22 - Keinginan Debay

194 6 0
                                    

Malam harinya, Ara menemui Karin yang sedang ada di dalam kamarnya. Di sana ia dapat melihat Karin dan juga Mario yang hanya diam tanpa memperdulikan mereka.

Ara tersenyum ke arah Karin lalu merengkuh pundak Karin dan menyandarkan kepalanya di bahu perempuan itu. Dimas menyusul ke kamar mama dan papanya. Ia menatap Ara yang sangat manja pada mamanya hanya karena keinginan dirinya yang makan sayur pare. Wait, bukan Ara yang makan. Tapi Dimas.

Dimas melangkahkan kakinya menuju sofa dan duduk di samping Mario yang sibuk bermain dengan ponselnya. Dapat dilihat jika Mario sesekali tersenyum dan tertawa renyah. Entah apa yang dilihat oleh papanya itu, Dimas tidak memperdulikannya waktu ini. Ia hanya memperdulikan nasibnya kali ini. Di suruh makan sayur pare yang notabenya rasanya pahit. Dan Dimas sangat membenci rasa pahit di makanan apapun.

"Iya, ma, bikinin masakan pare sekarang ma!" Pinta Ara dengan manja pada Karin.

Karin terkekeh mendengar permintaan Ara yang menyuruhnya untuk masak pare semalam ini. "Kamu mau makan pare?" Tanya Karin.

"Bukan aku yang makan ma, tapi mas Dimas." Jawab Ara dengan menunjuk ke arah Dimas yang memasang wajah datar meskipun perasaannya cemas.

Karin membelalakkan matanya kemudian menatap Dimas. Ia sangat mengenali anak pertamanya. Karena anaknya itu sangat membenci makanan apapun yang rasanya pahit.

"Dimas? Makan pare? Kan pare rasanya pahit sayang, ya meskipun, jika masaknya pintar mengolah sih bisa tidak ada rasa pahit. Tapi, kamu taukan kalo Dimas itu gak suka makan pare," ucap Karin pada Ara.

"Tapi, ma, ini bukan permintaan aku!" Kata Ara dengan pelan.

Karin menganggukkan kepalanya paham apa yang dia maksudkan. Ya, Ara tengah mengidam untuk memasakkan sayur pare dan Dimas yang memakannya. "Ya udah, ayo masak!" Kata Karin dengan semangat.

Rasanya sesak dan susah bernapas saat mamanya mendukung permintaan Ara untuk memasakkan sayuran pare untuknya. Jujur, Dimas rasanya ingin pergi dari tempat ini agar dirinya tidak tersiksa atas rasa pahitnya pare yang akan ia makan nantinya.

"Udah tau gimana rasanya punya istri?" Celetuk Mario pada Dimas.

Laki-laki muda itu menyorot papanya dengan bingung. "Apa yang papa maksud?" Tanya Dimas yang tak mengerti maksudnya.

"Bukan apa-apa, papa cuma mau tau aja gimana perasaan kamu punya istri yang umurnya masih delapan belas tahun," jawab Mario.

"Seru, lucu, gemesin. Dan yang pastinya, Dimas akan selalu menjaga dia!" Ucap Dimas.

"Dimas, Dimas. Kamu itu seperti mama kamu aja, eh iya, kan kamu anaknya Karin."

"Papa ngomong apa sih?"

"Gak perlu diperjelas, karena kamu juga udah tau jawabannya!"

Dimas menghela napasnya. Ya, Dimas tahu apa yang dimaksudkan oleh papanya itu. Yang dimaksudkan adalah dia bukanlah anak kandung dari Mario dan perilakunya mirip Karin bukan Mario.

Dimas memijat pangkal hidungnya untuk menetralisir rasa pening nya yang sudah menjalar sedari tadi. Kemudian, ia pergi meninggalkan papanya tanpa mengucapkan satu katapun pada dia.

***

"Mama, kenapa masak malam-malam seperti ini?" Tanya Elisa yang melihat mamanya sibuk memasak. Sedangkan Ara, gadis itu duduk di ruang makan dengan meneguk segelas susu putih.

"Mamaaa!" Teriak Elisa pada mamanya dengan merangkul tubuhnya.

"Apa sih, minggir dulu. Nanti gosong itu masakannya," kata Karin.

A STORYWhere stories live. Discover now