8 - Curhat?

141 9 0
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Gak, maksud saya orang yang dibelakang kamu."

Ara melihat Sean. Iya, Sean. Cowok yang sudah brengsek kepadanya. Melihat Sean ada di sana, Ara segera memundurkan langkahnya dengan menggelengkan kepalanya. Sedangkan dokter itu, dia mengerutkan dahinya tak mengerti apa yang terjadi di dalam gadis itu.

Mata Ara terus menatap Sean. Sean melangkahkan kakinya lalu menarik tangan Ara sangat erat. Hingga Ara melenguh kesakitan.

"Lepasin," berontak Ara kepada Sean.

Semua orang yang tadinya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing langsung tertuju kepada teriakan Ara. Dan dokter itu pun membelalakkan matanya melihat cowok yang menarik kasar seorang cewek ditempat umum.

"Ngapain kamu? Lepasin tanganku," pekik Ara.

"Ikut gue sekarang," kata Sean.

"Mau kamu ajak dia kemana?" Tanya dokter itu dengan melepaskan tangan Ara dari tangan Sean.

"Bukan urusan lo," kata Sean dengan singkat kemudian ia menarik kembali tangan Ara. Dengan gerakan cepat, dokter itupun langsung menarik Ara dan mengarahkan gadis itu ke belakang tubuhnya.

"Urusan dia, urusan saya juga." Kata dokter dengan nada datar.

Sean tersenyum smirk ke arahnya. "Oh, jadi lo itu suaminya? Maksud gue, lo bapak dari anak yang dia kandung? Oke, selamat ya Ra. Semoga sehat sampai lahiran," kata Sean lalu pergi meninggalkan Ara dan juga dokter tersebut.

Ara sakit hati setelah mendengar perkataan dari Sean. Sean mengatakan itu semua seolah-olah bukan dia pelakunya. Padahal jelas-jelas pelakunya adalah dia. Sean Almeida.

Dokter yang berdiri membelakangi Ara itu pun langsung meraih nomor antriannya lalu menarik tangannya. Ara terkejut dan langsung mengikuti langkah dokter itu pergi.

"Resep ini nanti anterin ke ruangan saya," ucapnya dengan memberikan nomor antrian kepada apoteker yang bertugas.

"Baik dok,"

Setelah memberikan nomor antrian, dokter itu membawa gadis itu ke ruangannya. Untuk menenangkannya dan bertanya apa yang telah terjadi kepadanya. Jujur, untuk pertama kalinya ia harus ikut campur urusan orang lain. Entah dari dorongan mana ia merasa jika gadis itu berbeda.

Ara terus mengikuti langkah dokter yang terus menariknya hingga ke sebuah ruangan, tempat kerja dokter yang menarik tangannya. Dokter itu mempersilakan Ara untuk duduk. Kemudian Ara melihat dia duduk dihadapannya dengan duduk tegap serta kedua tangannya dia taruh di atas meja.

"Apa masalah kamu?" Tanya dokter itu to the point.

Ara hanya diam dan menatap dokter itu dengan intens. Apa urusan dokter itu dengan Ara? Apa setelah menceritakan semuanya akan baik-baik saja?

A STORYWhere stories live. Discover now