30. KASIAN ARA

Beginne am Anfang
                                    

Lirikan itu hanya Ara abaikan, dan gunjingan itu mencoba Ara tidak dengarkan. "Mbak! Coklat hangat satu!" seru Bintang.

"Oh iya Ra, uang gue ketinggalan." ujar gadis itu.

"Gue ambil bentar ya!"

Gunjingan demi gunjingan Ara abaikan hingga masalah yang lebih besar menimpa dirinya. Dinda dengan tangan kiri dihiasi kain biru untuk menggantung tangannya.

Tatapan sinisnya menyeruak, dan memilih duduk didepan Ara. "Ha! Masih kelas sepuluh udah main kehotel aja nih," ucap Dinda cukup keras.

"Nanti malam ada yang pesan lagi nggak? Laku keras pasti setelah gue promosiin di instastory." tambahnya.

Ara mencoba tak menjawab, dia tak mau menambah masalah dengannya. "Eihh mau kemana? Sini dulu ngobrol - ngobrol." ucap Dinda dengan nada sinis.

Dinda menahan tangan Ara supaya tidak kabur menggunakan tangan kanannya. "Lo tau tangan gue kenapa?" tanya Dinda.

"Ngapain gue mikirin tangab lo!" seru Ara yang sudah tidak tahan.

Plaak!

Tamparan keras mendarat dipipi Ara. Gadis itu tak membalasnya kali ini tapi sepertinya Dinda masih punya dialog untuk menjatuhkan Ara. "Tangan gue patah gara gara lo!" serunya.

"Gue nggak peduli!"

"Itu akibatnya lo nyebar berita nggak bener!" lantang Ara.

Dinda tertawa mendengar hal itu, "Nggak bener?" tanyanya. "Mau bela apa jelas jelas itu wajah munafik lo!" seru Dinda.

"Hei kalian! Lo tahu kan kelakuan sampah kayak dia harus diberi apa?" teriak Dinda.

Perasaan Ara sudah tidak enak, apa yang akan mereka lakukan padanya kali ini. "KELAKUAN SAMPAH TETAP SAMPAH!" Seru Dinda.

Elina yang dari tadi disamping Dinda mengambil sebuah botol saus dihadapannya. Lalu dengan keji menuangkan saus itu dari atas kepala Ara.

"Tunggu apa kalian! Pelacur kayak dia pantes dapet seperti ini!" seru Dinda.

Ara sudah tak tahan dengan sikap Dinda itu, tangannya maju tapi ditahan oleh Elina. Dan tamparan keras mendarat dipipi Ara untuk kedua kalinya.

Beberapa siswa dikantin menghampiri Ara dengan barang yang sudah mereka bawa ditangannya." Mampus!" umpat Dinda.

Sampah, kecap, saus, bahkan air es mereka ia tumpahkan ke badan mungil Ara. Gadis mungil itu ingin keluar tapi tak bisa. Badan yang lebih besar ini menghalangi jalan keluarnya.

WOII!!

Teriakan keras datang dari ujung kantin, tampak laki laki berbadan tegak dengan rambut yang acak acakan sangat marah melihat kerumunan yang merundung orang yang kini ia sayangi.

"Aga?" heran Dinda.

Dengan membawa kursi bekas dari gudang, Dermaga membantingnya didepan mereka supaya mereka bubar dan berhenti merudung gadis itu.

"Kalian goblok atau gimana?!"

"Ngapain lo bela gadis yang kelakuannya kek sampah kayak gini." seru salah satu siswa yang membawa botol kecap.

Dermaga mendekat kearah laki laki yang membawa botol kecap itu. "Lo laki-laki! Ngapain lo ngelakuin hal itu ke cewek goblok!"

"Banci namanya!"

"Dan lebih sampah mana orang yang menyebar rahasia orang daripada orang yang ngelakuinnya," kini tatapan bengis Dermaga mengarah ke Dinda.

Dermaga mendekat ke arah Dinda, "Hati nurani kalian taruh mana anjing?!" umpat Dermaga.

DERMAGA [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt