Promise

340 75 2
                                    

"Tinggal di mana lu sekarang?" Chelsea menatap tajam mata Fenly -yang malas melihatnya. Tak ada balasan dari laki-laki yang ditanya. "Gue kira setelah tiga tahun lu minggat dari rumah dan nekat pergi ke Indonesia, lu udah kagak ada di dunia lagi." Tawa sinis itu keluar dari mulut Chelsea.

"Ck. Orang tua gue kesambet apa ya bisa jodohin gue sama cewek kyk lu." Fenly membuang pandangannya dan mencetak senyum tak sempurna di bibirnya.

"Maksud lu cewek kyk gimana?" Tawa Chelsea terhenti, dia langsung menatap tajam Fenly.

"Depan orang lain aja lu sok manis, ternyata sifat asli lu malah berharap gue mati." Fenly melipat kedua tangan di depan dadanya, dia mendesah pelan.

"Fen, lu..." Ricky dan Gilang -yang baru saja keluar dari tenda kaget melihat seorang perempuan asing di depan tenda mereka.

"Eh, ini siapa, Fen? Cakep juga." Bisik Gilang kepada Fenly.

"Oh iya, belum kenalan ya." Chelsea menurunkan lipatan tangan di depan dadanya dan tersenyum manis. "Halo, perkenalkan saya Chelsea Vanmeijr, kalian bisa panggil Chelsea. Saya salah satu siswi SMA Negeri Gemilang Bangsa. Salam kenal ya."

"O... Oh, hai cantik, eh maksud gue Chelsea. Kenalin gue Muhammad Gilang Dika Perdana Bakhri, kalau kepanjangan panggil Gilang aja." Gilang mengulurkan tangannya sembari tersenyum lebar. "Mau panggil sayang juga boleh." Bisik Gilang sembari tersenyum lebar.

"Oh iya, halo Gilang." Chelsea menjabat tangan Gilang dan membalas senyumnya.

"Halo Chelsea, kenalin gue Ricky Zakno, panggil aja Ricky." Ricky melepaskan jabatan tangan Gilang dan Chelsea dengan cepat, dia langsung menjabat tangan Chelsea.

"Halo Ricky." Chelsea tersenyum tipis. "Oh iya, by the way, kalian berdua temennya Fenly ya?" Chelsea melepas jabatan tangannya dengan Ricky.

"Iya dong, kita temen deketnya Fenly." Gilang merangkul Fenly yang masih menatap sinis Chelsea.

"Temen deket Fenly di Indonesia?" Tanpa sadar, pertanyaan itu keluar dari mulut Chelsea.

"Hah?" Secara bersamaan, Ricky dan Gilang menatap heran Chelsea.

"Eh... Oh, bukan. Maksudnya, kalian temen deket Fenly di kelas?" Dengan cepat, Chelsea melirik Fenly yang menatapnya tajam.

"Oh, iya. Bukan cuma di kelas, kyknya di sekolah sih." Jawab Gilang. "Dia orangnya susah bergaul dan judes banget, masih untung kita berdua mau jadi temen dia." Bisik Gilang kepada Chelsea -tetapi masih bisa didengar jelas oleh Fenly dan Ricky. Chelsea tersenyum tipis menatap Fenly.

"By the way, lu kenal sama Fenly udah lama?" Tanya Ricky datar.

"Iya, kebetulan kita satu SMP." Dengan pandangan yang masih menatap Fenly, tercetak senyum tak sempurna dari bibir Chelsea.

"Eh, iya juga ya. Fenly kagak pernah cerita tentang masa sebelum dia SMA." Gilang menerawang jauh, mengingat apakah Fenly pernah menceritakan masa lalunya atau tidak.

"Oh iya, kebetulan dulu..."

"Lang, Rik, ayok ke parkiran, ada barang yang ketinggalan." Fenly yang sudah mulai muak, akhirnya memotong kalimat Chelsea dan mencoba menghindari bahasan yang makin menggali masa lalunya.

"Sekarang, Fen?" Tanya polos Ricky.

"Iya lah. Ayok." Fenly membalikkan badannya dan menarik tangan kedua teman di sampingnya.

"Eh, Fen, masa kita ninggalin cewek cantik sendirian sih?" Gilang masih mencoba untuk mempertahankan tempat berdirinya.

"Berisik ah lu." Fenly menariknya dengan sekuat tenaga dan akhirnya Gilang pindah dari posisi awal.

