23 - Elisa

175 8 0
                                    

Keesokan harinya, Ara tengah berbelanja di supermarket sendirian. Ia hanya di antar oleh sopir atas izin dari mamanya, Karin. Karena Karin tidak mengizinkan Ara untuk pergi sendirian keluar rumah. Terlebih lagi, suaminya sedang ada operasi di rumah sakit.

Ara melihat sekeliling rak supermarket untuk melihat makanan yang hendak di beli. Ada sebagain yang memang penting, dan ada sebagian juga yang khilaf.

Setelah selesai berbelanja, Ara menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya. Hingga kemudian ia keluar dari supermarket dan menuju mobil. Namun, pada saat ia selesai meletakkan barang belanjaannya di bagasi mobil, tiba-tiba ia melihat ada seorang cewek yang sama persis perawakan adiknya Dimas. Siapa lagi kalau buka Elisa. Cewek itu tengah berbincang dengan seorang cowok. Ara tidak bisa melihat siapa cowok yang tengah berbicara dengan Elisa. Tapi gelagatnya sangat romantis bagaikan pasangan dua sejoli yang tengah jatuh cinta.

Ara terus memperhatikan mereka, hingga akhirnya Ara memutuskan untuk mengikuti motornya ketika Elisa dan seorang cowok itu pergi meninggalkan jalanan tersebut.

"Pak, ikutin motor itu ya!" Kata Ara dengan menunjukkan motor sport bernopol B 1588 AK yang dikendarai oleh Elisa dan seorang cowok. Sopirnya Ara pun menganggukkan kepalanya dan menancapkan gas untuk mengikuti motor yang ada di depannya.

Di tengah-tengah perjalanan, ada telepon masuk dari Dimas. Ara melirik dan mengabaikan panggilan tersebut karena masalah Elisa lebih penting daripada dengannya.

Lama kelamaan Ara merasa risih dan terpaksa mengangkat telepon dari Dimas tersebut yang menanyakan bagaimana kabarnya dan di mana ia sekarang.

"Aku lagi keluar mas, di antar sopir." Jawab Ara pada Dimas.

"Kenapa gak nungguin aku kalo mau keluar? Sekarang pulang kalo udah selesai," kata Dimas dibalik teleponnya.

"Iya, bentar ya, nanti kita ketemu di rumah. Bye!" Ujar Ara dengan memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Sopir terus mengikuti motor hingga berhenti di sebuah jalanan yang sepi. Ara mengernyitkan dahinya melihat Elisa turun dari motor dan cowok itu, cowok itu terlihat duduk di atas motornya dan membuka helm full face nya.

Mata Ara tidak salah lagi, cowok itu adalah Sean. Cowok yang sudah menghancurkan hidupnya dan sekarang dia sedang mendekati adiknya yang bernama Elisa.

Ara turun dari mobil dan segera menemui Elisa untuk menyuruhnya pulang ke rumah.

"Elisa!" Panggil Ara membuat Ara dan Sean terkejut melihat kehadiran Ara di sini.

"Pulang sekarang!" Perintah Ara pada Elisa. Namun, Elisa langsung menolak ajakan dari Ara untuk pulang bersamanya.

"Kenapa? Mau pulang sama dia?" Tanya Ara dengan melirik ke arah Sean yang bersikap bodoamat atas kehadirannya.

"Kalo iya kenapa? Situ siapanya gue nyuruh gue pulang seenaknya?" Kata Elisa dengan senyum iblis nya.

Ara mengembuskan napas beratnya kemudian Elisa menghempaskan tangannya dengan kuat hingga tubuh Ara terhuyung.

"Jangan pernah larang gue jalan sama siapapun, karena itu bukan hak lo!" Kata Elisa dengan penuh penekanan.

Ara melirik ke arah Sean yang diam melihat mereka bertengkar. Emosinya sudah memuncak hingga ia terpaksa harus menarik tangan Elisa dengan kuat meskipun cewek itu terus memberontak.

***

Malam harinya, di ruang tengah Elisa masih sebal dengan Ara yang menarik tangannya secara paksa tadi sore. Dapat dilihat jika ekspresi kedua kakaknya biasa saja yang berarti Ara diam dan tidak mengadu apapun tentang dirinya.

A STORYWhere stories live. Discover now