Between Two "F"

283 61 6
                                    

Fajri menghentikan motornya di depan gerbang Kezia. Terlihat motor Fenly sudah terlebih dahulu berhenti di tempat tersebut. Fenly yang baru datang langsung menyadari kehadiran Fajri. Fajri berjalan menghampiri Fenly dengan membawa sebuah totebag.

"Sorry, Ji." Ucap Fenly sembari menunduk perlahan. Fenly tak ingin terlibat perkelahian di depan rumah Kezia.

Fajri menatap Fenly tajam dengan nafas yang mulai berhembus kesal. Dari ekor matanya, Fajri menyadari Shandy yang melangkah keluar rumah.

"Gue mau ketemu Bang Shan kok." Fajri berusaha santai. Fenly langsung mendongakkan kepalanya, menoleh heran ke arah Fajri.

"Eh, Fen, Ji, kalian..."

"Gue mau ketemu lu, bang. Ini Fenly mau jemput Kezia." Memotong kalimat Shandy, Fajri tersenyum menghampiri Shandy.

"Oh, ada apa, Ji?" Mata Shandy langsung tertuju pada totebag yang dibawa Fajri.

"Biasa. Bang Farhan." Fajri menyodorkan totebag kepada Shandy.

"Wah, emang mantep kakak ipar lu." Shandy menerima totebag tersebut dengan senyum merekah.

"Kalau gitu gue duluan ya, bang." Fajri menepuk pundak Shandy.

"Thank you, Ji." Shandy mengangkat sedikit totebag.

"Siap, bang." Fajri tersenyum kepada Shandy dan berjalan mendekati Fenly. "Gue tunggu lu di lapang belakang pulang sekolah." Bisik Fajri sembari menepuk pelan pundak Fenly. "Bang, duluan ya." Fajri menoleh ke arah Shandy sembari tersenyum.

"Hati-hati, Ji." Shandy sedikit teriak. Fajri berjalan menuju motornya.

"Eh, Fen. Dari tadi?" Kezia keluar dari rumah dengan keadaan yang sudah siap.

"Baru dateng kok." Fenly tersenyum tipis.

"Dari siapa tuh, bang?" Kezia menoleh ke arah totebag yang digenggam oleh Shandy.

"Aji." Jawab Shandy santai.

"Aji tadi ke sini?" Kezia menatap kaget Shandy dan hanya dibalas dengan anggukan ringan dari Shandy. "Dia kemana sekarang?" Kezia mengedarkan pandangannya.

"Udah pergi. Sana lu pergi, kasian Fenly tuh berdiri di situ dari tadi." Shandy mendorong pelan punggung Kezia.

"O... Oh, oke. Duluan ya, bang." Kezia berjalan menghampiri Fenly dan mereka berangkat menuju sekolah.

҉҉҉

"Ha... Capek banget sih pelajaran hari ini." Abelle menutup buku paket di atas mejanya dan menaruh kepalanya di atas buku paket tersebut.

"Bu Wina kalau ngasih tugas kagak manusiawi." Kezia mendesah pelan sembari memasukkan buku paket ke dalam tas ranselnya.

"Emang." Ucap Abelle malas.

"Zi, Zi, Zi." Gilang berlari memasuki kelas Kezia dengan nafas yang tersenggal-senggal karena berlari.

"Ada apa, Lang?" Kezia dan Abelle menatap heran Gilang.

"Fenly." Gilang menunduk sembari mengatur nafasnya.

"Fenly kenapa?" Kezia berdiri dari tempat duduknya.

"Fajri berantem di lapang belakang." Gilang menunjuk ke arah belakang, seolah sedang memberi tahu letak lapangnya.

"Maksud lu Fenly sama Fajri berantem lagi?" Kezia membelalakkan matanya. Gilang hanya mengangguk pelan. "Tuh bocah kenapa lagi sih." Kezia berlari keluar kelas.

"Eh, Zi. Tunggu." Abelle berdiri dan langsung mengejar Kezia.

҉҉҉

"Lu kenapa susah banget sih gue bilangin?!" Fajri memegang erat kerah seragam Fenly. Seperti Déjà vu, ujung bibir Fenly kembali mengeluarkan darah segar.

"Bukan gue yang mau, Ji." Fenly menatap tajam Fajri. "Kemarin, Kezia tiba-tiba dateng ke tempat balap liar gue." Fenly menyeka darah di ujung bibirnya.

"Balap liar?" Tanya Fajri pelan sembari menatap kaget Fenly.

"Iya, gue kagak tau siapa yang bawa dia ke sana. Dia yang minta buat gue kembali anter jemput dia dan kagak perlu peduliin lu." Fenly menahan sakit pada pipinya.

