Jeno mencoba acuh dengan kehadiran 'mereka' yang terbukti dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan. Jeno mempercepat langkahnya hingga sampai di parkiran.



"Mas nya mau ikut makan di depan?" Perawat itu menggeleng sambil mengusa tengkuknya begitu sampai di halaman dekat tempat parkir ambulance. Setidaknya ini tidak semenyeramkan tempat tadi.


"Ngga usah, pak. Saya mau balik ke igd saja" jeno dan satpam itu mengangguk mengerti dan membiarkan perawat itu berjalan memutar melalui halaman rumah sakit untuk sampai di igd.



"Ayo dok, cari makan" jeno mengangguk kemudian berjalan menuju seberang jalan tempat penjual nasi goreng berada.


"Nasi goreng ati satu pak, pedes. Nanti di anter ke ruangan saya saja" ujar jeno sambil menyodorkan selembar uang berwarna biru. Ia tersenyum singkat sambil menepuk satpam yang tadi menemaninya.


"Biar saya saja yang bayar, pak. Hitung hitung ucapan terima kasih udah nemenin saya tadi" ujar nya.


"Wah dok? Yakin nih? Ngerepotin malah. Saya mah beli sendiri juga ngga apa apa. Beneran deh" Jeno kemudian mengambil telur puyuh yang disediakan kemudian tersenyum.



"Ya, saya juga yakin. Ngga papa lah pak, sekali kali. Kan bapak udah jadi teman saya kalau jaga malam. Duluan ya pak? Ada yang harus dijaga di ruangan. Nanti di antar ke ruangan aja, pak. Terima kasih" ujar jeno sambil melambaikan tangannya, meninggalkan tempat itu sambil memakan sate telur puyuh kesukaannya.


Ia berjalan menyusuri lorong sepi sendirian, mencoba fokus pada makanannya sembari sesekali bersenandung kecil melewati jalanan panjang nan gelap. Ia melihat elsa tengah mengintip kamar kamar rawat. Sedikit tenang karena ada hantu  yang ia kenal menemani dirinya. Walau hantu itu terbang kesana kemari sesekali terkikik melihat bayi bayi yang menggeliat.


Ia sampai di ruangannya kemudian membuka komputer yang ada di ruangannya. Rasa ngantuknya seolah sirna digantikan dengan rasa lapar yang mendera dirinya di pagi buta. Ia kemudian mengambil oreo sisa dokter magang yang memang tidak sengaja tertinggal, tidak masalah. Dia bisa minta izin besok, atau membelikan oreo lagi asal dokter itu membantunya lagi.



Ia kemudian menyalakan komputer di hadapannya, menyambungkan dengan wifi rumh sakit kemudian mencari film yang bagus di tonton, pilihannya jatuh kepada captain America, ia akan menonton film itu kembali sambil memakan oreo sembari menunggu nasi goreng pesanannya datang.


Baru lima belas menit jeno menonton, pintu ruangan diketuk. Ternyata ada dua orang penjual, karena ia sendiri yakin mereka tidak berani berjalan ke sini sendirian.


Tak lupa mengucapkan terima kasih, jeno kemudian membawa nasi goreng pesanannya masuk. Ia kemudian menurunkan suhu pendingin ruangan, membiarkan dirinya sendiri nyaman di ruang jaga.


"Loh online? Kok belum tidur?" Ujar jeno saat melihat istrinya tengah online. Ia kemudian memilih untuk melakukan video call bersama sang istri. Benar saja, tak butuh waktu lama yeji mengangkat panggilan video darinya.


"Kok belum tidur?" Jeno menyuap nasi goreng nya sementara yeji mengambil sesuatu di dapur, membiarkan handphone nya menyala sementara dia mengeluarkan sesuatu dari microwave. Ia memilih menghangatkan pasta.


"Kebangun gara gara laper. Kamu juga lagi makan?" Jeno mengangguk. Menatap yeji yang tampak lebih lesu dari biasanya, istrinya juga tampak terdiam. Tidak banyak omong.


"Kamu lagi sibuk banget ya, mas?" Jeno berdehem seadanya. Menenggak air minum botolan yang ia punya.


"Kamu kenapa? Ada yang ganjel? Kayanya lagi banyak pikiran" yeji menggeleng sambil mengaduk aduk pasta miliknya. Ia nampak terlihat tidak nafsu makan


"Kamu pake bajuku? Tumben?" Tanya Jeno mencoba mengalihkan pembicaraan. Yeji tertawa kecil.


"Emang ngga boleh?" Tanya yeji. Jeno menggeleng.


"Pake aja kalau mau. Aku masih punya banyak" ujar Jeno sambil membereskan bekas makanannya.


"Mas" ujar yeji setelah sekian lama hening.


"Kenapa, sayang?"


"Temenin tidur ya? Ngga keberatan kan?" Jeno mengangguk walaupun dalam hati merasa kebingungan. Apa ada hantu di rumah mereka?



Jeno kemudian menyaksikan sang istri tidur dengan menyelimuti dirinya hingga leher. Memeluk bantal yang biasa dipakai oleh Jeno. Walaupun badannya tertutup selimut serta mata yang terpejam, tapi Jeno tahu tubuh sang istri bergetar ketakutan. Ia tidak mau bertanya lebih lanjut, mungkin besok pagi saja karena istrinya nampak mulai tidur kembali dengan nyenyak sambil memeluk bantal miliknya.

=================================

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini teman teman 💗

ROYALS Where stories live. Discover now