31 - Menghadiri Makan Malam

112 9 0
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Saat ini Ara tengah menggandeng Lia di luar sebelum mereka masuk ke dalam. Ara melihat situasi di sekitar rumah makan yang sangat terkenal itu. Mewah dan elegan. Dalam pikirannya saat ini pasti, rumah makan itu sangat mahal.

"Papa," panggil Lia dengan melepaskan tangannya dari genggaman Ara.

Ara melihat kepergian Lia lalu menatap Mario yang terlihat tampan meskipun umurnya sudah memasuki usia kepala lima. Tubuh yang masih bugar seperti orang yang masih muda. Pantas saja kalau Samuel menurun dari ayahnya. Tinggi, tubuh atletis, dan juga tampan.

Kini sorot mata Ara menangkap Samuel yang diam di tempat dengan memasukkan kedua tangannya di saku celana. Cowok itu terlihat tampan. Meskipun hanya memakai pakaian serba hitam.

"Mari kita masuk," instruksi Mario pada keluarganya.

Kemudian mereka masuk ke dalam dengan mengikuti langkah Mario yang menuju ke meja yang telah dia pesan.

Ara berjalan beriringan dengan Dimas yang menggendong Lia. Sedangkan Samuel, cowok itu beriringan dengan adiknya Elisa.

Langkah mereka terhenti kala Mario mempersilakan keluarganya untuk duduk di meja makan yang telah tertata rapi. Terdapat bunga, sendok, garpu, pisau, serta lilin bewarna merah membuat situasi sekitar nampak romantis.

Ara menatap Dimas dan masih memikirkan siapa orang yang akan dikenalkan oleh Mario itu. Kini sorot matanya tertuju pada Lia yang sibuk menepuk-nepuk telapak tangannya ke telapak tangan milik Dimas.

"Ra, lo pindah dari sini deh. Gue mau duduk di antara kakak-kakak gue," perintah Elisa pada Ara. Gadis itu menganggukkan kepalanya lalu hendak pindah di samping Karin. Namun, Samuel menghentikan langkah Ara dan menatap adiknya dengan intens.

"Apa bedanya duduk di sana?" Tanya Samuel dingin dengan mengarahkan matanya ke kursi kosong sebelah Karin.

Elisa berdecak kemudian ia duduk di sebelah mamanya dengan terpaksa. Padahal ia sangat menginginkan agar ia bisa duduk di antara kedua kakak-kakaknya. Namun, nihil. Lagi dan lagi, Ara telah memenangkan hati kedua kakaknya.

Ara menatap Samuel sejenak, kemudian ia kembali duduk dengan perasaan gak enak sama Elisa.

"Kalian pesan aja, sebentar lagi orangnya akan sampai di sini." Kata Mario.

Kini semua orang tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Bermain ponsel, mengetuk-ngetuk meja secara perlahan, dan juga bermain dengan Lia.

"Papa Imas," panggil Lia.

"Apa?" Tanyanya singkat.

"Jawab jujul, Lia sama tante Ala cantikkan siapa?" Tanya Lia pada Dimas.

Dimas menatap istrinya yang duduk disebelahnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Agar ia bisa menjawab pertanyaan dari Lia dengan benar dan tepat.

A STORYWhere stories live. Discover now