4. Ayah vs Anak

7 0 0
                                    

.

.

"Al..."

Al merasa familiar dengan suara berat ini. Benar saja saat menoleh dia menemukan seseorang yang sangat dikenalnya.

"Pak Rendy" kata Al sambil membuang putung rokoknya sembarang dan buru-buru berdiri.

Perhatian Pak Rendy beralih pada beberapa putung rokok yang berserakan di dekat kaki Al. Puas memandangi putung rokok, Pak Rendy kembali menatap Al. Dan sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi.

"Ikut saya ke kantor kepala sekolah" titah Pak Rendy.

.

.

Setelah mendapat kunjungan dari orang yang tak diundang, akhirnya di sini lah Al berada, di ruangan orang nomor satu sekolah. Selain Al, di sana tentu ada kepala sekolah, Pak Rendy, Bu Ari, dan yang mengejutkan juga ada Rena di sana. Al melirik tajam ke arah Rena. Merasa ditatap seperti itu Rena pun menurunkan pandangannya.

"Rena, saya harus memanggil kamu untuk menjadi saksi. Dan kamu Al, Papamu sedang dalam perjalanan ke sini" ungkap kepala sekolah.

Rena merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia berpapasan dengan pak Rendy tepat setelah dia menutup pintu atap gedung serbaguna. Hal itu membuat dia lagi-lagi harus terlibat urusan dengan Al.

"Om, om ga perlu manggil papa. Al bisa jelasin" Al memulai argumentasinya.

"Kali ini Om akan serahin semua ke papa kamu" ujar Pak Rian.

Benar saja, tak lama pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan sosok pria baruh baya yang masih terlihat tampan di usianya yang sudah di angka kepala empat.

"Apa yang terjadi ?" tanya Wijaya Saputra.

Ah mendengar suara dingin Pak Wijaya, Rena jadi tahu darimana Al memiliki kemampuan mengintimidasi.

"Al, dia berkelahi dan... ketahuan merokok di sekolah" ujar Pak Rian.

Semula Wijaya Saputra yang terlihat tenang, perlahan mengeraskan rahangnya dan menatap Al dengan tatapan tajam.

"Pa, Al bisa jelasin, Al..."

Plaaak!!

Semua orang yang ada di sana membelalakkan mata melihat apa yang terjadi. Pak Wijaya menampar pipi anaknya. Rena hanya bisa menutup mulutnya. Sedangkan Pak Rian, Pak Rendy serta Bu Ari memilih untuk memalingkan wajah.

"Memalukan, kenapa berkelahi terus? Mau jadi apa kamu? Mau jadi preman?"

Al memegangi pipi yang baru saja ditampar ayahnya, "Iya, selama itu hal yang papa benci" katanya sambil ikut menatap tajam ayahnya.

Lagi-lagi Rena merasa speechless. Ia tidak menyangka jika akan melihat drama keluarga ayah dan anak ini.

"Terus siapa yg ngajarin kamu ngerokok di sekolah?" tanya Pak Wijaya.

"Otodidak. Lagi pula sejak kapan papa ingin tahu apa yang Al lakuin?"

Pak Wijaya membolakan mata mendengar pernyataan Al. Al sendiri merasa muak terus berlama-lama di ruang ini. Al berencana meninggalkan ruangan. "Kalau sudah tidak ada yang mau ditanyakan, Al pergi..."

"Mau kemana kamu?" tanya ayahnya Al.

"Bukan urusan papa" kata Al lalu berjalan dengan santai melewati ayahnya.

Saat hendak membuka pintu tiba-tiba langkahnya terhenti sebab mendengar kalimat ayahnya bergema di dalam ruangan,

"Skors dia selama seminggu!"

Sampai Kau Jadi MilikkuWhere stories live. Discover now