"FAJRI." Teriakan seorang perempuan tersebut membuat Fajri melepaskan genggamannya pada kerah Fenly. Fajri, Fenly, Zweitson, dan Ricky menoleh serentak ke arah datangnya sumber suara. Terlihat Kezia dengan ekspresi kesalnya, diikuti dengan Abelle dan Gilang di belakangnya.

"Lu ngapain sih, Ji? Kyk bocah tau ga?! Dikit-dikit berantem." Kezia menatap tajam Fajri. Fajri berusaha menghindari tatapan Kezia. "Gue capek liat lu kyk gini terus." Kezia mendesah pelan.

"Gue lakuin ini demi lu." Akhirnya, Fajri berani untuk membalas tatapan Kezia.

"Lu pukul orang dan bilang itu demi gue?" Kezia menunjuk bahu Fajri.

"Dia kagak innocent kyk yang lu pikirin." Fajri menggelengkan kepalanya pelan.

"Gue kagak paham sama pola pikir lu, Ji." Kezia mendesah pelan. "Gue kagak mau liat wajah lu lagi sampe lu minta maaf ke Fenly." Fajri membelalakkan matanya kaget. Tak hanya Fajri, Zweitson dan Abelle menatap kaget Kezia. Seketika hening.

Satu...

Dua...

Tiga...

"Fine." Fajri menghela nafas pelan dengan salah satu ujung bibir Fajri terangkat, menandakan dirinya tak percaya dengan kalimat yang dilontarkan Kezia beberapa saat lalu. "Gue pergi." Fajri berjalan menjauh, pergi meninggalkan mereka semua yang berada di lapang dengan langkah cepat.

"Ji, tu... Tunggu gue." Zweitson menatap sekilas seluruh orang yang berada di lapang tersebut dan langsung mengejar Fajri.

Kezia menatap tak percaya punggung Fajri yang semakin menjauh. Kezia tak menyangka bahwa Fajri akan benar-benar meninggalkannya, dia hanya bermaksud sedikit mengancam agar Fajri meminta maaf kepada Fenly. Kezia tak sungguh-sungguh mengatakannya, kalimatnya seolah terlontar begitu saja. Satu tetes air berhasil terbebas dari mata kiri Kezia dan membasahi pipinya.

"Zi." Abelle menghampiri Kezia dan mengelus punggungnya, berharap Kezia bisa lebih tenang. Dengan cepat, Kezia menyeka air matanya dan langsung membalikkan tubuhnya, mendekati Fenly.

"Fen, gak apa-apa?" Kezia membantu Fenly duduk.

"Gue baik-baik aja." Fenly duduk dan kembali menyeka darah di ujung bibirnya.

"Itu darah." Kezia menunjuk pelan bibir Fenly. "Kezia anter ke UKS ya."

"Em, Zi. Sama gue aja." Ricky menghampiri Kezia dan Fenly, membantu Fenly berdiri. Tanpa basa basi, Gilang menghampiri Ricky dan membawa Fenly berjalan menuju UKS.

Sementara Gilang dan Ricky mengantar Fenly menuju UKS, Kezia masih terdiam di tempatnya. Kezia kembali menatap arah perginya Fajri, meskipun dia sudah tak bisa melihat Fajri ataupun Zweitson. Kezia menelan ludahnya sulit, menahan agar tangisnya tak pecah.

"Zi, lu kagak serius kan sama ucapan lu tadi?" Tanya Abelle pelan sembari mengelus lembut punggung Kezia.

"Gue kagak tau, Bel." Kezia menunduk perlahan.

҉҉҉

"Ji, Ji. Tunggu." Zweitson menahan pundak Fajri saat sudah bisa menyusulnya. Fajri menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arah Zweitson.

"Gue mau pulang, Son." Fajri menahan emosinya.

"Ji, Kezia kagak bener-bener ngomong gitu." Zweitson menepuk pundak Fajri, berusaha menurunkan amarahnya yang sedang memuncak. "Bicarakan baik-baik dulu lah."

"Dia udah kagak mau liat gue, Son." Fajri menunduk perlahan.

"Kalian cuma lagi emosi. Bisa kok diselesaikan dengan kepala dingin." Tak ada jawaban dari Fajri. "Atau lu tinggal minta maaf aja ke Fenly." Refleks, Fajri menatap Zweitson kaget.

"Apapun opsinya, gue kagak bakal minta maaf sama tuh cowok pecundang." Fajri menggeleng pelan. "Gue duluan, Son. Gue kagak mau Kezia liat gue masih ada di sini." Fajri melepas tangan Zweitson pada pundaknya dan kembali berjalan menuju tempat parkir.

"JI." Zweitson berteriak memanggil Fajri tetapi tak mendapat balasan apapun, Fajri semakin menjauhi tempat berdiri Zweitson. Zweitson mendesah pelan.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora