Let It Go

333 73 2
                                    

Kezia membuka matanya yang terasa cukup berat. Dia merasakan cahaya menerobos masuk ke dalam retina matanya. Dengan cepat, Kezia menghalangi sumber cahaya itu dengan kedua telapak tangannya. Saat matanya sudah terbiasa dengan cahaya, Kezia melihat Abelle di sampingnya yang sudah berganti baju olahraga dan sedang memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas ranselnya.

"Bel?" Kezia berusaha untuk duduk.

"Eh, Zi. Udah bangun lu? Dari tadi gue bangunin susah banget lu." Abelle menoleh sekilas. "Oh iya, Zi. Lu gimana ceritanya bisa digendong Fenly semalam?" Nada bicara Abelle tiba-tiba saja menaik, menunjukkan bahwa dia sangat antusias mendengar jawaban dari Kezia.

"Hah? Fenly?" Kezia melirik jaket yang berada di atas pahanya. "Oh, orang yang bawa gue ke tenda Fenly?" Kezia melotot kaget ke arah Abelle.

"Lah, lu kagak sadar?" Abelle mengerutkan dahinya.

"Seinget gue, kemarin Fenly lagi cerita, kita liat bintang malem bareng." Kezia bergegas merapihkan rambutnya. "Bentar, gue mau kasih jaket dia." Kezia keluar dari tenda meninggalkan Abelle yang menatapnya heran.

Di luar tenda, sudah terlihat beberapa orang yang berlalu lalang. Kezia melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 06.35 WIB. Kezia mengedarkan pandangannya -mencari letak tenda Fenly. Terlihat Gilang dan Ricky yang sedang berbincang dengan perempuan berambut hitam sebahu -yang belum sempat berkenalan dengan Kezia, dan Fenly yang berada cukup jauh dari mereka -sedang berdiam di dekat kompor portable. Dengan jaket Fenly di tangan kanannya, Kezia berlari kecil menuju Fenly.

"Fen, aku mau..."

"Eh, udah bangun? Nih." Fenly memotong kalimat Kezia dan langsung menyodorkan segelas susu kepadanya. Kezia menatap Fenly heran. "Tadi gue bikin susu tapi kebanyakan." Fenly menarik tangan kanan Kezia dan menaruh gelas tadi dalam genggaman Kezia.

"Ini buat..."

"Iya, buat lu. Masa buat Gilang sama Ricky, mereka udah bikin tadi." Lagi-lagi Fenly memotong omongan Kezia, membuat Kezia terdiam bingung.

"Hai." Seorang perempuan menghampiri Fenly dan Kezia.

"Oh, halo." Kezia menoleh ke arah perempuan tersebut. Sebaliknya, Fenly membuang muka dari perempuan di sampingnya itu.

"Em, lu anak XII IPS 1 dari SMA Negeri Nusa Mandala itu kan?" Tanya perempuan itu dengan tersenyum manis di bibirnya. Kezia mengangguk pelan.

"Gue lupa nama lu, maaf." Kezia menggaruk leher belakangnya yang tak gatal.

"Gak apa-apa, lupa itu wajar kok. Gue Chelsea." Chelsea mengulurkan tangannya ke arah Kezia.

"Oh iya, gue Kezia." Kezia menyambut dengan hangat jabatan Chelsea.

"Kezia temennya Fenly?" Tanya polos Chelsea. Refleks, Fenly menoleh ke arah Chelsea dan menatapnya kesal.

"Em, kita..." Kezia tak menyelesaikan kalimatnya.

"Zi, bentar lagi kegiatan di mulai nih. Lu ganti baju dulu ya." Ucap Fenly dengan cepat.

"Oh iya, sorry ya, Chel. Gue belum siap-siap, nanti kita lanjut ngobrol." Kezia memberikan jaket Fenly lembut. "Gue duluan ya." Kezia membalikkan badannya dan berlari kecil menuju tendanya.

"Lu ngapain sih?" Fenly menatap tajam Chelsea yang terlihat tenang.

"Ya, gue kan cuma nanya. Gak boleh ya?" Dengan santai, Chelsea melirik ke arah Fenly.

"Ribet banget sih jadi cewek, pengen tau mulu urusan orang." Fenly mendesah kesal.

"Memperlakukan cewek bukan kyk gitu, bro." Gilang menepuk bahu Fenly dari belakang.

"Lu... Argh." Fenly menepis tangan Gilang dan pergi menuju tenda.

"Fen?" Ricky memanggil Fenly yang sudah menjauh. Setelah menatap sekilas Gilang dan Chelsea, Ricky memutuskan untuk mengikuti Fenly.

"Eh Rik, lu mau kemana?" Teriak Gilang. "Bentar ya, Chel." Setelah mendapatkan senyum tipis dari Chelsea, Gilang berlari mengikuti kedua temannya.

҉҉҉

"Ji, lu bakal diem aja?" Dari kejauhan, Fajri dan Zweitson memperhatikan adegan itu secara lengkap dari depan tenda mereka. Sedari tadi, Zweitson terus memperhatikan ekspresi Fajri yang seolah tidak tahu harus melakukan apa.

"Tugas gue udah selesai, Son." Fajri memandang kosong ke depan.

"Maksud lu?" Zweitson mengerutkan dahinya.

"Janji gue dulu, gue bakal selalu ada dan kagak bakal ninggalin Kezia sampai Fiki kembali ke sampingnya. Dan lu kemarin liat sendiri kan, Kezia udah ketemu sama orang yang paling dia harapkan. Itu artinya, tugas gue sampai sini aja kan?" Fajri menoleh ke arah Zweitson dan tercetak senyum terpaksa di wajah Fajri. "Lagipula, laki-laki idamannya juga kyknya udah luluh sama dia." Fajri kembali menatap Fenly yang berjalan menuju tendanya.

"Gue kagak kenal Fajri lagi." Fajri menatap heran Zweitson. "Fajri yang gue kenal adalah orang yang bakal memperjuangkan segala hal yang dia inginkan, sekalipun dia harus cedera berkali-kali." Zweitson menatap dalam mata sahabatnya.

"Dan, Fajri yang lu kenal kagak mau memaksakan keinginan orang lain, terutama orang yang dia sayangi. Gue sadar, gak semua yang gue inginkan akan selalu menjadi milik gue." Fajri menunduk lemah.

҉҉҉

"Fen, lu ada masalah apa sih?" Ricky menghampiri Fenly yang sedang duduk di depan tenda mereka. "Sejak ketemu Chelsea, kenapa sikap lu jadi aneh gini?"

"Walaupun gue cerita, lu pasti bakal lebih percaya sama tuh cewek daripada gue." Tak sedikitpun Fenly menoleh ke arah temannya itu.

"Fen, lu temen deket gue. Sedangkan tuh cewek baru gue temui kemarin. Lu bisa percaya sama gue, Fen." Perlahan, Ricky merangkul Fenly. Fenly melirik sekilas rangkulan tangan Ricky.

"Thank you, Rik. Tapi gue kagak mau lu masuk terlalu dalam ke masalah pribadi gue."

"Oke, gue paham. Kalau lu butuh bantuan, lu bisa bilang sama gue."

"Kyknya gue masih bisa handle ini sendiri." Fenly melepas rangkulan Ricky.

"Woe, lu berdua kenapa sih? Hobi banget ninggalin gue." Gilang duduk di hadapan Fenly dan Ricky. Tak ada balasan dari keduanya. "Hey, ada apa ini?"

"KEPADA REKAN-REKAN YANG BERADA DI LINGKUNGAN PERKEMAHAN, SEGERA KUMPUL DI SUMBER SUARA KARENA KEGIATAN PAGI HARI INI AKAN SEGERA DIMULAI." Terdengar suara Zidan dari speaker yang berada di tengah lapang luas perkemahan tersebut.

"Gue harap kalian kagak cari tau lebih dalam tentang diri gue lagi." Fenly berdiri dan meninggalkan mereka berdua yang menatap kepergiannya heran.

"Fenly kenapa, Rik?" Bisik Gilang kepada Ricky.

"Udah, pokoknya lu jangan ikut campur lagi masalah dia."

"Masalah yang mana?" Gilang mengerutkan dahinya

"Semua masalah dia, khususnya tentang Chelsea." Ricky berdiri dari duduknya.

"Oh, mereka punya masalah? Kalau gitu, boleh dong gue ambil tuh cewek?" Gilang tersenyum tipis.

"Ah, lu pikirannya cewek mulu, temennya lagi ada masalah juga." Ricky mendorong pelan kepala Gilang.

"Ya, kan ada kesempatan jangan disia-siakan dong." Gilang berdiri dan membersihkan celananya.

"Kita di sini tuh fokus sama kegiatan perkemahannya, bukan sama ceweknya." Ricky berjalan meninggalkan Gilang.

"Lu lupa kata pepatah, Rik? Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui." Gilang berusaha menyamai langkah Ricky sembari terkekeh kecil.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt