35 - Kang Gosip RS

120 7 0
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Ma," kata Ara dengan memeluk Karin dengan erat. Menumpahkan air matanya karena permasalahannya berasal dari dia. Tapi orang lain yang harus menanggungnya.

"Udah Ara, tenang!" Hibur Karin.

"Maafin aku ma, sakit gak ma?" Tanya Ara dengan memegang pipi Karin yang tampak memerah.

"Mas, ambilkan es buat mama!" Pinta Ara pada Dimas. Dimas menganggukkan kepalanya. Sedangkan Samuel dan Elisa, mereka berdua berangkat ke sekolah meskipun ada masalah besar di dalam keluarganya.

Karin menggelengkan kepalanya lalu mengusap air mata Ara yang mengalir membasahi pipinya. "Mama baik-baik aja sayang," ucap Ara.

Dimas kembali dari dapur kemudian ia mengompres pipi mamanya yang memerah akibat tamparan yang disebabkan oleh papanya.

"Berikan," ucap Karin dengan menarik kompresan es batu lalu meletakkannya pada lengan Ara yang lebih merah dari pipinya.

Ara memejamkan matanya untuk menahan sakit yang menjalar ketika es itu mendarat tepat di lengannya yang terluka.

"Mama tau, kamu yang lebih terluka," ucap Karin.

Ara menggelengkan kepalanya secara perlahan kemudian menghela napasnya.

"Kamu jangan masukin kata papa ya tadi, dia sedang emosi aja hari ini. Dan kalian jangan pergi dari rumah ini," ucap Karin pada Ara dan juga Dimas.

"Gak ma, kita akan pindah dari rumah karena papa udah memutuskan ini," kata Dimas.

"Tapi mas, kasihan mama kalo di rumah." Tolak Ara. Karena Ara sangat mengkhawatirkan Karin jika ia dan Dimas tidak ada di rumah.

"Gak bisa Ara, keputusan aku udah tepat. Kita harus pergi dari rumah ini, karena suatu hari nanti pasti aku akan membawamu pergi dari rumah ini." Jelas Dimas.

"Soal mama, jangan khawatir, ada Samuel dan Elisa yang selalu menjaga mama!" Imbuhnya. Sedangkan Ara, gadis itu hanya diam dan menatap Karin yang tengah mengobati luka lengannya.

***

Di ruang kerja dokter Zen, Ara hanya diam dan sesekali mengangguk ataupun menggelengkan kepala jika dokter Zen bertanya padanya. Apa perutnya masih kram ataupun ada keluhan lain yang ia rasakan.

Dokter Zen menuliskan hasil pemeriksaan kandungan Ara kemudian memberikan resep dan juga buku hamil bewarna pink pada Ara dan juga Dimas.

"Sepertinya istri dokter masih mengalami syok dan stres," ucap dokter Zen pada Dimas.

Dimas hanya memasang datar dan sesekali menganggukkan kepalanya untuk menyetujui penjelasan dokter Zen mengenai kandungan istrinya yang sudah menginjak usia enam bulan.

"Kemudian, tekanan darah normal 120/60, dengan posisi bayinya normal, serta perkembangan bayinya juga normal. Hanya saja lebih diperhatikan pada stres nya sang ibu, karena jika ibu stres maka bayi yang dikandungnya akan berdampak fatal." Jelas dokter Zen.

A STORYWhere stories live. Discover now