2 - Menjauh

144 8 0
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Malam harinya, sesuai dengan perkataan Samuel. Cowok itu kini berdiri di depan pintu rumah Ara yang bisa di bilang mewah. Tapi lebih mewah milik Samuel. Karena, orang tua Samuel merupakan pebisnis yang sukses. Jadi wajar saja jika Samuel dikelilingi oleh harta yang berlimpah.

Samuel kembali mengetuk pintu rumah gadis itu. Hingga beberapa detik kemudian, pintunya terbuka dan menampilkan seorang gadis cantik. Siapa lagi kalau bukan Ara.

Ara tersenyum ke arahnya. Namun, Samuel berpura-pura tidak mengetahui keberadaan Ara dan terus diam di tempat. Seolah-olah Samuel sedang menunggu seseorang untuk mempersilakan dia untuk masuk ke rumah tersebut.

Iya, Ara sangat pendek jika disandingkan dengan Samuel yang memiliki tinggi 186 cm. Ara berdecak lalu memukul perut six pack Samuel hingga cowok itu mundur ke belakang.

"Apa maksud kamu, diam saja di tempat? Apa kamu mengejek aku yang pendek ini?" Tanya Ara dengan menyipitkan matanya.

Samuel terkekeh. Kemudian ia mengacak rambut gadis itu lalu merapikannya kembali. "Gak, cantik, habisnya lo gak kelihatan, jadi gak tau keberadaan lo."

Ara mengembuskan napasnya dan memanyunkan bibirnya.

"Di mana orang tua lo? Gue mau izin sama mereka," kata Samuel.

Ara gelagapan dan langsung mencegah Samuel untuk masuk ke dalam rumahnya. Karena Ara gak mau jika Samuel memiliki niat aneh kepadanya.

"Mau ngapain ketemu sama orang tuaku?" Tanya Ara.

"Mau nikahin anaknya, gih, bilang sama orang tua lo kalau ada cowok tampan yang mau nikahin anaknya." Jawab Samuel.

Ara mendengus kesal. "Kak Samuel, jangan macam-macam ya. Nanti kalau jantung Ara copot gimana?"

"Tinggal transplantasi,"

"Pulang aja kalau begitu, gak usah main ke rumahku lagi,"

"Gak Ara, gue bercanda doang." Kata Samuel.

Ara berdecak sebal. Bisa-bisanya ia bermain-main tentang perasaan. Gimana kalau Ara adalah gadis yang baperan? Kan, Ara jadi baper.

"Di mana orang tua lo? Gue mau izin sama mereka buat main sama anaknya," ucap Samuel.

Ara pun mempersilakan cowok itu masuk ke dalam rumah untuk menemui orang tuanya.

Ara berjalan dibelakang Samuel. Ara berpikir sejenak, apakah ada orang seperti Samuel yang akan singgah di dalam kehidupannya nanti. Berani, sopan, tapi yang gak ada obat adalah sifat dinginnya. Jika saja Samuel humble ke semua orang, pasti dia tidak se cuek ini.

"Ara? Nanti kesambet awas lo," peringat Samuel yang melihat gadis itu tengah melamun.

Ara gelagapan lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap Samuel. "Kenapa lo berbeda Samuel," ucap Ara dengan lirih.

A STORYWhere stories live. Discover now