Regret

266 60 2
                                    

"Puas lu?" Fenly berdiri tepat di depan Chelsea.

"Hah? Kok gue?" Chelsea menatap heran Fenly. "Siapa suruh lu bawa Kezia? Gue kan kagak ikut campur urusan kalian." Chelsea membuang wajahnya.

"Kalau bukan karena perjanjian bodoh lu, ini semua kagak bakal terjadi." Fenly menunjuk dahi Chelsea.

"Heh, Fen." Abelle -bersama Fiki menghampiri Fenly dan Chelsea. Fenly menurunkan jarinya dan menoleh ke arah datangnya Abelle dan Fiki "Lu kenapa ada di sini?" Tanya Abelle heran.

"Lu temennya Kezia kan?" Tanya Fenly dan hanya dibalas anggukan kecil dari Abelle.

"Kasian ya temen lu." Chelsea bersiul ringan sembari menerawang jauh ke arah langit malam.

"Hah? Kezia? Kenapa dia?" Abelle mengerutkan dahinya khawatir.

"Lu bisa diem kagak sih?!" Fenly membentak Chelsea, membuatnya sedikit terkejut.

"Santai, bro. Lu ada masalah apa?" Fiki mendorong bahu Fenly menjauhi Chelsea.

"Lu gak usah ikut campur." Fenly menangkis tangan Fiki pada bahunya.

"Chelsea temen gue, kalau lu ada masalah sama dia, itu urusan gue juga." Fiki melipatkan kedua tangan di depan dadanya.

"Ck. Orang-orang pada kagak bisa berhenti ganggu hidup gue apa." Fenly -yang sudah sangat kesal pergi meninggalkan mereka bertiga dengan langkah cepat.

"Eh, Fen." Abelle berjalan mengikuti Fenly.

"Bel?" Panggil Fiki dan tak ada balasan dari perempuan yang dipanggil. "Chel, gue ke sana bentar ya." Fiki tersenyum tipis kepada Chelsea dan langsung menyeimbangi langkah Abelle.

"Fen, Fen, sampe kapan lu mau pura-pura kuat kyk gini?" Ucap Chelsea pelan, menatap punggung Fenly yang semakin menjauh.

҉҉҉

"Ji, lu bisa lepas tangan gue kagak?" Kezia berusaha keras melepas genggaman tangan Fajri.

Di area parkiran, Fajri menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menghadap Kezia -dengan masih menggenggamnya. Perlahan, Fajri melihat ke arah genggaman tangannya dan menciptakan bekas merah di sekitar tangan Kezia. Refleks, Fajri melepaskan genggamannya. Emosinya yang memuncak membuatnya tak sadar sudah menyakiti lengan perempuan di hadapannya.

"Lu kenapa sih?" Kezia mengelus lengannya yang memerah.

"Sorry, Zi. Gue kagak mau lu terluka." Fajri menunduk lemah.

"Liat tangan gue, Ji." Kezia menyodorkan bekas merah pada lengannya di hadapan Fajri. "Dan lu bilang lu kagak mau gue terluka?" Tak ada balasan dari Fajri. "Ji, kalau lu punya masalah, cerita. Bukan kyk gini caranya, lu kagak sopan ngancurin acara orang gitu aja, terlebih lagi lu kagak kenal deket sama tuh orang." Kezia memegang kedua pipi Fajri dan mendongakkan kepalanya agar menatap wajahnya.

Fajri menatap Kezia dengan pandangan menyesal. Detik selanjutnya, Fajri menatap Kezia dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dengan cepat, Fajri melepas jaketnya dan langsung menyematkannya pada pundak Kezia. Kini, Fajri hanya dibalut dengan kaus putih pendek.

"Ji?" Kezia menatap heran jaket Fajri yang kini berada di tubuhnya.

"Udah tau pergi malem, pake baju terbuka gitu, kagak dingin lu? Di motor gue ada celana panjang, ganti lu nanti." Fajri memasukkan kedua tangannya pada saku celana.

"Kezia? Fajri?" Suara wanita paruh baya itu mampu mengalihkan pandangan Fajri kan Kezia. Dengan cepat, mereka berdua menoleh ke arah sumber suara.

"Tante?" Fajri membelalakkan matanya kaget.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang