak bisa seenaknya keluar dan melihat ekspresi Ran saat ini.

Pemuda di luar pintu itu terlihat tengah memikirkan sesuatu dengan tatapan kosongnya.

"(Nama)."

(Nama) tersentak. Ini pertama kalinya Ran memanggil namanya dengan benar dan jelas.

"Ha-ha'i!" sahut gadis itu gugup.

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now