"Tunggu, Fen." Chelsea teriak dari jarak sekitar 3 meter. "Kebetulan kita bisa ngobrol, gue cuma mau ngingetin. Tepat minggu depan, gue bakal berumur 18 tahun, lu masih inget janji kita dulu kan?" Jelas Chelsea santai dan kembali melipatkan kedua tangan di depan dadanya.

"Lu bisa kagak sih jangan ganggu hidup gue lagi?!" Fenly mengacak-acak rambutnya saat mendapat panggilan dari Chelsea -beberapa hari setelah Fenly memutuskan untuk pergi ke Indonesia.

"Bukan gue yang mau, orang tua kita." Jawab santai perempuan dari ujung telepon.

"Ya udah sih, kagak perlu lu turutin juga." Fenly mulai kesal.

"Tapi gue masih mau pertahanin perjodohan ini." Suara santai Chelsea mulai mengusik telinga Fenly. 

"Lu gila ya?" Fenly mengerutkan dahinya.

"Iya, gue gila cinta karena lu." Jawab Chelsea tegas dengan nada sedikit mengejek.

"Apaan banget dah nih bocah." Dengan kesal, Fenly duduk di depan meja belajarnya.

"Oke, gini aja. Gimana kalau kita buat perjanjian?" Suara santai Chelsea terdengar cukup konsisten sejak awal pembicaraan dimulai. 

"Apaan sih?! Kagak jelas ya lu." Nada Fenly mulai meninggi.

"Gue serius..."

"Ya, gue juga serius." Potong Fenly.

"Dengerin gue dulu napa." Suara Chelsea mulai terdengar kesal.

"Males." Fenly menopang kepalanya dengan tangan kanan.

"Bodo amat. Pokoknya gue mau di ulang tahun gue yang ke-18, lu dateng bawa pacar. Kalau sampe lu kagak dateng atau lu dateng sendiri tanpa pacar, lu harus terima perjodohan ini."

"Hah? Kagak kagak." Tolak Fenly cepat. "Lagi pula gue kagak bakal balik ke sana lagi." Lanjutnya.

"Siapa yang bilang gue bakal rayain ulang tahun gue di sini? Gue bakal cari lu ke Indonesia." Kalimat terakhir itu benar-benar membuat Fenly kaget.

"Bener sih ya lu emang cewek gila." Fenly menggelengkan kepalanya pelan -tak menyangka.

"Gue gak mau tau. Kalau lu sampe umur 18 belum punya pacar, ya lu emang berjodoh sama gue." Ucap Chelsea santai. 

"Iya dah iya. Gue terima perjanjiannya, capek gue ngomong sama lu." Dengan cepat, Fenly menutup telepon tersebut. Fenly melempar smartphone miliknya ke atas tempat tidurnya, dia kembali mengacak acak rambutnya dengan kesal.

"Janji apaan, Fen?" Bisikan Gilang pada telinga kiri Fenly itu mampu membuyarkan ingatan masa lalunya.

"Banyak tanya lu kyk HRD." Fenly melepaskan genggamannya pada kedua temannya dan pergi meninggalkan mereka.

"Eh, Fen. Lu sih Lang nanya mulu, kesel kan dia." Ricky mengomeli teman di sampingnya yang menatap heran kepergian Fenly.

"Ya, kan gue kagak tau dan gue penasaran, jadi gue tanya lah." Gilang menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal. "Pepatah berkata, malu bertanya sesat di jalan." Ucap Gilang dengan nada bijak yang dibuat-buat.

"Lu kagak bisa banget baca situasi." Ricky memukul pelan lengan Gilang.

"Maksud lu, Rik?" Gilang menoleh ke arah Ricky.

"Tau ah, gue mau nyusul Fenly aja. FEN, TUNGGU." Teriak Ricky sembari berlari mengejar Fenly yang sudah berjalan cukup jauh.

"Eh, kok gue ditinggal. RIK." Teriak Gilang. "Em, Chelsea, gue duluan ya." Gilang membalikkan badannya dan dibalas dengan senyum tipis dari Chelsea. "WOY, TUNGGUIN GUE." Gilang berlari berusaha menyamai langkah kedua temannya yang sudah menjauh.

"Fenly Christovel. Udah tiga tahun berlalu dan ternyata sifat arogan lu masih melekat kuat ya." Chelsea tertawa miris melihat punggung ketiga laki-laki tersebut semakin menjauh.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Where stories live. Discover now