"I-iya Bunda."

Saat ini wajah Bunga kembali tersenyum "yaudah ayo, makanan kesukaan kamu apa?"

"Terserah Bunda aja."

Mereka berdua menuju ke arah dapur untuk membuat masakan. "Za, kamu potong-potong sayurnya ya, biar Bunda rebus daging nya dulu."

"Mau masak apa Bunda?"

"Iga sapi, itu makanan kesukaannya Razka."

Khanza membatin dalam hati "pantesan tadi ngucap iga sapi, ternyata itu makanan kesukaannya."

Khanza mencuci beberapa sayuran dengan menggunakan sabun khusus, sembari memperhatikan Bunga yang sedang membuat bumbu iga sapi.

Setelah semuanya selesai, kedua perempuan tersebut segera membawa masakan ke atas meja makan.

"Za, tolong panggilin Razka, suruh bawa ke sini Riska biar sekalian makan juga," ucap Bunga sembari memotong beberapa buah apel kesukaan Riska.

Yang di suruh segera meninggalkan tempat lalu menuju ke ruang tv, sudah terlihat dua orang kakak beradik tergeletak di atas sofa dengan posisi Riska di atas dada bidang milik laki-laki tersebut.

"Razka, bangun di suruh bunda makan dulu," ucapnya dengan menepuk pipi Razka pelan.

Merasa tak ada pergerakan sama sekali dari tubuh Razka, Khanza segera mengambil Riska dari dada bidang tersebut lalu menggendongnya sembari menepuk-nepuk pantatnya pelan.

"Razka bangun, ditungguin bunda dari tadi ayoooo," suruhnya ke dua kali masih dengan menepuk pelan pipi tersebut.

"Enghhhhh, udah selesai masaknya?," sahut Razka menggeliat masih dengan suara khas bangun tidurnya.

"Udah selesai dari tadi, makanya ayo cepetan."

Di sisi lain, Riska yang sedang dalam gendongan Khanza tiba-tiba menangis karena mendengar kebisingan di sekitarnya.

"Huaaaaaa, mamammaam," celotehnya dengan mata terpejam.

"Hustttt, husttttt, husttttt Riska jangan nangis udah ayo kita makan hayuuuk," Khanza menenangkan Riska yang baru terbangun dari tidurnya.

Riska mulai tenang karna mendengar suara Khanza dan juga usapan lembut yang di berikan Khanza padanya.

"Ayook kita mamam sama kakak sama bundaa."

"Mamam Liska apang apang (makan Riska lapar)."

Sesampainya di dapur Khanza segera mendudukan bokongnya di kursi samping Razka masih dengan Riska di gendonganya.

"Riska sama mama yuk, kita makan buah kesukaan Riska," ucap Bunga membujuk anak ke-2 nya.

"Ndak mau ndak mau, mau ama ata Aza," sahutnya menolak keras ajakan dari Bunda nya.

"Yaudah, kakak suapin ya makanya," Khanza menerima piring khusus milik Riska lalu memberikan sepotong buah ke dalam mulut Riska.

"Ammmm, ammmmyyy (yummy)," celotehnya ketika mulutnya merasakan sepotong buah kesukaannya.

"Olimpiade kamu udah tinggal berapa hari lagi Za?" Tanya Bunga memulai topik pembicaraan.

Our Promise (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang