Bab 1: Ya Allah, Kenapa Rasaku ini?

48 7 1
                                    

Berawal dari sebuah pertemuan, yang perlahan membuatku menyukainya bahkan kagum terhadapnya.

Aku menyukai sosok hamba mu Ya Allah bahkan aku mencintainya.
Namun cintaku tidak akan melebihi cintaku kepadamu Ya Allah, karena aku tau hanya engkaulah yang menjabarkan rasa cinta ini.

Ya Rabb...
Izinkan hatiku berlabuh pada dia yang selalu mencintai-Mu dan yang selalu menyebut nama-Mu disetiap sujud-Nya.

Teguhkanlah hatiku agar rasa ini tidak melebihi rasa cintaku Kepada-Mu dan Rasul-Mu.
Jika rasa ini memang hanya sebatas hembusan angin yang mengugurkan dedaunan yang ada di ranting pohon itu, maka hembuskanlah dengan kencang rasa ini agar rasa ini terbawa jauh oleh angin.

Sungguh aku tidak berniat ingin membuatmu cemburu dengan terlalu mengharapkan cinta dari ciptaan-Mu.

Cukuplah hanya percikan do'a ini sebagai perantara rasaku ini. Dan hanya engkau yang tahu tentang semua ini ya Rabb.

Karena sejauh mana kamu berusaha mengharapkannya jika Allah tidak mentakdirkan dia untukmu disanalah kamu harus berusaha ikhlas , jikalau memang dia ditakdirkan untukmu. Pasti Allah akan mempersatukan kamu dengannya di waktu yang terbaik dan tepat menurut Allah. Maka tetaplah berusaha dengan cara berdo'a dan berikhtiarlah hanya kepada-Nya. Dan aku percaya jika takdir dan rencana Allah lebih indah dari skenario hamba-Nya.

❤❤❤

Suara adzan yang berkumandang membuatku segera pergi mengambil air wudhu, waktu shalat shubuh pun datang dimana semua keluargaku berkumpul di musholah rumah untuk melaksanakan shalat shubuh berjamaah. Tak lepas dari itu setelah shalat shubuh selesai aku dan keluarga tidak penah meninggalkan kewajiban untuk mengaji selepas shalat.

Tak terasa waktu telah pagi, pancaran sinar matahari yang sangat cerah membuatku semangat untuk segera berangkat kerja. Aku bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dibidang pengauditan atau pengauditingan yang lumayan cukup jauh dari rumahku,karena itulah aku berangkat lebih pagi sebab jarak rumahku dengan kantor lumayan cukup jauh. Selain kerja aku pun menempuh pendidikan disalah satu Universitas Negeri yang ada di Jakarta. Namun aku mengambil kelas karyawan yang jadwalnya sore karena paginya aku kerja.

"Zahra sayang, ayo cepat sarapan dulu, nanti keburu siang berangkat kerjanya." Panggil umi.

"Iyah mi, tunggu Zah rapihin dulu jilbab." Jawabku yang hendak menuruni tangga sambil membenarkan jilbab.

"Awas jatuh nanti, kalau turun tangga lihat-lihat nanti jatuh loh. Bisa kan nanti benerin jilbabnya kalau udah turun tangga jangan sambil jalan." Ucap umi mengingatkan ku

"Iyah mi, maaf. Zahra ga akan gitu lagi ko, soalnya Zah buru-buru mi ada meeting mendadak nanti jam 9. Jadi Zah harus lebih cepat takut macet soalnya." Jawabku sambil mengambil posisi duduk dikursi makan.

"Iyah, umi tau tapi jangan diulangi lagi yang tadi nanti kamu jatuh gabisa berangkat kerja. Yasudah sarapan dulu yah. Oh iya ini umi udah buatin bekal buat kamu nanti makan siang dikantor."

"Makasih umi. Zah berangkat dulu yah umi abi, nanti Zah sarapan di kantor ajah. Takut keburu macet nanti dijalannya. Kalau kak Ryan tanya Zah kemana bilang ajah Zah udah berangkat. Assalamu'alaikum."ucapku sambil mencium tangan abi dan umi.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati yah dijalannya." Ucap umi dan abi bebarengan.

Saat aku bergegas ke garasi Kak Ryan pun keluar dari kamarnya dengan pakaian yang rapih, rambut yang selalu klimis dan membawa tas laptop yang biasa ia bawa ke kantor.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi Umi, Abi." Ucap Kak Ryan.

"Wa'alaikumussalam, pagi juga sayang." Ucap Umi dan Abi serentak.

Takdir From Allah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang